18. SUMMER CAMPING

2.7K 220 14
                                    

Previously ...

"Sekarang kau mendengar cerita berbeda dari setiap orang yang mengenalmu sejak dulu. Dan, diantara mereka—siapa yang akan kau percaya?" tanya Yoongi tenang dan Jimin diam mendengarkan. "Orang yang mengaku adalah orang terdekatmu dan mengatakan semua ceritanya padamu atau orang yang tak pernah kau akui kehadirannya tetapi juga mengetahui kebenarannya? Mana yang akan kau pilih?" tanya Yoongi. "Jika aku mengatakan apa yang kau ketahui adalah kebenarannya sementara mereka, berusaha untuk mengatakan yang sejujurnya apa kau akan mempercayai mereka?"

Dan barulah Seokjin, Taehyung, Hoseok, Jungkook, dan Namjoon paham kenapa Yoongi sedari tadi hanya mengatakan bahwa apa yang Jimin katakan adalah kebenarannya. Sementara Jimin, ia merasa semua orang tengah mengelabuinya yang membuatnya semakin tidak ingin mempercayai siapapun.

"Kau benar! Aku pasti akan mempercayai orang yang lebih dulu mengatakan ini semua kepadaku dibandingkan mempercayai semua omongan kalian. Dan mendengarku mengatakan ini semua, membuatku yakin—bahwa kalian sama saja dengan mereka!" desis Jimin sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan keenam orang itu yang menatapnya diam seperti orang bodoh.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

– One On The Way –

.

.

.

.

.

.

.

.

BRAK!

PRANG!

"ARGHHH!" seru Jimin pilu seraya membanting semua barang-barang yang ada di dalam bilik kamarnya. Ia terus mengerang penuh emosi dan membuat biliknya kembali berantakan persis seperti beberapa hari yang lalu.

"ARGHHH!" seru Jimin semakin menyedihkan karena terus berteriak dan mengacak rambutnya.

BRUK!

"hiks~" isak Jimin tepat ia menjatuhkan tubuhnya di lantai bilik kamarnya yang terasa dingin dan sepi. Kepala Jimin tertunduk, tubuhnya bergetar dan kedua matanya yang penuh air mata. Jimin mememjamkan kedua matanya dan mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar. Kejadian hari ini, benar-benar menguras hati dan pikirannya. Bukan karena ia bingung akan mempercayai perkataan siapa atau siapa. Tapi, bukankah ini terlalu banyak untuk ia terima sekaligus?

"Kenapa? Kenapa ini semua terjadi padaku? Tidakkah mereka memberiku kesempatan untuk tenang sehari saja?!" gumam Jimin lelah. Ia lelah tentu saja. Ia sudah lelah sejak ia tidak bisa mengingat apapun dan ia mungkin akan semakin lelah ketika ia sudah mengingat semuanya.

Cklek!

Jimin tak mengindahkan suara pintu kamarnya yang terbuka. Ia tetap menangis dalam diam. Melampiaskan rasa amarah yang meletup-letup pada dirinya sendiri.

"yaampun, Jiminie—apa yang terjadi padamu?" dan Jimin seketika mendongak ketika sosok yang sudah ia anggap sebagai kakak pelindungnya datang di waktu yang tepat.

ONE ON THE WAY ( ✔✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang