Take #6

1.4K 109 29
                                    

Kini di ruang keluarga semua keluarga besar berkumpul untuk berunding. Termasuk papah Sodrun yang baru datang. Yang seketika langsung emosi pas tahu undangan belum diurus.

"Sabar pah, emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Yang harus kita lakukan sekarang mencari solusi gimana caranya menyebar undangan besok. Bukan cari siapa yang salah " si, mamah Khadijah yang sudah menyelesaikan masa paniknya tadi. Berhasil meredam amarah papah dengan tutur lembutnya.

Dan pada akhirnya kini mereka semua berkumpul dan berunding. Sedangkan Omar sedang menelpon mamahnya untuk menanyakan tentang undangan dari pihaknya.

"Kita gak mungkin bisa memesan kartu undangan semedadak ini, belum lagi masa cetak juga butuh waktu. Kapan bisa kirim undangan coba?" Papah Sodrun yang masih sedikit kesal pun agak pesimis.

"Sebarin pake sepeker mesjid aja." Celetuk bang Dito ngasal.

"Bang, kalau pake sepeker mesjid paling yang denger warga sini doang. Relasi papah, temen-temen mamah, temen-temen adek kan, dimana aja pada! Serius ngapa." Respon bang Aldo sedikit kesal. Mewakili ketidak setujuan yang lainnya.

"Sosmed aja!" Ucap mbak Ayu istri bang Aldo lembut dan tenang.

"Entar yang Dateng sejagat! Atau kita kasih kejelasan "bagi yang kenal saja" keliatan banget gak prepare nya. Yang ada di bully netizen lho!" Kali ini bang Dito yang protes tapi masih santai.

"WA aja lebih privat!"mbak Yani istri bang Dito juga ikut menyumbangkan idenya dengan tenang juga.

"Apa boleh buat!" Ucap Syifa tapi masih kurang sreg gimana gitu. Sementara yang lain tampak berpikir.

"Apa gak bisa dengan cara lain? Gak ada cara lain?" Mamah Khadijah merasa tidak pas banget kalau harus mengundang dengan cara WhatsApp.

"Atau enggak kita mengundangnya dengan cara berbeda daripada umumnya aja." Mbak Yani emang terkenal kreatif.

"Beda gimana?" Bang Dito pun penasaran dengan ide kreatif istri tercintanya itu. Dan diskusi kreatif lah bang Dito Ama istrinya. Karena keduanya emang sejatinya seniman.

"Kita sebar undangannya gak pake kartu undangan. Tapi ganti pake sarana lain. Yang bisa dibeli tanpa harus pesan, dan langsung kita sebar."

"Apa dong? Apa semacam sovenir? Tapi tetep harus pesan Yang, secara dalam jumlah banyak."

"Itu aja, setangkai bunga mawar. Mamah aku kan punya toko bunga jadi bisa bantu."

"Boleh tuh, nanti aku buat selembar ucapan mengundang di kertas HVS berwarna pink. Kita bisa gulung lalu ikat pake pita kecil pada setangkai mawarnya."

"Yang bagus kata-katanya bang. Abang kan paling jago merangkai kata." Syifa pun semangat menanggapi sebagai bentuk persetujuannya.

"Siip, pasti. Soal itu percaya aja sama Abang."

Akhirnya semua setuju dengan kreativitas yang dilahirkan oleh pasangan seniman yang selalu manis ini.

Lalu tugas pun dibagi dengan adil dan sesuai kemampuan.

Mbak Ayu dan bang Aldo cari kertas HVS berwarna pink ke Gramedia, dan toko buku lainnya mumpung masih sempat, belum terlalu malam soalnya. Abis itu langsung antar ke percetakan temen bang Dito. Untung juga nih, bang Dito punya temen yang punya usaha percetakan.

Bang Dito sendiri siap pergi ke percetakan tamannya itu untuk mencetak, mengeprint dan memfotokopi selembaran kata-kata undangannya. Sekaligus merangkai kata disana, Dan auto gadang ini.

Mbak Yani jaga dua anak-anak kesayangan tambah satu keponakan (anaknya bang Aldo dan mbak Ayu) di rumah aja. Tapi jangan lupa hubungi mamahnya juga untuk menyiapkan bunga mawarnya.

Cinta SelowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang