Flash back on
Rasanya sakit sekali. Sangat sakit. Kemarin aku tertawa bersamanya. Kemarin aku masih sempat memijat punggungnya yang kelelahan. Kemarin aku masih sempat memeluknya di sela tidur pulasku. Tapi sekarang, dia ... dia telah pergi.
Di depan gundukan tanah basah ini, aku tersedu sedu meratapi kepergian ayahku. Terasa begitu cepat. Bahkan masih jelas di ingatanku saat beliau mengajariku matematika setiap malamnya. Dengan sabar, meskipun salah dia selalu menyemangatiku untuk tetap berjuang.
Aku akan sangat merindukanmu ayah. Aku pasti akan begitu merindukan ayah. Jika ada kata di kamus yang melebihi rindu, maka itulah yang sedang kurasakan.
Rasa perih menjalar keseluruh dada. Aku masih belum menjadi dokter, Yah. Kenapa ayah mengingkari janji? Ayah bilang akan hadir di wisudaku nanti. Ayah akan berfoto denganku saat aku mengenakan pakaian
Di depan makammu ini, aku berjanji untuk mencapai cita-citaku menjadi seorang dokter. Aku akan berjuang dan pergi ke Cina untuk mencari ibu. Aku berjanji ayah. Akan kutepati janjiku karena aku adalah seorang pria sejati.
Jika anak kecil belum bisa mengerti apa arti kehilangan, tapi aku sudah cukup besar untuk paham siapa yang berarti bagiku dan siapa yang aku inginkan.
Meski masih berseragam merah putih, namun aku sudah tau bagaimana rasanya memiliki orang terkasih, keluarga yang selalu melindungi, dan sekarang semuanya lenyap entah kemana.
Flash back off
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyedap Rasa - (Slow Update)
Fiksi RemajaDalam hidup ini ada berbagai macam dan rupa rasa yang mungkin dialami oleh manusia. Ada manis, asam, asin, kecut, bahkan pahit. Tapi, ada rasa yang jauh lebih penting dan pasti dialami orang banyak. Rasa sakit. Semua manusia pasti pernah merasakan...