21 : hari pertama

1.2K 90 9
                                    

Lizy terbangun dari tempat tidurnya saat ia merasakan nyeri hebat di punggungnya seperti terkena cambukan.

"Shhh," desis Lizy. Tangannya meraba bagian punggungnya yang sakit.

Lizy bangkit, ia melihat pantulan punggungnya di cermin. Tak ada bekas merah atau kebiruan di punggungnya, tapi entah mengapa rasa sakit itu terasa amat nyata.

Pikiran Lizy menerawang ke beberapa bulan yang lalu, sebelum saudarinya berangkat ke Amsterdam.

Saat itu Lizy tengah membantu Arin menyiapkan sarapan.

"Kak, aku aja yang potong kubisnya." Lizy ingin mengambil alih pisau ditangan Arin, namun Arin mencegahnya.

"Nggak usah dek, udah kamu rebus aja airnya," titah Arin yang langsung diangguki Lizy. Namun, belum lima langkah Lizy pergi, Arin kembali berteriak.

"Aw!"

Sontak Lizy langsung menghampiri Arin.
"Tangan kakak berdarah."

Lizy pun mengambil kotak p3k dan membersihkan luka Arin. Melihat Arin yang seperti menahan perih membuat Lizy seketika memegang jarinya sendiri.

"Lizy kenapa?"

"Nggak tau kak, tapi aku merasa tanganku juga sakit seperti kakak, perih," ucap Lizy yang semakin memelan di akhir kalimatnya.

Arin tersenyum, "kau tahu Lizy? Kita 7 bersaudara memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika diantara kita ada yang terluka maka saudari yang lain juga akan merasakan hal yang sama."

Penjelasan Arin membuat Lizy ikut tersenyum. Ternyata tidak hanya anak kembar yang mempunyai ikatan batin, tapi saudara juga memilikinya.

Lizy kembali ke dunianya, ia tiba-tiba menangis. Lizy sadar sekarang, para saudarinya tengah tersiksa.

"Kakak, tunggu aku, aku pasti menyelamatkan kalian."

***

Pagi ini kantung mata Lizy terlihat menghitam. Setelah terbangun tadi malam, Lizy tak bisa tertidur lagi, ia terus memikirkan para saudarinya.

Sembilan hari lagi waktu Lizy untuk menyelamatkan para saudarinya. Dan dihari pertama ini entah apa yang akan Lizy temukan.

Lizy meminum susunya berharap agar otaknya mau membantunya menemukan secuil harapan.

Suara klakson motor terdengar di depan, itu artinya Rey sudah sampai. Lizy beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Rey.

Baru kali ini Rey melihat penampilan Lizy yang berantakan setelah kematian Erin lalu. Namun tak ayal mereka pun berangkat sekolah bersama.

Pagi berganti siang, tak teras sudah waktunya pulang untuk para siswa SMA Pancasila. Seperti biasa, Lizy memilih untuk pulang terakhir di barisan paling belakang. Bersama Rey, Lizy terus berjalan tanpa mengetahui seseorang tengah memandangnya intens.

"Em, Rey nanti tak usah kerumahku dulu," kata Lizy sambil memasang helm di kepalanya.

"Loh, kenapa?"

"Em, aku hanya ingin sendiri dulu sebentar," alibi Lizy.

"Baiklah. Ayo naik!"

Mereka pun pulang meninggalkan SMA Pancasila.

"Tap... tap... tap... semakin kau melangkah, maka semakin kau dekat... dengan kematian."

***

Lizy mendorong pintu kamar Achy dengan pelan. Sungguh, ia merindukan seluruh nuansa kamar ini termasuk Achy sendiri.
Lizy menyentuh tiap inci detail ruangan ini.

Matanya terhenti di sebuah bingkai foto keluarga mereka yang utuh dan harmonis, tapi itu dulu.

Lizy mengusap foto itu dengan tersenyum, tanpa sengaja, foto itu terjatuh ke lantai hingga menimbulkan suara berisik.
Lizy terperangah, bukan karena foto yang pecah, namun karena ia menemukan sebuah tuas di balik foto itu.

Perlahan, Lizy menarik tuas tersebut, sebuah suara pintu terbuka terdengar di telinganya, tepatnya di belakang lemari berukuran kecil.

"Ruang rahasia?" gumam Lizy pelan.

Kakinya melangkah menggeser lemari itu dan masuk ke dalam ruangan yang entah apa isinya.

Lizy tertawa kecil saat melihat isi ruangan tersebut adalah fotonya dan keluarganya yang tersusun rapi di dinding. Tak berhenti sampai situ, Lizy juga melihat kumpulan buku tebal yang tersusun di atas meja dengan lampu temaram.

Jika dijumlah, ada 10 buku yang tersusun menjadi satu. Lizy menarik satu kursi kemudian duduk untuk sekadar membaca buku itu. Lizy melihat sekilas masing-masing buku tersebut, hingga buku terakhir, ia baru sadar jika pernah memiliki buku itu.

Kali ini, ia benar-benar tahu jika buku itu bukan buku biasa, melainkan...

"Buku diary," gumam Lizy

Tbc.

where are they? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang