40. ayah ibu

1.2K 88 1
                                    

Lizy terkesiap, tangan halus itu terus menyentuh wajahnya membuat air matanya kembali menetes.

"Ibu, ayah..." lirih Lizy.

Hendri dan Maya tersenyum, mereka memeluk putri bungsu mereka dengan sayang.
Seketika lmseluruh luk dan memar di tubuh Lizy berangsur hilang dan tenaganya kembali pulih.

Lizy terkejut, ia melihat tubuhnya tak percaya.
Hendri tersenyum, "Tuhan telah membantumu, Nak."

Lizy melihat ayahnya, ingatan mengenai cerita Achy kembali teringat.
"Ayah, apa benar yang dikatakan kak Achy?"

Hendri dan Maya saling berpandangan kemudian menatap Lizy sendu.

"Maafkan ayah Nak, ayah yang bersalah. Ayah terlalu kalut waktu itu. Dan sekarang kau dan yang lain harus menjadi korban." Setetes air mata kemudian jatuh di pipi Hendri.

Ia terduduk menyamai tingginya dengan Lizy.
Lizy tak tahu apa yang ia rasakan sekarang, semua terasa menjadi satu.

"Kalau begitu. Biarlah aku mati! Tak ada gunanya aku hidup ayah, biarlah aku menjadi korban atas apa yang ayah dan ibu lakukan dulu."

Maya menggeleng, ia menangkup pipi anaknya itu.

"Tidak Nak! Kau harus hidup untuk menyelamatkan para saudarimu, Sebelum bulan purnama merah."

"Memang kenapa bu?"

Kini Hendri yang menyahut.
"Karena saat malam itu tiba, dan Achy berhasil mengambil jantung kalian. Kegelapan akan menyelimuti bumi dan kebaikan akan sirna."

Lizy menganga tak percaya.
"Mengapa hanya jantung kami ayah?"

"Karena kalian istimewa, masing-masing memiliki kelebihannya. Arin yang memiliki perasaan kuat, Tasya yang mampu mendengar dengan jarak hingga 1 km. Tisya yang dapat berkomunikasi jarak jauh, dan kau yang mampu menggerakkan benda."

Untuk sekali lagi, Lizyy tak percaya.
"Tapi aku tak bisa menggerakkan apapun ayah,"

Maya menggeleng,
"Kemampuanmu hanya akan muncul saat kau berusia tepat 17 tahun Lizy, besok malam."

Lizy terdiam, ia masih memikirkan ucapan orangtuanya. Jadi sekarang suda jelas mengapa ia bisa mendengar suara bisikan tisya waktu itu.

"Tapi, bagaimana aku melakukannya ayah?"

"Percayalah pada dirimu Nak, dan satu hal, bunuh Achy tepat di jantungnya."

"Tapi Kak Achy saudariku ayah." Lizy menatap sendu orangtuanya. Akankah ia membunuh kakaknya sendiri?
Meski Achy tak pernah menganggap Lizy.

"Dia bukan saudarimu Lizy! Dia Yasmin," ucap Maya semakin membuat tanda tanya dikepala Lizy.

"Ibu kak Achy? Apa maksudnya?"

Hendri berdiri, ia menatap jasad Tasya yang tergantung.

"Achy... dia telah meninggal 4 tahun lalu. Setelahnya, Yasmin merasuki tubuh Achy untuk membalas dendamnya pada ayah dan kalian."

Ucapan Hendri mampu menarik hati Lizy. Jadi selama ini ia hidup dengan orang mati? Oh, pastaslah wajah Achy selalu terlihat pucat.

"Ingatlah Nak, kau harus membunuh Yasmin tepat di jantungnya. Setelah itu, bakar rumah ini. Pastikan tak ada barang yang tertinggal." Maya mennyentuh pundak Lizy.

Dan setelahnya cahaya putih melingkupi tubuh Hendri dan Maya, membawa mereka kembali ketempatnya semula. Tepat setelah mereka pergi tali pengikat Lizy terlepas dan jasad Tasya melayang menjadi serpihan debu.

Lizy membelalakkan matanya tak percaya, semua tak dapat dinalar di otaknya. Namun, satu hal yang ia ingat. Ia harus membunuh Achy, atau Yasmin.

Karena hanya itu satu-satunya cara. Lizy mengambil pisau lipat yang tak sengaja ia lihat. Digenggamnya pisau itu dan meyakinkan hatinya bahwa ini akan segera berakhir.

"Bersiaplah! Kali ini aku tak kan kalah." Dengan perlahan Lizypun keluar dari ruangan itu.

Tbc.

Kaget sama fakta Achy?
Stay tune, karena akan ada banyak fakta lagi yang akan terungkap.

where are they? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang