Jimin menarik nafas lelah. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi tak juga membuatnya bergegas pergi tidur dan meringkuk nyaman di atas tempat tidurnya. Justru, Jimin lebih memilih menikmati angin tengah malam yang menyengat di balkon kamarnya, seorang diri.
"aish, kenapa dia membuatku sulit seperti ini." rengek Jimin kesal. "Dia pasti sengaja meninggalkan jasnya. wah~ tidak mungkin 'kan aku tidak mengembalikannya. Tapi—ah~ aku benar-benar malas melihat wajahnya."
Jimin mendongak dan menatap langit-langit malam yang kebetulan pada saat itu bertabur banyak bintang.
"wah~ sudah lama aku tidak duduk tengah malam seperti ini." gumam Jimin tersenyum hangat. Jimin menarik kakinya dan kemudian memeluk kedua lututnya.
"Apakah diantara bintang itu, ada yang bisa memberitahuku tentang masa laluku? Aku benar-benar tidak bisa mengingat apapun." gumam Jimin bertanya pada bintang di langit. "Bisakah, kalian mengirimkan pesan pada orang yang sudah membuatku lahir di dunia ini? Katakan padanya, aku kesepian dan kedinginan. Aku tidak berterima kasih padanya karena sudah melahirkanku. Karena aku lelah sendirian." Jimin menghela nafas. "Aku ingin keluar." gumamnya kemudian menunduk dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.
Dan tanpa Jimin sadari, ada tiga orang yang sedari tadi mendengar curahan Jimin pada bintang. Tiga orang yang merupakan roomate Jimin yang selalu Jimin hindari meskipun mereka bersitatap sengaja atau pun tidak. Ketiganya saling berpandangan.
"Kapan kita mengatakan semuanya padanya, hyung?" tanya Jungkook.
"Kau ingat 'kan apa kata dokter tentang kondisinya?" tanya Seokjin. Jungkook terdiam.
"Kita menceritakannya atau tidak. Itu tetap akan membahayakan dirinya." sambung Hoseok.
"Akan lebih baik, perlahan-lahan kita mendekatinya sebagai teman. Bukan sebagai junior, senior, atau pun seorang rival. Dengan begitu, dia tidak akan terkejut jika sewaktu-waktu dia ingat semuanya atau pada saat kita sendiri yang menceritakannya." saran Seokjin bijak yang hanya bisa diangguki oleh Jungkook.
.
.
.
.
.
.
.
.
– One On The Way –
.
.
.
.
.
.
.
.
Ckiiiiiiiit!
BRAK!
BOOOM!
Jimin sontak terduduk dari tidurnya ketika sebuah mimpi buruk yang selalu datang ketika ia memejamkan kedua matanya. Jimin terengah, keringat mengucur di seluruh wajah manisnya.
"Mimpi buruk?" tanya seseorang yang membuat Jimin seketika mendongak dan mendapati seniornya yang berdiri di depan pintu kaca yang menjadi penyekat antara ranjang-ranjang dengan penghuni kamar yang lain. Oh, Jimin baru ingat karena terlalu mengantuk ia lupa menutup tirai biliknya. Jimin hanya terdiam, saat seniornya hanya menatapnya dari luar. Kemudian, ia berlalu dari bilik Jimin begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE ON THE WAY ( ✔✔ )
AcakJimin dan Jungkook adalah seorang rival sedangkan Seokjin adalah korban dari pertengkaran mereka. Namun, siapa yang menyangka akibat dari kedua perusuh ini justru mereka mendapat perhatian dari tiga siswa baru yang kaya raya dan menjadi idol di seko...