23 : hari kedua

1.2K 83 6
                                    

Malam semakin larut, Lizy pun telah tidur dengan nyenyaknya hingga tanpa sadar seseorang tengah mengendap masuk ke rumahnya.

Orang itu memakai masker dan membawa alat seperti... em semprotan. Ia membuka pintu kamar Lizy dan menyemprotkan cairan entah apa di dalamnya. Merasa puas, orang itu pindah ke kamar Bi Asih dan melakukan hal yang sama.

Sepertinya itu adalah gas tidur yang sengaja ia bawa.
Setelah merasa semua orang tertidur, orang itu berjalan menuju kamar Achy. Bahkan ia sengaja menghentakkan kakinya lebih keras, tapi tetap saja tak ada yang bangun.

Orang tersebut memasuki kamar Achy. Ia mengambil sebuah lukisan yang didalamnya terdapat tuas. Tuas itu ditariknya dan membuat sebuah pintu terbuka.

Orang itu memasuki pintu tersebut dan mengambil 3 buku di atas meja. Setelahnya ia kembali menarik tuas itu dan tak lupa menutup tuasnya dengan lukisan kembali.

Ia berjalan lagi dengan perlahan menenteng 3 buah buku. Seketika jalannya terhenti saat sebelah bajunya tersangkut paku di sudut bawah tangga.

Tangannya menarik-narik baju yang tersangkut hingga terlepas. Tanpa melihat lagi orang itu segera keluar dari rumah Lizy.

Satu hal yang ia lupakan, potongan bajunya masih ada di paku tersebut.

***

Suara alarm mengusik tidur nyenyak Lizy. Terhitung tinggal delapan hari lagi waktu Lizy. Ia terbangun dan mencium aroma tidak enak dikamarnya.

"Bau apa ini?" Lizy mengambil parfumnya dan menyemprotkan ke seluruh ruang kamar hingga yang tercium hanyalah bau wangi.

Setelahnya Lizy pergi ke kamar mandi. Untunglah hari ini libur, jadi ia bisa puas berendam tanpa takut telat.

Selesai dengan ritual mandinya, Lizy pergi ke meja makan dan memulai sarapannya. 15 menit ia habiskan, Lizy pun beranjak meninggalkan meja makan, dan pergi ke kamar Achy.

Ia membuka ruang rahasia yang ditemukannya kemarin. Dan saat itulah Lizy baru menyadari jika tiga buku tanpa nama itu telah hilang.

"Buku itu hilang? Aku yakin peneror itu yang telah mengambilnya." Lizy beranjak pergi tak lupa ia menutup ruang tersebut.

Sampai di dekat tangga, Lizy melihat sobekan kain yang tergantung di paku dekat tangga.
Lizy mengambil kain itu dan mengamatinya.

"Ini bukan bajuku! Lalu ini baju siapa? Apa baju peneror itu?" Lizy membalikkan potongan baju itu dan menemukan sebuah huruf Y.

"Oh tidak! Seharusnya aku lebih waspada." Lizy berdecak.

Tinggal sedikit lagi. Tapu justru peneror itu menggagalkan rencananya.

Bel rumah berbunyi, seseorang berarti ada di depan.
Untuk sejenak Lizy melupakan hal ini dan berjalan membuka pintu rumahnya. Tak ada siapa pun hanya ada sebuah surat tergeletak di dalam amplop berwarna merah.

"Huh, surat lagi." Lizy mengambil surat itu dan membawanya masuk.

Dengan segera ia membuka surat itu dan membacanya.

Dua hari telah kau lewati
Tinggal delapan hari lagi Lizy!
Temukan aku secepat yang kau bisa
Sebelum peti kematian datang!

Tapi setelah aku pikir
Kau tak akan bisa menemukanku dalam waktu dekat
Jadi aku akan memberimu sedikit clue!

Clue 1
"Tempat sesuatu bisa tumbuh"

Mudah bukan? Jika kau berhasil menemukannya ada sesuatu untukmu.

Dahi Lizy berkerut.
"Kenapa peneror itu memberi sebuah clue? Apa ini cuma tipuan?" Lizy merenung sambil memikirkan kertas itu.

Lagi-lagi bel rumahnya berbunyi, kali ini yang datang adalah Rey.

"Oh, Rey. Masuklah," ucap Lizy.

Rey pun masuk dan langsung duduk. Rey menggerakkan hidungnya, seperti mencium sesuatu.

"Ada apa Rey?"

"Melati! Aku mencium bau melati."

Dan seketika tubuh Lizy meremang, membayangkan hal-hal di luar nalar.

Rey menatap ke atas kepala Lizy, kepalanya menggeleng lalu miring ke sisi kiri dan kanan.
Lizy yang tahu tatapan itu hanya mampu diam, keringat mulai menetes di keningnya, dan jantungnya mulai berdebar tak karuan.

Lizy tak pernah menyangka ini akan terjadi di rumahnya. Ia tahu jika Rey adalah indigo dan Lizy dapat menyimpulkan saat ini Rey tengah melihat atau justru berbicara dengan seorang...

... hantu.

Tbc.

where are they? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang