20. Change

1.3K 43 1
                                    

Jam tepat menunjukan pukul 8 malam, dan Serlia sudah ada di rumah seperti perjanjiannya dengan sang Papa. Dia juga sudah ada di ruang keluarga bersama Arga dan keluarga kecilnya sambil menonton televisi dan bercanda gurau.

" Gue ke atas dulu ya " kata Serlia kepada Arga, tujuannya ke atas hanya ingin melihat Silvia karena para Maid bilang Silvia tidak keluar kamar semenjak menginjakan kakinya kesini.

Serlia menatap pintu dengan cat berwarna biru itu, perlahan dia membuka pintu dan menemukan sosok gadis dengan gaun putih duduk di balkon menyendiri. Serlia tau bagaimana rasanya menyendiri seperti itu, perlahan dia mendekati Silvia dan menepuk bahu gadis itu.

" Apa yang kau lakukan Hm?" tanya Serlia dengan senyum kecilnya menatap Silvia yang menatapnya penuh benci.

" Keluar!! Gue benci lihat lo lagi, lo sumber penderitaan gue. Gue benci sama lo " sinis Silvia menundukan kepalanya, bahunya bergetar menandakan gadis itu sedang menangis.

Serlia langsung mendekap tubuh Silvia, dia juga merasakan sakit yang di rasakan Silvia. Sedari awal dia tidak mau hal ini terjadi, hal yang akan membuat saudara kembarnya merasakan sakit seperti ini.

" Maafkan aku, aku memang buruk menjadi saudara mu. Aku berjanji akan memperbaiki semuanya, jadi tenanglah Silvia, kembalilah bahagia seperti dulu " bisik Serlia tepat di telinga Silvia.

" Bagaimana aku merasa bahagia jika semuanya kau rebut dari ku, keluarga ku membenci ku, Arga juga sudah kau rebut. Sekarang apa yang bisa aku bahagiakan di dunia ini?? nasib ku yang susah ini?" kata Silvia dengan tangisnya yang tumpah.

" Ada aku, aku akan mengembalikan hidupmu seperti semula " kata Serlia dengan senyum manis menghiasi wajahnya.

" Aku tidak percaya pada mu, kau hanya penipu. Kau membuat hidup ku sengsara Serlia, aku membeci diri mu " tangis Silvia kembali pecah, gadis itu kembali menangis meraung-raung.

" Percayalah kepada ku Sil, aku menyayangi mu, tidak mungkin aku bisa melihat mu seperti ini lama-lama " kata Serlia yang ikut terisak karena tangisan pilu yang di keluarkan Silvia.

" Bagaimana aku bisa mempercayai mu?" tanya Silvia dengan nada lirih, dia menatap Serlia penuh keyakinan seakan hanya Serlia saja yang akan dia percaya.

" Bergabunglah " kata Serlia yang melepas pelukannya dan menuntun tangan gadis itu ke bawah bersama keluarga barunya itu.

" Lihatlah mereka, sekarang kau akan mendapakat hangatnya sebuah keluarga sama seperti yang aku dapatkan " bisik Serlia lagi, gadis itu menuntun Silvia untuk duduk di sofa bersama keluarga kecilnya itu.

" Apa kau lapar?" tanya Killa kepala Silvia yang terlihat tidak bernafsu, dia merasa kasian dengan kedua gadis yang di jadikan korban perbedaan kasih sayang oleh kedua orang tuannya.

Silvia hanya membalas gelengan kecil saja, dia merasa canggung di antara keluarga ini. Dia merasa sedih jika mengingat keluarganya yang dulu telah hancur karena dirinya sendiri.

" Ambilkan dia makanan!" perintah Serlia kepada maidnya itu, Silvia merasa sangat beruntung jika kembarannya itu masih menyayanginya walau dia telah membuat kesalahan fatal.

Mereka kembali mencairkan suasana agar tidak terjadi ke canggungan antara mereka dan Silvia. Disisi lain Arga tersenyum hangat melihat Serlia yang mempunyai jiwa dermawan. Bahkan gadis itu bisa menerima keadaan dan menerima kembali keluarganya walau tidak seutuhnya perasaan gadis itu utuh. Arga merasa sangat beruntung memiliki Serlia.

.
.
.

Pagi-pagi Serlia sudah terbangun karena suara ribut di lantai dasar. Dia langsung turun mengucek kedua bola matanya, dia menatap penuh tanda tanya. Saat keluarganya sudah menenteng koper-koper beserta Silvia yang menangis sendu.

" Ada apa ini?" tanya Serlia membuat perhatian semua orang teralih kepadanya.

" Kami akan meninggalkan rumah ini, terima kasih atas tumpangan anda selama sehari ini. Kami rasa kami akan kembali memulai hidup kami dari awal " kata Ayahnya dengan bahasa formal, jelas seperti beliau menghormati Serlia.

" Menatap ulang apa? Apa aku bukan keluarga kalian sehingga kalian memisahkan diri dari ku?" tanya Serlia dengan nada lirih, dia tidak tau jika keluarganya masih menyimpan rasa benci kepadanya.

" Bukan seperti itu, kami malu dengan diri kami sendiri. Kami yang membuang mu, dan kami juga yang mengemis kepada mu " kata Mama nya dengan tangis isakannya itu membuat Serlia tidak mampu melihat Mama nya itu.

" Jangan katakan itu, kalian tidak mengemis kepada ku. Bukankah ini kewajiban ku sebagai seorang anak, untuk memenuhi kebutuhan kalian saat kalian membutuhkan ku " kata Serlia yang melangkah ke arah mama nya dan memeluk mamanya itu erat.

" Jangan tinggalkan aku lagi, aku perlu kalian disisi ku. Kalian keluarga ku, meskipun rasa benci pernah merayap di hati ku. Tapi rasa sayang ku lebih besar dari itu " kata Serlia lirih, semua orang yang melihat adegan itu hanya terdiam ikut merasakan haru.

" Tapi kami... "

" Sudahlah, anggap semuanya tidak pernah terjadi. Kita akan kembali seperti dulu, dan di tambah keluarga ku yang baru. Jadi aku punya 2 ibu, 2 ayah, 2 kakak laki-laki dan satu kembaran yang ku sayangi " kata Serlia menatap seluruh keluarganya dengan hangat.

" Jadi kita keluarga?" tanya Serlia kembali, mereka semua mengangguk dan memeluk Serlia penuh kasih sayang.

Jam menunjukan pukul 6 pagi, semuanya sudah lengkap di meja makan. Setelah kejadian tadi tidak ada rasa canggung maupun dendam, mereka saling berbaur dan bercanda gurau seperti dulu lagi.

" Lo gak berangkat bareng Arga?" tanya Gilang menatap Serlia dengan alis naik turun bertanya.

" Kagak, hari ini gue mau berangkat bareng sama Silvia. Jadi hari ini gue pisah dulu sama Arga " kata Serlia dengan senyuman yang dia sunggingkan kepada Silvia.

" Arga, anak keluarga Dwijaya itu?" tanya Ayahnya memastikan jika putrinya tidak memilih lelaki yang salah.

" Iya, tenang saja Anto anak mu sudah aku tangani dengan laki-laki baik " kata Andi dengan tawa gelinya itu.

" Benarkah, terima kasih sudah menjaganya selama ini " kata Anto Ayahnya, Gilang langsung menatap Brian sengit.

" Hari ini gue yang nganter mereka sekolah " kata Gilang dengan nada sinis.

" Gak, gue yang nganter mereka " kata Brain menatap Gilang tidak suka.

" Stop!! kalian saja yang mengantar kami, impas bukan " kata Silvia yang di balas anggukan setuju oleh Serlia.

Mereka kembali melanjutkan aksi melempar umpatan walau sudah di tegur banyak kali oleh Killa dan Jina Mama kandung Serlia agar tidak mengumpat di makan.

.
.
.

Vote guyss

Happy ending :)))

My Broken Heart [Complete]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang