Warning!
Ada sedikit adegan mengerikan dibawah, yang nggak kuat langsung skip aja.————————————————
"Aku menemukannya!"
"Bagus! Bawa dia ke ruang eksekusi dan ikat di kursi!"
Achy mematikan sambungannya, ia menatap para manusia didepannya.
"Akhirnya, dendamku terbalas!"
Kemudian tawa melengking terdengar di ruangan tersebut."Kalian, bawa gadis berkacamata itu!" Perintahnya pada bawahannya.
Arin menggeleng kuat.
"tolong, jangan Tasya!""Tenang saja Arin sebentar lagi kalian akan menyusul Tasya di neraka!"
Para pria berjubah itu menarik tasya dengan kasarnya mengikuti Achy.
Tasya pasrah, dirinya sudah tak kuat lagi menahan rasa sakit itu. Jika ia harus mati, ia ikhlas."Tuhan, jika aku harus mati hari ini. Tolong kabulkan permintaanku, selamatkan para saudariku terlebih Lizy." Batin Tasya disela-sela rasa sakitnya.
Ia terus diseret hingga sampai disebuah ruang. Matanya hanya menangkap sebuah tali yang biasa digunakan untuk gantung diri. Tasya tahu apa yang akan terjadi.
"Gantung dia, tapi jangan sampai mati!" perintah Achy yang langsung dilaksanakan oleh bawahannya.
Pria berjubah itu meletakkan kepala tasya di dalam talinya. Dan membiarkan kakinya menapak di sebuah meja.
Achy maju mendekati tasya. Ia mengeluarkan pisau lipat yang ia bawa.
"Matilah kau!" tanpa ampun Achy menyayat seluruh kulit putih Tasya tanpa terkecuali.
Kacamatanya ia injak dan hancurkan membuat Tasya tak bisa melihat dengan jelas. Yang ia rasakan hanyalah sakit.
Tak puas sampai situ, dengan kasar Achy mencongkel sebelah mata Tasya membuatnya menjerit histeris. Bola mata itu sengaja ia gantungkan dengan urat yang masih menempel.
Tasya tak kuat lagi, ia pun mengembuskan napas terakhirmya.
Achy mendecak kesal.
"Dasar lemah!"Kemudian Achy membelah dada Tasya yang telah mati. Ia ambil jantung tasya yang sudah tak berdetak namun masih hangat.
Setelah mendapatkan jantungnya, Achy melangkah pergi meninggalkan tubuh Tasya dengan lubang didada dan mata yang menggantung.
"Buang meja dikakinya!"
***
Lizy menjerit sekerasnya. Ia menutup matanya tak tahan memandang tubuh tasya.
Kursinya berbalik menghadap seorang gadis berambut merah.
"Ini akibat karena kau berusaha kabur!" bentaknya membuat Lizy sedikit bergidik.
"Kenapa harus kak Tasya?" tanya Lizy.
"Karena dia yang paling berbahaya." Gadis itu kemudian meninggalkan Lizy dengan segudang pertanyaan dibenaknya.
Lizy tertunduk, ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia bahkan lupa jika esok hari ulang tahunnya yang ke-17. Lizy memejamkan matanya akankah hidupnya akan berakhir setragis ini?
Malam ini mungkin akan jadi malam paling Lizy benci. Di malam ini juga ia harus kehilangan Tasya.
Seketika sebuah cahaya putih menyilaukan berasal dari arah samping Lizy. Membuatnya sedikit mengintip ada apa dibalik cahaya tersebut.
Cahaya itu perlahan menghilang menampilkan siluet dua orang dewasa tengah tersenyum.
Lizy tertawa hambar, sepertinya ia telah gila karena melihat ayah dan ibunya.Namun sebuah tangan mengusap dagu Lizy membuatnya sadar jika ia tidak gila, ini nyata!
***
"Apa yang aku lakukan benar?" tanya gadis itu yang kini tengah duduk pangkuan seorang pria."Tentu sayang, bukankah kau ingin balas dendam?" Pria itu memainkan rambut sang gadis.
"Kau benar, tinggal menunggu lusa, ketika bulan purnama merah dan aku akan mengambil jantung mereka."
Pria itu mengangguk, diusapnya kepala sang gadis dengan sayang.
"Apa yang akan kau lakukan dengan jantung mereka?"
"Tentu saja memberikannya kepada sang raja, ayahmu." Gadis itu berdiri namun tangannya dicekal hingga membuat ia duduk kembali.
"Dia juga ayah mertuamu, apa kau lupa?"
Gadis itu menghendikkan bahunya acuh dan memilih pergi.
Tbc.
Tinggal beberapa part lagi ending.
KAMU SEDANG MEMBACA
where are they? [COMPLETED]
Misteri / Thriller⏳PROSES REVISI⏳ Tahun baru yang seharusnya menjadi tahun bahagia, kini menjadi tahun paling buruk dalam hidup Lizy. Enam saudara Lizy dikabarkan mati secara mengenaskan dalam ledakan sebuah pesawat terbang. Setelah tragedi mengerikan itu, hidup Liz...