Aku sudah melakukan kesalahan terbesar dengan melupakan nya...
Diam...
Ravan terdiam sambil memandangi sebuah kotak yang ia pegang. Air matanya tidak berhenti mengalir, ia terus menangis sambil menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi.
"Ini... Kalung yang gue berikan padanya waktu itu.! Di-dia... Masih menyimpannya? " Ucap Ravan dengan suara yang serak karna menangis.
Ia tampak memandangi kalung itu dengan wajah yang sangat sedih. Tak lama lepas itu, ia melihat sebuah kertas didalam kotak itu.
"Ini... Apa? " Gumam Ravan.
Tanpa berfikir panjang, Ravan langsung membuka surat dan membacanya. Ia sontak terkejut setelah melihat isi surat itu, dadanya terasa sesak, matanya memerah karna menahan tangis. Tangannya yang memegangi surat itu pun mulai gemetar. Perlahan-lahan, ia membaca surat itu.
"Ravan? Hay... Ini aku, Clara. Jika kamu membaca surat ini... Berarti kamu sudah mengingat ku... Benar bukan? Ravan, kamu tau... Satu tahun yang kulalui begitu terasa menyakitkan... Aku sesekali seperti ditampar oleh kenyataan pahit yang mengatakan bahwa kamu, Sudah tidak lagi mengenali ku... Rasanya sangat sakit untuk menerima semua kenyataan pahit ini. Rasanya aku ingin berteriak dan mengatakan kepada mu segalanya. Tetapi aku takut mengatakan itu semua... Karna kamu pasti akan menderita...
Tidak mengapa... Aku sudah terbiasa, meskipun aku sempat merasa sedih saat kamu membenci ku... Membentak, dan memarahi ku... Karna aku tau, bahwa kamu masih mencintai ku bukan? Tetapi, semua itu langsung hancur saat aku tau... Kamu tidaklah mencintai ku... Tetapi kamu mencintai orang lain... Lagi-lagi aku seperti ditampar oleh kenyataan dengan sedikit lebih keras dari pada tamparan yang pertama...
Tidak mengapa! Kamu jangan menyalahkan diri mu sendiri... Karna Tuhan sudah mengatur semua yang terjadi... Meskipun kamu membenci ku... Aku akan tetap mencintai mu... Kamu adalah cinta sejatiku... Bagiku, melihat mu tersenyum dan bahagia meskipun bukan bersama ku... Itu sudah lebih dari cukup bagiku...
Ah! Maaf kan aku... Sepertinya nya aku terlalu banyak bicara ya?... Sekali lagi terimakasih, Ravan... Karna telah hadir dan mengisi hidup ku dengan warna mu... Aku bahagia... Sungguh!
Aku hanya berharap, kita akan bertemu... satu tahun? Dua tahun? Tiga tahun? Atau..... Sepuluh tahun?Sekali lagi, Terima kasih Ravan... Maafkan aku yang tidak bisa menjadi seseorang yang selalu mengisi kebahagiaan mu... Aku mencintaimu. Ravan...
Bagaikan disayat sembilu, hati dan perasaan Ravan hancur berkeping-keping. Ia terus menangis hingga akhirnya ia terduduk ditempat nya berdiri.
" Maafkan gue, Clara! Maaf karna gue sudah menyakiti perasaan lo!! Hiks!! Maaf karna gue sudah mengkhianati perasaan lo!! Hiks!! Gue mencintai lo, Clara.... "
Ravan terus menangis sambil mengucapkan perkataan maaf. Dito yang melihat temannya yang begitu rapuh itu, datang menghampiri dan mencoba untuk menenangkan nya.
"Maaf kan gue, Clara!! Hiks.... Maaf kan gue...!!! "
Kini, ingatan Ravan tentang Clara, orang yang sangat ia cintai telah kembali. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit bahwa orang yang ia cintai tidak ada dihadapan nya saat ini.
Ravan menangis, ia tak kuasa menahan kesedihan nya lagi. Air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya. Kini, dia menyadari apa yang telah dirasakan oleh Clara selama ini. Kehilangan, ya! Rasa itulah terus menghantui pikiran Ravan. Ia merasa bersalah karna selama ini dia membenci orang yang ia cintai.Kejadian satu tahun yang lalu yang telah merubah segalanya, kini mereka sudah terpisah kan oleh jarak dan waktu. Tetapi cinta? Cinta sejati tidak akan hilang semudah itu meskipun banyak hal yang menghalangi. Cinta sejati saling terhubung layaknya perasaan mereka yang sudah menjadi satu.
Ravan terus memandangi langit biru dengan harapan suatu saat ia akan bertemu kembali dengan cinta sejatinya.
Setelah begitu banyak kejadian yang terjadi, akhirnya Ravan pun mencoba untuk bangkit dari keterpurukan. Kini, mereka hidup dijalannya masing-masing. Menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswa di Universitas yang dipilihnya.
Namun, perasaan tidak akan semudah itu untuk dilupakan. Ia hanya berharap, suatu saat ia akan dipertemukan kembali dengan orang yang dicintai.
"Clara... Aku mencintaimu.... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Memories[End]✔
Fiksi RemajaSetiap manusia pasti memiliki Harapan. Tapi, bagaimana jika harapan ini hanya akan berujung pada sebuah kesedihan? Apa aku, masih bisa berharap?