35. bertemu Achy

1.2K 86 5
                                    

"Apa kau sudah siap?" tanya Rey yang kini telah berada di rumah Lizy.

Kemarin, Lizy memang menghubungi Rey untuk menemaninya dan untungnya Rey bersedia.

Lizy mengangguk mantap. Ia membawa sebuah ransel berisi beberapa barang.

"Ayo!" Ajak Lizy.

Mereka pun pergi ke hutan terlarang yang berjarak lumayan jauh dari rumah Lizy.

Lizy bergidik melihat hutan lebat didepannya, tak ada rumah disekitar hutan ini hanya ada pepohonan yang hijau.

Lizy dan Rey saling menatap kemudian pergi memasuki kawasan hutan. Mereka tak mengindahkan palang larangan di sisi hutan.

Baru satu langkah, Lizy sudah merasa berbeda. Hutan ini begitu gelap hingga sinar matahari tak dapat menerobos masuk.

Lizy meyakinkan dirinya dan masuk kedalam hutan bersama Rey. Mereka saling berpegang tangan.

Sudah hampir tiga puluh menit Lizy memasuki hutan, dan mereka semakin dalam.

"Rey apa kau merasakan sesuatu?" tanya Lizy, ia seperti merasa diikuti oleh seseorang.

"Ya, sebaiknya kita waspada."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Hutan ini begitu luas seperti tak berujung.

Lizy mulai merasa lelah, sudah hampir dua jam merek berjalan namun tak kunjung bertemu Achy.

"Lebih baik kita istirahat dulu," saran Rey yang langsung diangguki oleh Lizy.

Mereka duduk di antara rerumputan. Lizy mengambil botol minumnya dan meminum air itu.

Rey yang melihat Lizy kelelahan pun merasa iba.

"Ini, lebih baik kau makan dulu." Rey memberi sebuah sandwich kepada Lizy. Lizy menerima dan memakannya dengan lahap.

"Aku ingin buang air, tak apa kan jika ku tinggal sebentar?"

Lizy yang masih memakan sandwichnya hanya mengangguk. Setelah kepergian Rey, Lizy merasa kantuk yang teramat sangat. Ia berusaha menahannya namun tak bisa, alhasil ia pun tertidur dengan ransel sebagai bantalnya.

***

Lizy mengerjapkan matanya saat ia merasakan sebuah sinar menyilaukan. Setelah matanya terbuka sepenuhnya, Lizy sadar jika tangan dan kakinya terikat. Bahkan ia sekarang berada di sebuah rumah bukan hutan.

Lizy melihat sekeliling dan matanya tertuju pada sebuah jam yang menunjuk ke angka 4. Oh astaga berapa lama ia tertidur tadi?

Lizy beralih dan melihat seorang gadis tengah duduk membelakanginya.

"Sduah bangun adikku sayang?"

Lizy melenarkan matanya, suara itu begitu familiar. Lizy tahu sekarang, gadis didepannya itu adalah, Achy.

Achy berdiri kemudian berbalik, ia yersenyum sinis menatap adik bungsunya itu.

"Kak Achy?" lirih Lizy. Entah kenapa seakanbakan tubuhnya mati rasa, tak dapat digerakkan.

"Ya sayang? Apa kau rindu saudaramu?"

Mendengar kata saudra membuat semangat Lizy kembali. Matanya mengeluarkan aura kemarahan dan kebencian yang begitu kentara.

"Dimana saudariku? Katakan!" Desak Lizy dengan suara yang ia keraskan.

Achy tertawa terbahak.
"Kau ingin bertemu mereka? Oh baiklah." Achy bertepuk tangan memunculkan dua orang berjubah hitam.

"Seret dia!" Desis Achy membuat dua orang berjubah hitam itu menyeret kaki Lizy hingga membuat kepalanya terantuk lantai sepanjang jalan.

Lizy menjerit, rasa sakit menjalar di kepalanya akibat terus terseret. Dua orang berjubah itu berhenti membuat Lizy merasa sedikit lega. Namun matanya kembali membulat. Saat ia melihat tangga dibawahnya.

Lizy menggeleng kuat, "kumohon jangan!"

Namun dua orang itu tetap menyeret Lizy menuruni tangga. Lizy kembali menjerit, ini lebih sakit daripada yang tadi. Lizy merasa sesuatu yang dingin keluar dari kepalanya. Oh sepertinya itu darah.

Lizy menangis menahan sakit dikepalanya. Ia ingin pingsan namun tak bisa, tangga yang panjang ini semakin menyiksa Lizy. Terlebih saat dua orang berkubah itu menyeretnya sambil berlari. Bisa dibayangkan bukan?

Tak sampai situ. Saat mereka telah tiba disebuah pintu, Lizy kembali dikejutkan dengan pemandangan mengerikan. Dan ia yakin ini lebih-lebih sakit daripada terantuk di tangga yang panjangnya 5 meter.

Di ruangan itu, Lizy melihat mereka, mereka para saudarinya.

Tbc.

Nah lo, saudarinya Lizy kenapa?

where are they? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang