Tap tap tap...
Jimin melangkah ringan memasuki area halaman gedung utama setelah ia melewati pagar sekolahnya. Dengan tangan kanannya yang ia masukkan ke dalam saku hoodie-nya dan tangan kirinya yang menenteng paper bag yang berisi buku-buku yang sempat ia beli saat ia keluar tadi. Jimin berjalan dengan kepala tertunduk, tak menyadari jika ada seorang pria paruh baya yang berdiri tak jauh darinya dan mematainya. Pria itu tersenyum kecil melihat tubuh mungil Jimin membuatnya refleks berjalan mendekatinya.
"Park Jimin?" panggilnya membuat Jimin mendongak dan mendapati salah satu gurunya berdiri di depannya.
"annyeongasseo Lee ssaem." sapa Jimin membungkukkan badannya menyapa sang guru yang sekaligus merangkap sebagai pembina di club dance yang ia ikuti, Lee Seungri.
"nde annyeong. Jika boleh tahu, kau darimana saja?" tanya guru Lee ingin tahu. Jimin mengulum bibir sebelum menjawab pertanyaan dari guru yang memiliki selera humor yang tinggi.
"Mencari beberapa buku, ssaem." Jawab Jimin jujur. Guru Lee mengangguk percaya.
"Kenapa lama sekali?"
"nde?" guru Lee terkekeh melihat respon Jimin yang kedua matanya membulat polos.
"Aku sudah menunggumu tiga jam disini."
"Benarkah? Maafkan saya ssaem." sesal Jimin tak percaya sekaligus tak enak hati. "Tapi, ada apa Lee ssaem menungguku disini?" tanya Jimin sopan. Guru Lee tersenyum tampan dan menatap Jimin lamat.
"Aku dengar, kau menolak untuk ikut partisipasi festival mendatang." ujarnya yang membuat Jimin membulatkan kedua matanya terkejut. Hey, kapan ia mengatakan penolakan?
"Tidak, ssaem. Saya tidak menolak sama sekali."
"Benarkah?" ulang guru Lee tak yakin.
"Apa Hoseok sunbae mengatakan sesuatu pada anda?" tanya Jimin curiga. Guru Lee pun seketika tertawa keras melihat wajah Jimin yang terlihat was-was. Guru Lee mengangguk kecil.
"hm, Hoseok sedang frustasi sekarang! Bahkan, tidak hanya Hoseok. Seluruh anggota club juga sedang frustasi karena dirimu."
"Tapi, sunbaenim. Kenapa mereka membutuhkanku? Bahkan, festival tahun lalu aku tidak ikut berpartisipasi."
"Karena, mereka mengangkat tema yang jauh berbeda dari tahun kemarin atau tahun-tahun sebelumnya." Jimin mengangkat sebelah alisnya tak mengerti. "Dan mereka sangat membutuhkanmu, mengingat kau adalah yang terbaik dalam tema yang mereka usung untuk festival nanti. Apalagi mengingat bagaimana penampilanmu saat di kompetisi tahun lalu." Jimin terdiam dan menatap canggung ke arah guru Lee.
"Tapi, ssaem. Anda tahu bukan, aku sedang dalam masa skors. Aku tidak pernah menolak tapi, mengingat kemungkinan bahkan hampir tidak mungkin untukku ikut berpartisipasi."
"Bagaimana jika aku mendapat ijin dari sekolah agar kau bisa ikut serta dalam festival nanti?"
"nde?" Jimin mengerjapkan kedua matanya tak percaya.
"Kim ssaem yang memberimu hukuman bukan?" Jimin mengangguk. "Sebelum bertemu denganmu, aku sudah membicarakan hal ini padanya. Dan dia, dengan senang hati langsung mengijinkanmu untuk ikut."
"Benarkah? Ssaem tidak sedang bercanda 'kan?"
"Tentu saja tidak, Jimin-ssi. Ini waktunya untuk serius, bahkan Kim ssaem juga memberikan surat pernyataan resmi untuk mengikut-sertakan dirimu dalam festival mendatang." Jimin menahan senyum senang membuat guru Lee yang melihatnya diam-diam ikut tersenyum. "Kau tahu, apa hadiah yang ditawarkan sekolah untuk pemenang festival tahun ini?" tanya guru Lee merendahkan suaranya. Jimin menggeleng. Guru Lee pun mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk memastikan jika tidak ada orang yang mematai guru dan siswa itu. Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa, guru Lee pun membisikkan sesuatu di telinga Jimin yang langsung mendapat respon tak percaya sekaligus mimik takjub yang tergambar secara berlebihan di wajah Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE ON THE WAY ( ✔✔ )
RandomJimin dan Jungkook adalah seorang rival sedangkan Seokjin adalah korban dari pertengkaran mereka. Namun, siapa yang menyangka akibat dari kedua perusuh ini justru mereka mendapat perhatian dari tiga siswa baru yang kaya raya dan menjadi idol di seko...