31 : rambut

1.1K 75 0
                                    

"Kami tidak menemukan apapun, Detektif," ucap salah seorang polisi yang ikut menelisik kamar Bi Asih.

"Tak mungkin tertutupi semua, pasti ada sesuatu. Cari lagi!" Perintah Luna membuat para polisi yang ada di kamar ini mengangguk.

Luna terus menelisik setiap inci kamar Bi Asih.
"Ini aneh, pembunuhan ini terlalu mulus jika dilakukan seorang diri. Pelaku pasti memiliki seseorang yang membantunya," batin Luna.

Luna terus mencari dari tempat terbunuhnya Bi Asih hingga he arah pintu dan jendela.

"Jika disini tempat jatuhnya maka..." Luna melihat dengan teliti di dekat tempat Bi Asih tergeletak.

Berbalut sarung tangan putih, Luna berusaha meraba sesuatu di dekat tempat tubuh Bi Asih tergeletak. Aha, Luna merasakan sesuatu.

"Gotcha! Aku menemukannya."

Luna mengambil sebuah benda tipis panjang di sapu tangannya yang kemudian ia masukkan dalam sebuah kantung putih.

"Sudah kubilang kan, pasti ada sesuatu yang tertinggal disini." Luna tersenyum, setelah itu ia pamit keluar sebentar untuk bertemu Lizy.

"Lizy!" Panggil Luna.

"Ya kak?"

Seolah tahu, Lizy dan Luna pergi ke ruang kerja ayahnya untuk berbicara.

"Apa aku boleh masuk ke kamar para saudarimu?" tanya Luna.

"Tentu kak, jika itu dibutuhkan. Tapi untuk apa?"

"Aku menemukan sebuah rambut di kamar Bi Asih yang kemungkinan adalah rambut sang pelaku. Jadi aku akan melakukan tes DNA pada setiap rambut saudarimu. Jika salah satu cocok. Maka sudah positif pelaku adalah saudara kandungmu Lizy."

Lizy mengangguk.
"Baik kak, apapun selagi itu yang terbaik maka lakukanlah."

"Boleh aku minta nomormu Lizy?"

Lizy mengangguk dan menyerahkan ponsel berlogo apel tergigit miliknya.

Setelah mendapat nomor Lizy, Luna kembali menyerahkan ponsel itu.

"Terimakasih, kalau begitu aku akan pergi sebentar."

Sebelum Luna pergi, Lizy sempat mencegahnya.

"Ada apa Lizy?"

"Ada yang ingin aku berikan, tunggu!" Lizy bergegas ke kamarnya dan segera kembali membawa sebuah map.

Luna menyerngit melihat map yang dibawa Lizy.

"Ini surat-surat ancaman yabg pernah dikirim peneror itu kak, semoga ini bisa membantu."

Luna tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, tapi harus kau ingat Lizy! Jangan beritahu siapapun mengenai obrolan kita meskipun itu sahabatmu!

Lizy mengangguk mantap.

***

Sesuai janjinya pagi tadi, sorenya Rey datang ke rumah Lizy.
"Bagaimana? Apa ada perkembangan?" tanya Rey.

"Belum ada Rey." Lizy berusaha semaksimal mungkin agar tidak memikirkan ucapan Luna karena ia takut jika Rey akan membaca pikirannya.

"Aku masih menunggu hasil otopsi Bi Asih, mungkin besok," ujar Lizy mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Mengenai Bi Asih, apa kau tak ingin memberitahu keluarganya?" tanya Rey.

Lizy menggeleng, "Bi Asih pernah bilang jika ia hidup seorang diri, jadi mungkin aku yang akan mengurus pemakamannya."

"Wanita yang malang, andai saja dulu ia membantunya mungkin tak akan seperti ini," gumam Rey yang masih dapat didengar Lizy.

"Kau bilang apa Rey?"

"Oh, tidak. Aku hanya memikirkan pelajaran tadi," kilah Rey.

"Aku ingin ke dalam sebentar, kau mau ikut?"

Rey melihat Lizy yang telah berdiri kemudian menggeleng.

"Kau saja, aku ingin berkeliling, barangkali aku menemukan sesuatu."

Lizy mengangguk kemudian masuk kerumahnya.
"Ada yang aneh dengan Rey. Dia seperti tahu sesuatu." Batin Lizy yang baru bersuara setelah berada jauh dari Rey.

Lizy menatap bingkai foto keluarganya dengan senyum kecil.

"Aku akan menemukan kalian Kak," gumam Lizy.

Suara dering telpon membuat Lizy meletakkan kembali foto itu dan mengangkat panggilan yang berasal dari Luna.

"Halo kak, ada apa?"

"..."

"Benarkah? baiklah aku segera kesana."

"..."

Lizy mematikan sambungan telepon itu dan mulai bersiap untuk pergi ke tempat yang Luna katakan tadi.

Tapi langkahnya terhenti saat mengingat sesuatu.

"Lalu, bagaimana dengan Rey? Aku tak mungkin mengajaknya dan aku tak enak jika harus meninggalkannya sendiri disini."

Dari arah luar, Rey datang menghampiri Lizy.

"Lizy! Aku lupa, jika hari ini aku memiliki janji. Tak apa kan jika aku pergi?"

Lizy tersenyum, sepertinya dewi keberuntungan tengah berpihak padanya.

Tbc.


where are they? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang