43. berkhianat

1.3K 86 1
                                    

Melihat Yasmin yang masih terkejut membuat Lizy tak menyiakan kesempatan, ia melihat sebuah balok besi bertengger di ujung ruangan. Dengan konsentrasi penuh, Lizy arahkan balok itu ke kepala pria berjubah dengan cepat.

Hingga balok itu menghantam kepala pria tersebut membuatnya mati seketika.

Yasmin melotot melihat hal itu, setelahnya berlari menghampiri sang pria.

"Alex! Bangun! Jangan tinggalkan aku kumohon!" Yasmin terus mengguncang tubuh Alex, namun apa daya lelaki itu telah tiada.

Yasmin menatap Lizy bengis.
"Kau membunuh suamiku!"

Lizy terkejut, itu artinya ia telah membunuh anak sang raja. Namun ada sedikit kelegaan di hati Lizy, lawannya hanya beberapa orang lagi.

Dengan gerakan cepat, Yasmin melesat dan mencekik leher Lizy kuat.

"Matilah kau!"

Tanpa ampun Yasmin memukul menampar wajah Lizy hingga menyebabkan gadis itu tak berdaya. Ini terlalu cepat membuat Lizy tak dapat berpikir.

Yasmin mengambil pisau disakunya dan dengan kekuatan penuh ia tancapkan pisau itu ke jantung Lizy. Darah terciprat kemana-mana.

"Aaakkhh!" Teriak Lizy sebelum akhirnya menutup mata untuk selamanya.

Arin yang memang masih pingsan tak tahu jika kini adik bungsunya telah tiada. Setelah membunuh Lizy, Yasmin menyeka keringatnya kemudian mmembopong mayat suaminya.

"Andre, bereskan dia!" Perintah Yasmin yang langsung diangguki Rey.

Setelah kepergian Yasmin, Rey mendekati mayat Lizy. Ia mengusap pipi Lizy yang semakin memutih.

"Aku akan menyelamatkanmu, Lizy."

Rey menggambar dua lingkaran dengan masing-masing bintang di tengahnya. Setelahnya ia membaringkan Lizy di salah satu lingkaran dan membaringkan tubuhnya di lingkaran lainnya.

Rey memejamkan matanya kemudian merapalkan sebuah mantra.

Seketika tubuh Lizy dan Rey dilingkupi dengan cahaya putih keemasan. Cahaya itu merasuk ke tubuh Lizy membuat lukanya berangsur pulih, bahkan darah di area jantungnya kini telah hilang tak berbekas.

Setelah ritual itu selesai, Rey bangkit kemudian terbatuk-batuk. Perlahan ia mendekati Lizy yang masih terbaring. Lingkaran yang telah Rey gambar pun lama-kelamaan menghilang.

Rey menepuk pipi Lizy perlahan.
"Lizy, bangunlah."

Lizy mulai mengerjap, ia melihat sekitar kemudian bangun. Lizy melihat tubuhnya dengan pandangan tak percaya.

"Apa aku sudah mati?"

"Tidak Lizy, kau masih hidup."

Lizy melihat ke arah Rey yang tersenyum.
"Apa yang kau lakukan?"

Rey menghembuskan napasnya berat.
"Mungkin kau kecewa, tapi percayalah aku terpaksa melakukan ini. Dan entah sejak kapan, aku mulai mencintaimu."

Lizy terdiam, "kau bohong!"

"Rey ... tidak ... berbohong, Lizy."

Kedua insan itu menoleh ke arah Arin yang ternyata telah sadar. Segera Lizy menghampiri Arin yang tampak lemah.

"Kakak!"

"Lizy, percayalah Rey tidak berbohong!" ucap Arin.

Lizy melihat Rey yang juga menatapnya, ia tidak bisa membohongi hatinya sendiri.

"Aku memaafkanmu, Rey."

Sontak, Rey tersenyum. Ia mendekati Lizy dan juga Arin.

"Kali ini aku tak kan menyiakan kepercayaanmu, Lizy."

Lizy mengangguk. Hal itu juga membuat Arin tersenyum.

"Sekarang kalian harus pergi! Ikuti lorong itu dan kalian akan menemukan pintu keluar. Ini kuncinya!" Rey memberi sebuah kunci kepada Lizy.

"Bagaimana dengan dirimu?"

"Aku akan baik-baik saja."

"Bagaimana jika kau terbunuh?" Lizy menatap Rey cemas.

"Lizy, aku seorang iblis! aku memiliki sembilan nyawa." Rey berusaha menenangkan Lizy.

Lizy terperangah, 9 nyawa? Tapi apa semua masih utuh?

"Tinggal berapa nyawamu? Jujur Rey!" Desak Lizy.

"Nyawaku tinggal 2 dan satu telah kuberikan untukmu."

Hati Lizy terasa menghangat. Jadi, ia hidup dengan nyawa Rey?

"Itu artinya nyawamu tinggal 1?"

Rey mengangguk, tak terasa air mata Lizy kembali mengalir. Demi menyelamatkannya, Rey rela mengorbankan 1 nyawanya.

"Jangan menangis, sekarang kau harus pergi dari sini!"

Perintah Rey sembari menghapus jejak air mata Lizy.
Lizy mengangguk, ia memapah Arin di pundaknya sementara Envy, jantungnya telah berhenti berdetak. Kini tinggal Arin dan Lizy berjanji akan menyelamatkannya. Untuk sebentar, Lizy menoleh ke arah Rey.

"Sampai kapanpun, aku tetap mencintaimu Rey. Tak perduli siapapun dirimu."

Tbc.

where are they? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang