Take #12

1.4K 130 48
                                    

Kini Syifa sudah dikamar sendirian sudah siap tidur di atas kasur memeluk gulingnya seperti biasa. Tapi matanya belum bisa terlelap walau dia terus memaksa memejamkannya.

Tadi selesai menaruh obat pada tempatnya setelah mengobati kaki Omar. Syifa memutuskan untuk langsung masuk kamar bahkan gak bilang Omar dulu. Langsung melengos aja gitu. Lewat tanpa menyapa padahal Omar sedang duduk di sofa dan dilalui olehnya.

Habis gimana?
Syifa merasa serba salah. Kalau balik ke sisi Omar di sofa rasanya canggung, gara-gara omongan Omar yang penasaran dengan rasanya bikin anak itu. Terus kalau bilang "aku ke kamar duluan ya, kak" nanti takutnya malah disangka ngode. Jadi, ya, udah akhirnya Syifa memilih melengos aja.

Sementara itu Omar masih bersantai di sofa sambil gonta-ganti channel TV. Tapi rasanya mulai ngantuk. Entahlah beberapa hari tanpa kerjaan yang pasti, malahan membuat Omar merasa jadi cepet ngantuk. Padahal waktu sebelum nikah kerjaannya begadang Mulu. Tapi mau ke kamar juga gak enak hati dengan Syifa. Takut Syifa merasa terganggu. Tapi kalau dibiarin nanti malah gak enaknya berkepanjangan. Maka akhirnya Omar bergegas naik ke kamar. Menghampiri Syifa untuk tidur bersama tentunya.

Pas masuk Omar lihat Syifa meringkuk memeluk gulingnya. Tapi Omar yakin Syifa belum tidur. Maka dari itu Omar pun naik ke atas kasur lalu manggil Syifa dengan lembut. Dan ternyata benar Syifa memang belum tidur dan pada akhirnya mereka ngobrol dan menghapuskan kecanggungan.

"Syif....."

"Mmmhhh." Refleks padahal udah niat nunjukin sedang tidur. Tapi begitu dipanggil langsung nyaut. Meski begitu Syifa tetap bertahan dengan posisinya memeluk guling membelakangi Omar.

"Yakin nih, kamu gakpapa aku tidur sekasur sama kamu? Kalau kamu merasa gak nyaman aku tidur di kamar sebelah aja. Aku lihat kamar bi Ninik udah gelap dia pasti udah tidur. Kalau aku tidur di kamar sebelah, bi Ninik pasti gak bakalan tahu kok."

"Jangan." Syifa refleks lagi menjawab kali ini bahkan seketika berbalik badan untuk melihat Omar.

"Aciyeee udah gak mau ditinggalin." Nyeplos lagi kan, Omar pun berdehem berusaha menahan dirinya agar tetap serius dan woles.

"Apaan sih, kak. Bukan gitu tapi mendingan jangan. Kakak harus tahu bi Ninik itu orangnya amanah. Kalau dia di kasih tugas pasti dilaksanakan sebaik-baiknya. Walaupun sekarang bi Ninik udah tidur, tapi dia bisa aja patroli tengah malam nanti. Aku gapapa kok kita tidur bareng. Kita kan, udah sepakat mau membiasakan diri." Syifa pun berusaha tidak terganggu dengan candaan Omar yang sebenarnya hampir membuat pipinya panas. Syifa juga mengubah posisinya menjadi duduk agar bisa lebih leluasa mengobrolnya.

"Abis kamunya kayak gak nyaman gitu! Aku jadi gak enak Syif, takut ganggu kamu. Tapi seriusan segitunya bi Ninik?"

"Soal bi Ninik dia orangnya emang gitu. Dan soal aku gak nyaman, enggak juga kok, tapi kadang aku tuh ngerasa gimana gitu loh. Apalagi tadi kakak ngomong begitu." Jelas Syifa begitu-gitu melawan rasa canggungnya membahas kecanggungan ini.

"Maaf. Aku juga gak bermaksud cabul kok tapi ya, bercanda Syif."

"Ya, hal kayak gitu gak usah di becandain kali kak. Kan malu."

Ya, udah deh seriusin aja yuk!

Duh, ini Kenapa pikiran Omar menjurus Mulu sih? Jangan sampe Omar keceplosan lagi yang ada makin membuat Syifa gak nyaman beneran lagi.

"Maaf deh. Aku gak lagi-lagi." Akhirnya Omar mengendalikan ucapannya.

Dan Syifa pun tersenyum manis menyambut baik permintaan maaf Omar. Jujur saja Syifa merasa Omar begitu pengertian. Dan setiap kali Syifa merasa tidak nyaman Omar selalu membuatnya kembali nyaman seperti ini. Beruntung sekali rasanya bisa bersama dengan seseorang seperti Omar ini. Dan selama apapun itu hidup bersama dengan Omar rasanya Syifa akan bersedia kalau gini.

Cinta SelowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang