56. FOREVER

798 75 43
                                    

Berjam-jam menunggu, detik, menit telah di lewati, hingga pada akhirnya suara decitan pintu terbuka membuat Kai terbangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjam-jam menunggu, detik, menit telah di lewati, hingga pada akhirnya suara decitan pintu terbuka membuat Kai terbangun dari tidurnya.

"Keluarga Sejeong" D.O mengeluarkan dua kalimat tersebut.

"Ya, bagaimana operasinya, D.O?" Tembak Kai langsung ke poin utamanya.

D.O menghela napasnya, "Operasi berhasil, tetapi kita akan melihat perkembangan ke depannya, apakah tubuh Sejeong menerima jantung tersebut atau tidak" ucapnya.

Mata Kai berkaca, "Tolong, selamatkan dia. Hanya dia satu-satunya yang tersisa, aku tidak akan membiarkan Sejeong ikut menyusulnya" Kai memohon.

D.O menepuk pundak Kai, "Berdoalah, Kai. Apapun dapat terjadi. Aku ke ruanganku sebentar" D.O pergi melangkahkan kakinya menjauh.

***

Sejeong masih setia duduk di sebelah sungai yang entah di mana sekarang ia berada.

Ayah Suho berdiri tak jauh dari sana, melihat Sejeong memainkan air sungai itu dengan tangannya.

"Sejeong, kamu harus pulang" Ucap ayah Suho.

Sejeong berbalik, "Eumm, pulang? Aku... tidak ingin pulang. Aku suka di sini" ucapnya.

Ayah Suho tersenyum, "Tetapi, ini bukan saatnya Sejeong. Ayah, Ibu, kakak, dan lainnya menunggumu pulang. Pulanglah" ajak ayah Suho.

Sejeong menunduk, "Tetapi, aku sudah lelah. Aku tidak pernah merasakan kedamaian saat pulang. Bagaimana, jika aku lebih sering tersakiti nantinya saat aku pulang?" Ucap Sejeong.

Ayah Suho duduk di sebelah Sejeong, "Sejeong, hidup ini memang menyakitkan. Seperti jalanan kering dan bebatuan, hidup ini penuh rintangan. Setiap rintangan memiliki tingkatannya, jika kau menang suatu saat kau akan diberikan lagi rintangan lainnya dengan tingkatan yang berbeda dan jika kau kalah kau akan berakhir di sana dan menandakan titik pada akhirnya. Aku juga punya rintangan di dalam hidupku, kau tahu kan? Tetapi, aku tidak memilih menang, aku memilih kalah. Aku menyayangkan hal itu, karena aku tidak sempat membahagiakan putraku dan meninggalkannya sebatang kara. Oleh karena itu, aku ingin kau memilih untuk menang karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Bahagia atau sedih, susah ataukah senang" jelas ayah Suho.

Sejeong tersenyum, "Kalau begitu, aku ingin sampai di sini saja. Aku ingin mencari kedamaian. Lagipula, tanpa adanya aku... hidup tetap akan berjalan, kan?" Ucapnya, menyerah.

Ayah Suho tersenyum pahit, "Kau akan menyesalinya Sejeong. Ada yang harus kamu ketahui dan kamu akan mengetahuinya sebentar lagi" Ucap laki-laki itu.

Sejeong bingung, hingga ada seseorang diantara mereka berjalan kebingungan.

"Sejeong!" lelaki itu berteriak berulang kali.

Sejeong berlari, menghampiri orang itu.

"Siapa kau?" Tanya Sejeong.

OH MY GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang