"Masuklah kak," ucap Lizy saat mereka sampai dalam ruangan yang dulu selalu digunakan ayahnya untuk bekerja.
Luna pun masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di salah satu sofa yang tersedia.
"Tutup saja pintunya Lizy!"Lizy mengangguk, ia menutup pintu itu dan kemudian duduk di depan Luna.
"Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan, aku harap kau menjawabnya dengan jujur, Lizy."
Lizy mengangguk.
Luna mengatur suaranya sebelum berbicara.
"Apa yang kau lakukan pada malam tadi saat pembunuhan ini terjadi?" tanya detektif Luna."Aku sedang tidur dikamarku, dan aku tidak mendengar suara apapun dari kamar Bi Asih. Malam tadi, aku tertidur nyenyak sekali, bahkan suara hewan malam pun tak terdengar," jawab Lizy dengan jujur.
Luna mengernyitkan dahinya bingung, "kau tidak mendengar suara apapun? Kau yakin?" tanya Luna memastikan.
"Sumpah Kak, aku tidak mendengar apapun," ucap Lizy sambil mengacungkan tangannya membentuk huruf v.
"Aneh, jika orang itu dalam keadaan normal, tidak mungkin ia tak mendengar suara apapun. Terlebih jika itu adalah pembunuhan. Lizy, boleh aku memeriksa kamarmu?" tanya Luna kemudian.
"Jika itu perlu, silahkan Kak. Aku tidak keberatan," ucap Lizy mengizinkan. "tapi apa boleh aku ikut?"
"Tentu saja Lizy, ayo sekaligus antarkan aku,"
Ucapan detektif Luna membuat Lizy tersenyum dan mengangguk. Mereka pun berjalan menuju kamar Lizy.
Sesampainya di kamar Lizy, detektif Luna melihat sekeliling. Ia mencium sebuah aroma yang kurang mengenakkan.
"Aroma apa ini Lizy?" tanya Luna yang langsung menutup hidungnya.
Lizy juga ikut mencium aroma ini, saat itu juga matanya mulai sayu.
"Entahlah Kak, tapi aroma ini membuatku mengantuk." Lizy menutup mulutnya yang menguap.
"Tutup hidungmu segera Lizy!" Perintah Luna yang langsung diangguki oleh Lizy.
Luna segera menarik Lizy keluar dari kamarnya kemudian langsung menarik napas lega.
"Kenapa kita keluar?" tanya Lizy yang masih sedikit mengantuk.
"Kau masih mengantuk?" Tanya Luna.
"Lebih baik dari tadi. Memang kenapa kak?"
"Bau tadi adalah bau gas tidur Lizy, itu sebabnya kau tertidur lelap tadi malam. Sepertinya pelaku memang sengaja menyemprotkan gas tidur agar tindak pembunuhannya berjalan sempurna," jelas detektif Luna yang membuat Lizy tercengang.
"Em, sepertinya ini telah terjadi dua kali," gumam Lizy.
"Dua kali? Apa maksudmu?"
"Ada yang ingin aku katakan kak, mari,"
Lizy pun kembali ke ruang kerja ayahnya disusul oleh Luna. Lizy menarik napasnya dalam sebelum ia menceritakan kejadian sebenarnya. Mulai dari tragedi pesawat hingga teror yang selalu muncul.
"Apa? Setelah sekian banyak teror yang muncul dan kematian salah satu saudaramu kau baru memanggil polisi?" Luna bertanya dengan sedikit keras.
"Saat itu aku takut kak, dia selalu mengancam akan membunuh saudaraku yang lain. Dan aku yakin pelaku itu adalah Kak Envy."
"Envy? Siapa itu? Dan mengapa kau sangat yakin jika Envy pelakunya?"
Lizy pun menjelaskan kepada Luna tentang Envy, sikap dan asal usulnya.
Luna terlihat berpikir.
"Mungkin saja dugaanmu benar, tapi ada baiknya jika aku memeriksa ulang kamar korban. Barangkali aku mendapat sesuatu."Lizy mengangguk. Luna menggenggam tangan Lizy dengan tulus.
"Percayalah Lizy! Semua akan terbongkar dan ku pastikan pelakunya akan mendapat hukum setimpal."
Mendengar ucapan sang detektif membuat Lizy berkaca-kaca.
"Terimakasih kak, terimakasih banyak."Luna pun berlalu pergi dari ruangan itu. Dengan bantuan beberapa polisi, Luna kembali memasuki kamar Bi Asih.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
where are they? [COMPLETED]
Mystery / Thriller⏳PROSES REVISI⏳ Tahun baru yang seharusnya menjadi tahun bahagia, kini menjadi tahun paling buruk dalam hidup Lizy. Enam saudara Lizy dikabarkan mati secara mengenaskan dalam ledakan sebuah pesawat terbang. Setelah tragedi mengerikan itu, hidup Liz...