19. Believe

1.4K 44 0
                                    

Makan pagi di rumah yang megah itu berjalan baik dan ceria, disana juga ada Arga yang ikut sarapan pagi dengan keluarga Serlia. Sejak kejadian kemaren Serlia nampak tidak baik-baik saja, jelas Arga tau bagaimana bimbangnya perasaan gadis itu.

" Nak Arga nanti setelah lulus SMA mau lanjut ke universitas mana?" tanya Andi dengan senyum manisnya, tentu Serlia tidak ingin ketinggalan berita tentang rencana masa depan Arga.

" Tujuan saya ingin ke universitas di spanyol, tempat bibi saya " kata Arga membuat Serlia mendesah kecewa, jadi dia akan berpisah dengan Arga.

" Tapi itu cuma angan-angan saya dulu, sekarang saya akan sekolah di jakarta saja. Karena menurut saya semua kampus sama. Lagi pula Papa menyarankan saya untuk memegang perusahaannya " kata Arga dengan senyum terbaiknya, Serlia langsung tersenyum lega.

" Lo dari tadi kembang kempis terus, kenapa?? takut di tinggal Arga ke spanyol?" kata Gilang dengan blak-blakan membuat Serlia sendiri merasa malu.

" Apa-apaan sih, jangan sok tau deh lo lagian gue tadi cuma latihan pernafasan doang " kata Serlia cengengesan layaknya orang bodoh.

Tiba-tiba Tian datang dengan senyum tipisnya itu melangkah ke arah Serlia, pertama-tama dia menyapa seluruh keluarga dan menatap serius ke arah Serlia. Karena gadis itu sudah mengerti apa yang akan di katakan Tian langsung mengangguk mengiyakan.

" Bawa mereka masuk " kata Tian dengan nada dingin menyuruh para bodyguard membawa keluarga Smith kedepan Nona nya itu.

" Nona, apa yang harus saya lakukan untuk mereka?" tanya Tian dengan nada tegas, Serlia terdiam sejenak menatap Arga cowok itu hanya mengangguk meyakinkan.

" Kau kembalilah ke kantor, biar aku yang mengurus mereka. Kalian semua keluarlah " kata Serlia kepada para bodyguardnya dan Tian, setelah mereka pergi Serlia berdiri dan melangkah ke arah keluarga yang telah membuangnya itu.

" Duduk dan makanlah, aku tau kalian belum makan dari kemarem malam " kata Serlia dengan nada dingin, mereka hanya mengangguk patuh pada Serlia.

" Silvia, apa kamu baik-baik saja?" tanya Serlia saat melihat luka lembam di pipi gadis itu, bisa di tebak jika keluarganya berbuat macam-macam kepada kembarannya itu.

" Obati dia " kata Serlia yang langsung di beri aggukan patuh oleh para maidnya, Silvia segera di bawa ke kamar untuk di obati serta satu Maid mengambilkan gadis itu makanan.

" Bukankah aku sudah bilang, kalian tidam boleh ada yang membencinya apalagi menyentuhnya " desis Serlia sinis, dia menatap tiga orang yang hanya diam mematung terduduk di meja makan. Serlia menghela nafasnya kasar.

" Makanlah, lain kali aku tidak ingin ada kekerasan lagi " kata Serlia yang di balas anggukan saja oleh mereka.

" Sayang, apa sebaiknya kamu di rumah saja saat ini. Mama tau kondisi kamu sedang tidak baik " kata Killa menatap putrinya dengan khawatir, Serlia hanya tersenyum dan mencium pipi Killa.

" I'm fine mom, aku akan bekerja dengan Arga jadi jangan khawatir " kata Serlia menunjukan senyum hangatnya itu.

Mama kandungnya hanya terdiam melihat interaksi putrinya itu, dia merasa gagal menjadi seorang ibu yang tidak ada disaat anaknya membutuhkan. Malah ada wanita lain yang dijadikan rumah oleh putrinya itu.

" Gue ikut seperti biasa, gue gak terlalu percaya sama nih bocah gak bakal ngapa-ngapain lu ntar " kata Gilang dengan nada sinis ke arah Arga.

" Heii bukannya lo udah percaya sama gue atas adik lo itu " kata Arga tak terima dengan perkataan Gilang.

" Udahlah abang kuh sayang, lo boleh ikut tapi jangan ganggu gue karena gue lagi gak punya tenaga buat nabok elu " kata Serlia tertawa geli melihat mimik wajah Gilang yang kesal.

Brian yang melihat adik perempuannya itu hanya tersenyum miris dalam hati. Tugasnya sebagai seorang kakak sudah hilang, dimana adiknya akan meminta restu kepadanya untuk berpacaran sekarang sudah di gantikan oleh sosok Gilang yang menjadi kakak terbaik untuk adiknya itu.

" Kamu kerja tengah hari saja, Nanti Papa sama Gilang yang akan melanjutkan pertemuan mu di LA " kata Andi yang berusaha meyakinkan Serlia, dia merasa gadis itu terlalu memiliki banyak beban.

" Iya Pa, Serlia minta ijin ya mau jalan-jalan sama Arga " kata gadis itu menyunggingkan senyum malu-malunya itu.

" Mau kemana?" tanya Papa nya dengan nada menyelidik, Arga langsung maju dengan sikap tegasnya meminta ijin.

" Saya mau ngajak Serlia ke dufan Om, jadi tenang saja saya akan menjaga Serlia " kata Arga dengan sopan, Andi langsung terdiam menimang-nimang.

" Gak boleh, kalo gue gak ikut kalian gak boleh pergi " kata Gilang nyeroscos gitu aja membuat Serlia mendelik tajam.

" Jangan ikut-ikuatan lo bang, gue minta ijinnya ke Papa bukan ke elu " kata Serlia kesal, dia langsung menjulurkan lidahnya mengejek.

" Ya sudah kalian boleh pergi, tapi jam 8 malam kamu harus sudah di rumah " kata Andi memperingati Serlia, gadis itu langsung mengangguk patuh. Mereka langsung tertawa senang.

" Dihh ntar gue nyusul " kata Gilang membuat Serlia dan Arga mendelik tajam.

" Jangan ikut-ikutan!" teriak Serlia dan Arga berbarengan membuat suasana nyaring di dalam ruangan.

Papa kandung Serlia hanya bisa menatap nanar putrinya yang sudah tumbuh dewasa. Dia telah gagal menjadi seorang Ayah, disana sudah ada adiknya yang telah menggantikan perannya saat ini.

" Orang gue pergi ke dufan bareng pacar gue? kenapa lo berdua larang-larang?" tanya Gilang sewot, Serlia langsung membelalakan kedua bola matanya.

" Demi apa lo punya pacar?? laku juga ya lo bang " tawa Serlia pecah saat mengejek abangnya itu, Gilang langsung cemberut dan menjitak kepala Serlia.

" Idihh gak usah jitak kepala cewek gue juga dong, kasar banget lo. Kalo mau kasar langkahi mayat gue dulu " kata Arga sambil mengelus puncak kepala Serlia yang baru di jitak Gilang.

" Udah berani lo sama gue ya, tenang aja gue gak bakal restuin kalian. Gue bakal jodohin Serlia sama Kevan aja " kata Gilang yang membuat kedua insan itu melotot.

" GUE OGAH " teriak Serlia yang langsung pergi bersama Arga.

.
.
.

Vote guyss

My Broken Heart [Complete]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang