Setelah Clara menceritakan kejadian yang terjadi setahun yang lalu, membuat suasana ditaman itu menjadi hening. Diam, tanpa suara. Keduanya tampak menundukkan kepala mereka tanpa mengatakan apapun. Setelah cukup lama terdiam, Ika menatap Clara dengan tatapan sedih ingin menangis. Tak butuh waktu lama, ia pun menangis. Air matanya keluar dengan mulus dari matanya. Ia tak mampu lagi menahan air matanya yang sedari tadi mendesak untuk keluar. Suara isak tangis Ika terdengar. Ia merasa sangat bersalah terhadap Clara.
"Hiks.!.. Maaf... Hiks! Maaf kan gue Clara... Gue nggak tau.... Gue nggak tau apa-apa soal masalalu, lo.... Dengan mudahnya gue menceritakan semua perasaan gue tentang Ravan kepada, lo... Hiks! Maaf kan gue... Lo marah kan sama gue? Lo kesal kan sama gue? Lo... Pasti sakit hati dengan gue.... Katakan saja Clara... Jangan diam saja.... " Ucap Ika sambil menangis terisak isak.
"... Kenapa kamu mengatakan hal itu, Ika.... Kamu sama sekali tidak salah... Dan aku juga tidak ingin menyalahkan mu.... Kamu juga berhak menyukai seseorang, kan? Dan aku juga tidak bisa melarang semua perasaanmu terhadap Ravan... Karna pada hakikatnya, aku dan Ravan... Tidak seperti dulu lagi.... " Jawab Clara lirih.
"Tapi kenapa?... Kenapa lo hanya diam saja?! Kenapa lo tidak pernah mengatakan apapun?! Kenapa lo hanya diam saja terhadap Ravan?! Meskipun begitu, lo dan dia masih mempunyai hubungan kan?! Kenapa... Kenapa lo tidak katakan saja yang sebenarnya kepada Ravan?! " Tanya Ika kepada Clara.
Mendengar pertanyaan Ika, membuat Clara sedih. Ia tidak menyangka, bahwa akan ada seseorang yang menanyakan hal itu kepada nya. Clara menunduk sambil mengepal kan tangannya.
"... Aku... Juga... Aku juga Sangat ingin mengatakan nya...! Aku sangat sedih jika harus menyadari semua kenyataan ini.... Tapi... Aku tidak bisa mengatakan nya... Tidak bisa.... Hiks! Aku... Tidak bisa.... Aku tidak ingin lagi melihatnya menderita jika terus memaksanya untuk mengingat ku..." Jawab Clara menangis.
"Tapi, Clara... Ini tentang perasaan lo juga.... Kenapa lo nggak memikirkan perasaan lo sendiri?! Lo sedih kan?! Lo sakit hatikan?! Tapi kenapa lo hanya diam dan memendam semuanya sendirian?! " Tanya Ika dengan nada kesal.
".... Karna bagiku... Melihat nya bahagia, sudah membuat hatiku puas... Karna... Sejatinya cinta itu adalah sebuah pengorbanan. Pengorbanan... Yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata... Jika aku harus mengorbankan semua perasaan ku.... Aku akan melakukan nya... Demi dia, demi kebahagiaan nya... Dengan melihat ia tersenyum bahagia meskipun senyum itu bukan diberikan untuk ku.... Aku juga akan bahagia... Karena, cinta itu tidak bisa dipaksakan... Cinta itu tulus... Mungkin dengan diam akan lebih baik untuk ku dan juga Ravan..." Ucap Clara sambil tersenyum.
".... Ugh!... Kenapa lo dengan mudah mengatakan hal itu....? " Tanya Ika kembali.
"Karna bagiku... Dia adalah cinta sejati ku... Jika kami memang ditakdirkan untuk bersama... Maka, pasti ada jalan yang akan membuat kami bersatu... Tapi, kalau benar dia bukan takdir ku.... Berarti akan ada orang lain yang lebih baik dariku... " Jawab Clara sambil menatap Ika dengan tersenyum.
Mendengar semua pernyataan Clara, membuat Ika tertegun. Ia terdiam seribu bahasa. Ia merasa kagum dengan Clara, selama ini ia mampu memendam semua perasaan nya sendirian. Ia melihat kesungguhan Clara dari ratapan matanya yang menurut nya sangatlah indah. Wajahnya yang tetap tersenyum meskipun hatinya terasa menyakitkan.
Ika sama sekali tidak bisa membayangkan, seberapa besar nya pengorbanan yang Clara lakukan. Clara yang mengorbankan cintanya yang telah ia jaga selama bertahun-tahun. Ia tidak bisa membayangkan seberapa sakitnya hati Clara saat harus menerima kenyataan pahit bahwa orang yang ia cintai tidak mengingat nya, justru kini malah membenci nya. Ia melihat Clara dengan sosok yang kuat dan tegar setelah melalui hari-hari yang menyakitkan. Clara menatap Ika dengan senyum yang terus terpancar dari wajah nya.
Clara pun menarik tangan Ika dan meminta nya untuk segera kembali ke kelas mereka. Ika hanya menganggukkan kepala nya sambil menatap Clara dari belakang.
"Gue tau... Lo... Pasti sangat ingin sekali menangis, Clara.... " Bathin Ika.
Suara derap langkah terdengar dari mereka berdua. Ika hanya diam sambil menatap punggung Clara.
"Hiks..... Hiks!.... "
Tap!...
Mereka berdua berhenti. Ika terdiam ditempat setelah Clara melepaskan genggaman tangannya. Suara isak tangis terdengar pelan. Ika terus menatap punggung Clara yang awalnya tegap kini perlahan-lahan mulai membungkuk.Zrash!!!
Hujan deras turun tiba-tiba setelah mereka berada dikoridor yang sepi. Kini, Clara tak kuasa menahan air mata nya. Ia menangis diiringi suara hujan yang menemani tangisannya. Ika berjalan menghampiri Clara.
"... Clara... Gue tau lo sekarang sedang menahan rasa sakit.... Gue disini,Lo bisa menangis sepuas lo... Karna disaat ini pun, alam juga menangis, sama seperti lo..." Ucap Ika menatap Clara.
Mendengar pernyataan Ika, membuat ia tidak bisa membendung air mata nya lagi... Clara pun menangis dipelukan Ika.
"Hiks!... Maaf... Aku jadi terlihat seperti seseorang yang menyedihkan dihadapan mu... " Ucap Clara lirih.
"Tidak apa-apa... Lo boleh menangis sepuas lo... Lo tidak harus menjadi seseorang yang kuat setiap hari kan? Pasti ada masanya lo akan menjadi sosok yang lemah.... " Ucap Ika sambil menepuk-nepuk bahu Clara...
"Ugh... Hiks...! Hiks!.... Terimakasih.... "
.
.
.*kelas XII-1
Seperti biasanya, suasana kelas masih riuh. Clara dan Ika duduk di bangku mereka masing-masing.
"Clara? Lo dari mana aja? " Tanya Dito.
"Eh? So-sorry Dit, tadi aku keluar.... " Jawab Clara sambil tersenyum.
Dito hanya diam saja melihat Clara. Ia yakin, bahwa pasti terjadi sesuatu dengan Clara. Tetapi, ia tidak ingin menanyakan nya lebih lanjut.
"Clara... Gue tau, saat ini... Lo sedang merasa sangat sedih..... Sangat jelas terlihat dimata lo.... " Bathin Dito.
Dito pun pergi kebangku Ravan...
"Van? Gue mau nanya... Kenapa lo bisa suka dengan Ani? Padahal lo baru kenal dia seminggu ini kan? " Tanya Dito.
"Hm? Kenapa tiba-tiba nanyain itu? Sudah pasti karna kami dekat, jadi gue merasa sangat nyaman dengannya... " Jawab Ravan.
"Tapi... Kenapa? Apa hanya karna lo nyaman? Apa.... Tidak ada sesuatu yang membuat perasaan lo seperti... Janggal? " Tanya Dito.
".... Entahlah..... Gue juga nggak tau... " Jawab Ravan singkat.
".... Ada... Satu hal yang ingin gue tanyakan.... Kenapa lo bisa benci dengan Clara? Apa salahnya? " Tanya Dito kembali.
"Hm?! Itu sudah jelaskan? Entah lo menyadari nya atau nggak. Tapi dimata gue, dia itu anak yang sombong...! Bahkan dia nggak peduli dengan keadaan sekitar nya.! Bahkan anak-anak yang lain juga bersependapat dengan gue... " Jelas Ravan.
Clara terkejut Mendengar Ravan mengatakan hal itu, ia memandangi Ravan dengan wajah tidak percaya atas segala perkataan nya.
"Kenapa lo mandang gue kayak gitu? Tersinggung? Atau lo merasa? Bagus deh kalau lo sadar! " Kata Ravan dengan nada kesal.
Clara terdiam mendengar ucapan Ravan. Dia mengepalkan tangan nya dan menundukkan kepala nya.
"Kenapa... Kamu mengatakan hal itu? Ravan.... Sebegitu bencikah kamu kepada ku?? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Memories[End]✔
Fiksi RemajaSetiap manusia pasti memiliki Harapan. Tapi, bagaimana jika harapan ini hanya akan berujung pada sebuah kesedihan? Apa aku, masih bisa berharap?