Take #1

1.7K 123 6
                                    


Kantor Urusan Agama.
Kini Persis di depan gedung ini Omar dan Syifa berada.

Pernikahan, semua orang pasti pernah membayangkan akan melakukannya. Tapi rasanya tidak pernah membayangkan bisa berada disini.

Rasanya deg-degan gak karuan.

"Yuk!" Ucap Omar mengomando Syifa untuk masuk ke dalam. Setelah sesaat keduanya sama-sama tertegun menatap tulisan yang terpampang di muka gedung ini.

"Selamat siang pak. Kita, mau daftar nikah." Omar kembali yang bicara begitu menghadap petugas. Dengan sesekali mengatur nafas yang seolah tersendat.

Sementara Syifa kalem-kalem ngikut Bae. Tapi mukanya keliatan gak nyaman.

"Sudah tahu apa aja persyaratannya?" Tanya balik petugas itu ramah.

"Enggak sih, pak. Tapi kata orang tua kami ini adalah surat-surat yang diperlukan untuk daftar nikah."

Omar dan Syifa pun menyerahkan surat-surat yang dibekalkan kepada mereka tadi pagi oleh ibunya.

"Ini sudah benar tapi masih ada beberapa yang kurang. Selain surat-surat ini kalian juga harus menyerahkan surat pengantar dari ketua RT dan RW setempat, serta surat pengantar dari kelurahan. Orang tua wali perempuan juga harus mendampingi." Jawab sang bapak petugas itu.

"Ja, jadi, gimana dong pak?" Omar pun agak gelagapan karena bingung dan lumayan terkejut karena ternyata seribet itu urusannya.

Gak ribet sih sebenarnya karena emang begitu ketentuannya tinggal ikuti langkah-langkahnya. Tapi karena gak pernah mengira bakalan begini makannya rasanya gitu.

Syifa sendiri sama bingung juga dan gak nyangka kalau ternyata emang banyak persyaratannya. Tapi Syifa mah masih diam aja. Hanya ekspresi wajahnya yang berbicara.

Omar dan Syifa pun hanya bisa saling tengok bingung sampai akhirnya si bapak petugas kembali berbicara sambil memberikan selembar kertas berisi poin-poin yang harus dipenuhi kedua calon pengantin.

"Ini daftar yang harus kalian persiapkan. Kalian bisa menyiapkannya lebih dulu. Setelah semuanya siap. Kalian bisa kembali ke sini. Surat-surat ini sebaiknya dibawa pulang dulu saja. Biar nanti sekaligus diserahkan semuanya biar lebih aman."

Ya, memang sepertinya begitu sebaiknya.
Akhirnya Syifa dan Omar kembali ke mobil dan saling ngedumel di mobil sambil menuju pulang untuk memenuhi semua persyaratan.

"Mamah pada keterlaluan ya, seharusnya pada tahu dong keperluan daftar nikah tuh, apa aja. Kenapa gak ngasih tau kita sebelumnya. Jadi, kita kan gak perlu bolak-balik gini!"

"Tahu tuh. Padahal udah berpengalaman menikahkan anaknya. Gak mungkin gak tahu!"

"Pasti sengaja!" Secara bersamaan keduanya menyimpulkan. Dan refleks saling tersenyum akhirnya.

Ya, udah lah ya, percuma juga ngedumel yang jelas tuh sekarang mereka harus kembali ke komplek perumahan mereka untuk bertemu pak RW dan pak RT setempat. Dan jangan lupa ke tempat pak lurah juga. Pokoknya Menjalaninya saja sesuai rencana kedua orang tua mereka.

"Jadi, kita ke mana dulu nih? Ke tempat aku atau tempat kamu?" Tanya Omar akhirnya.

"Kemana dulu aja boleh, yang lebih deket dulu aja kalau enggak."

"Jaraknya sama aja gimana?"

"Ya, udah kak Omar pilih merah atau hijau?"

"Merah! Tunggu, maksud nya?"

Omar malah gak ngerti maksud Syifa apa? Tapi kemudian Omar menghentikan mobilnya karena lampu jalan berubah warna.

"Nah, berarti ke tempat kak Omar dulu. Tuh, lampunya merah!" Jawab Syifa santai sambil tersenyum manis.

Cinta SelowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang