Hari ini Syifa dan Omar berangkat lebih pagi dari biasanya karna mereka ingin menyempatkan menjenguk Rossy ke Rumah sakit.
Sesampainya di ruang rawat tempat Rossy di rawat Syifa dan Omar merasa sangat lega karna mendapati Rossy sedang sarapan dengan lahap.
"Mbak lapar ya? Lahap banget makannya." Sapa Syifa santai begitu datang.
"Apa emang doyan tuh?" Sambung Omar.
Omar dan Syifa sengaja bersikap sok asik karna gak mau membuat drop mood Rossy.
"Sumpah ini makanan rumah sakit gak ada enak-enaknya samasekali." Jawab Rossy dengan memasang mimik wajah yang iwh parah.
"Karna makanan rumah sakit itu sehat mbak, kalo makanan enak biasanya gak sehat." Timpal suster sambil lalu yang baru saja selesai mengecek keadaan Rossy. Yang menyunggingkan senyum di wajah semua.
"Mbak Rossy udah baikan?" Tanya Syifa yang tidak bisa menyembunyikan rasa pedulinya terhadap Rossy dengan hati-hati.
"Aku gak baik Syif, badan ku aja rasanya gak enak banget. Tapi aku harus kuat, aku harus sehat, aku harus memperjuangkan hak ku untuk memeluk kembali anakku Syif." Jelas Rossy tegar.
Dan ketegaran Rossi ini membuat Omar maupun Syifa salut padanya.
"Aku tahu kamu kuat dan tegar. Tapi bukan berarti kamu bisa melakukan semuanya sendirian. Aku siap bantu jika di butuhkan." Seketika Omar menyatakan kesediaannya.
"Mar, aku janda lho jangan sampe aku baper." Rossi malah menyauti kesediaan Omar dengan bercanda. Tapi jujur sih.
"Aku cemburu!" Syifa pun ikutan bercanda. Karna emang perhatiannya Omar itu bikin iri, sumpah. Tapi demi apapun Syifa gak cemburu kok saat ini. Ungkapan itu beneran hanya candaan. Bukan karna Syifa terlalu percaya sama Omar dan Rossi tapi karna lelaki yang sangat pengertian itu adalah miliknya.
Alih-alih cemburu Syifa justru malah bangga sama Omar saat ini."Susah ya, jadi cowok tuh emang selalu salah." Omar skak ngadepin dua perempuan sekaligus gini.
Mereka terlihat santai, saling tertawa, dan kembali serius karna pada akhirnya. Rossi meminta bantuan ke Syifa dan Omar untuk dicarikan pengacara andal di bidang ini.
Dan Rossi sendiri sudah dijadwalkan keluar dari rumah sakit hari ini setelah cairan infusnya habis.
"Pagi semuanya......."
Tiba-tiba Tara datang menyapa semua dengan gaya santuy nya, yang seketika membuat mimik wajah Omar berubah jutek.
"Gimana keadaanmu mbak?" Tanya Tara perhatian.
"Seperti yang kau lihat nih." Jawab Rossi datar.
"Mbak emangnya mas Tara gak bisa bantu bicara baik-baik sama mantan suami mbak? Mas Tara kan adik nya." Syifa justru menemukan topik pembicaraan baru dengan hadirnya Tara.
"Tanpa diminta pun Tara pasti udah bicara sama mas Haris dan keluarganya. Tapi sayangnya mereka pasti cuman nganggep Tara anak bocah dan gak di bolehin ikut campur." Jelas Rossi yang sudah memahami betul keluarga itu.
"Mbak emang serba tahu. Maaf ya, mbak aku gak bisa buat apa-apa. Tapi tadi aku sempet jenguk Ochi. Ochi gak sekolah hari ini, pasti mbak tahu alasannnya kenapa. Mbak gak usah khawatir di Rumah, Ochi baik-baik aja kok, di manjain parah sama neneknya." Tutur Tara memberitahukan keadaan.
"Makasih Tar, itu juga udah bantu banget. Tolong jengukin Ochi terus ya. Pastiin dia baik-baik aja. Cuma kamu yang bisa bantu aku soal itu."
Mereka berempat membahas permasalahan pelik ini dengan tenang. Ochi juga merasa semakin kuat karna memiliki dukungan dari Syifa, Omar, dan Tara.