Bagian 9

42 15 10
                                    

Ini masih Rafii

Prom night dimulai. Semua calon alumni sudah berkumpul di tempat acara. Termasuk mereka. Iya mereka, Nur dan Iman. Mereka tampak tertawa sambil bercengkrama berdua di depan podium.

Dari sudut ruangan aku terdiam memperhatikan mereka lamat-lamat. Berharap Nur melihatku dan meninggalkan Iman.

Sesekali mereka tertawa bersama. Entah apa yang mereka obrolkan. Nampaknya sangat seru, sampai sampai aku tak mereka hiraukan.

Ah, sudahlah. Besok aku juga akan terbang ke Sanghai untuk mengambil beasiswaku di sana. Jurusan kedokteran di universitas ternama kota Sanghai. Jika aku tak membiarkan Nur dengan orang lain, pasti dia akan kesepian saat aku pergi nanti.

Iman juga bukan orang yang buruk untuk Nur. Aku hanya bisa berharap agar dia bisa menjaga Nur saat aku pergi.

"Halo semuanya. Di malam yang syahdu ini, kita punya berita yang menggemparkan dunia," ucap Iman kemudian menekan salah satu tombol di ponselnya yang terhubung dengan proyektor.

"Lihat di sana ada apa? Ada bekas ompolannya Nur, guys....," ucapnya dengan nada mengejek. Semua orang yang memperhatikannya tertawa. Suasana menjadi riuh gaduh saat itu juga.

Wajah Nur memerah, benar benar malu. Setitik air mata meluncur bebas dari pelupuk matanya. Maskara hitanya luntur membuat wajahnya cemong.

Aku geram dengan sikap Iman. Itu sudah keterlaluan.

"Brengsek kau!!" Ujarku kemudian melepaskan satu pukulan telak mengenai wajah beringis Iman. Tak berhenti di situ, aku terus melancarkan tinjuku padanya.

Rasa sakit yang dia terima tak cukup untuk membalas rasa sakit yang Nur tangkup.

Secercak darah segar mengalir dari pelipis Iman. Tapi aku tak memberi ampun. Akan kuhajar siapapun yang menyakiti sahabatku. Siapa pun itu.

Nur masih dengan isakan tangisnya menepis tanganku pada kerah baju Iman, "Udah Fi, kita pergi saja."

Jika saja bukan Nur yang menyuruhku berhenti. Sudah kuhajar mati-matian Iman itu. Berani sekali dia mempermalukan sahabatku.

****

Suasana jalanan yang sepi. Aku berjalan cepat meninggalkan Nur yang kesulitan berjalan karena roknya yang sempit.

"Fi, tunggu aku," pekiknya ketus. Dia benar-benar kesulitan. Tapi, aku tak mengubris ucapannya. Aku kecewa karena dia memilih pergi dengan Iman ketimbang menungguku.

Sekarang dia rasakan akibatnya.

"Fi, tunggu ... ish ribet banget sih roknya." Terdengar suara kain yang disobek. Aku menoleh dan mendapati Nur yang berlari ketempat berdiriku dengan rok sobek hingga lutut dan sepatu yang dijinjing. Benar benar wanita yang perkasa.

"Kau marah?" tanyanya lagi. Kali ini wajahnya berhasil mebuatku tertawa terbahak-bahak. Dengan ekspresi yang sok polos dan maskara yang luntur ke mana-mana, dia mirip sekali dengan monyet. Monyet betina.

"Ish kok ketawa. Aku cubit nih," ancamnya. Tapi tak berhasil. Aku tidak takut sama sekali dengan cubitannya. Mulai dari awal kami bersahabat pun dia selalu mengancamku seperti itu, tapi tak pernah berhasil.

"Fi, aku mau bicara," ucapnya lagi. Kali ini dengan wajah yang serius.

"Lah, itu tadi kau ngapain kalo gak bicara?"

"Iii .... serius. Aku mau ngomong penting nih." Tatapan wajahnya semakin mencurigakan. Aku harus berhati-hati.

"Ya udah, kita kepinggir jalan dulu. Kalo di tengah gini bisa bisa ketabrak lagi." Kami berjalan pelan menuju tepi jalan.

"Fi, aku ... aku ...," ucapnya yang seperti agak ragu. Tangannya pun gemetaran.

"Aku besok mau ke Cina," ucapku lebih dulu mengagetkannya. Sebenarnya aku belum memberitahunya mengenai beasiswa itu. Dan kurasa ini saat yang tepat.

"Ha?" Bukan hanya wajahnya yang tampak oon, tapi otaknyapun begitu. Sudah kuberitahu tetap saja tidak paham.

"Besok aku pindah ke Cina. Aku dapat beasiswa di sana." kutatap matanya dalam. Sebenarnya aku sempat berpikir untuk tidak memberitahunya mengenai hal ini. Tapi itu seperti keluar sendiri dari bibirku.

"Kok mendadak? Fi, ini bukan pertemuan terakhir kita kan. Fi, aku gak siap pisah sama kamu," ucapnya yang diselingi isakan tangis. Tak kuduga ternyata dia masih ingin bersamaku.

Penyedap Rasa - (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang