Di rumah Omar Syifa disambut dengan baik oleh keluarga barunya. Mamah mertua, papah mertua, dan ketiga kakak- kakak perempuan iparnya beserta para suaminya dan juga para keponakan yang tidak kalah gemes dengan Amel, Randy, dan Anwar.
Syifa yang pernah bertemu dan mengobrol serta mengakrabkan diri dengan mereka dihari belanja keperluan seserahan tempo hari pun sudah tampak tidak canggung lagi dengan mereka.
Begitu pula dengan para keponakan, dan sekarang pas ketemu Syifa, mereka langsung heboh ngajakin main. Keponakan Omar semuanya ada enam karena masing-masing kakaknya memiliki dua anak. Terdiri dari empat anak lelaki dan dua perempuan. Paling kecil berusia enam dan paling besar berusia sepuluh.
Dan akhirnya setelah beramah tamah dengan mertua dan para mamah-mamah dan papah-papah mereka Syifa pun memenuhi keinginan anak-anak untuk bermain bersama.
Syifa emang jagonya mendapatkan hati anak-anak.Ketika bermain mereka sempat berebut menentukan permainan Syifa bahkan bisa mendamaikan mereka dengan keputusannya. Membuat keluarga Omar yang menyaksikan hubungan Syifa dan para keponakan itu jadi memuji-mujinya dan mencecar Omar akhirnya tanpa Syifa ketahui.
"Mar, kamu beruntung memiliki istri seperti Syifa, Syifa itu memiliki jiwa keibuan yang sangat baik." Mamah yang memulai pujian itu.
"Sepertinya jiwa keibuan Syifa sudah sangat matang." Lanjut kak Alea kakak pertama Omar.
"Kode tuh Mar, dia sepertinya udah siap jadi mamah yang baik. Sahut kakak perempuannya yang ketiga yang bernama Jelita.
"Cepetan bikin Mar." Kak Sinta si Kakak kedua juga gak mau ketinggalan.
"Serang terus Mar, jangan kasih ampun!" Kakak ipar paling gede bernama Rey itu malah makin menjadi membuat yang lain semakin bersemangat dan seru godain si bontot ini.
Ahsyiaap....... andai aja Omar bisa lebih santai dan menjawab seperti itu. Tapi sayang Omar gak siap dan obrolan ini begitu menyebalkan. Di rumah Syifa Omar harus jago-jago menahan diri saat dicengin soal malam pertama. Lah disini naik level jadi soal anak. Tapi seenggaknya Omar tidak perlu menahan diri di kandangnya ini. Omar pun memasang wajah bete dan galaknya yang khas itu.
"Gak seru ah, obrolannya. Aku mau masuk kamar aja, capek." Ucap Omar ketus lalu meninggalkan keluarganya yang bela-belain pada cuti untuk menyertai hari bahagianya dari beberapa hari kemarin dan melepasnya untuk kehidupan mandiri yang sesungguhnya besok.
Tapi mereka yang sudah memahami tabiat Omar itu hanya tertawa melihat kelakuannya yang belum juga berubah itu.
Sementara Syifa dan anak-anak semakin seru bermain. Dan setelah merasa bosan bermain a b c lima dasar dan mengeluh bosan. Syifa pun mengajukan permainan lain yaitu petak umpet. Dan mereka pun langsung menyetujuinya.
Lalu mereka pun mulai bernyanyi sambil menyentuh tangan bergantian untuk menunjuk dan menentukan siapa yang Jadi. Dan siapa pun yang Jadi maka dia harus Jadi tidak boleh ada alasan. Karena sejak awal Syifa sudah menegaskan bahwa syarat dari permainan adalah sportifitas. Kata Syifa "jika tidak bisa mengikuti peraturan permainan maka jangan ikut bermain. Karena ketika peraturan dalam permainan dilanggar maka permainan tidak akan seru lagi" dan ternyata yang harus Jadi adalah Fahri keponakan paling besar anak pertama dari mbak Alea dan mas Rey.
Ok, Fahri mulai berhitung dan semuanya mulai bersembunyi. Tapi kemudian Syifa mendapat kode "kemari" dari mamah Gadis dengan kedua tangannya di ruang keluarga masih bersama para kakak ipar dan papah Kaisan.
"Ngumpetnya di kamar Omar gih, pasti kamu capek jangan ladenin anak-anak Mulu."
"Iya, Syif biarin nanti anak-anak pusing nyari kamu. Nanti anak-anak kita handle kok."
