Disinilah Ara berada. Rooftop sekolah. Entah kenapa ia ingin mengunjungi tempat itu. Ia baru tau kalau sekolahnya memiliki rooftop yang tempatnya sedikit tersembunyi. Tak banyak yang tau tentang keberadaan rooftop itu.
Ara berjalan ke arah pinggir rooftop. Hamparan pemandangan sawah tergelar dibawahnya. Rooftop ini mengarah ke belakang sekolah yang terdapat sawah dan hutan.
Terik matahari tidak menghalangi niatnya untuk tetap berdiri di tepi rooftop.
Sambil menikmati angin semilir yang menerpa wajahnya dan menerbangkan surai rambutnya, ia memejamkan mata. Meredakan emosi yang tadi sempat mampir didirinya. Nafas yang awalnya naik turun sekarang mulai teratur.
Kembali ia membuka matanya. Memandang ke arah depan dengan tatapan kosong. Hingga getaran di ponselnya mengalihkan lamunan gadis itu.
Ara mengambil ponselnya dan melihat ternyata tertera nama Acelin yang menelponnya. Langsung saja ia menggeser ke tombol hijau dan menempelkan ke telinga.
'Halo'
...
'Rooftop'
...
'Iya'
...
'Hm'
Tut tut
Sambungan terputus. Setelah itu Ara memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Ia berjalan ke arah kursi kayu panjang yang tersedia disana dan langsung mendudukkan dirinya.
Tenang. Hening. Ia suka suasana seperti ini dibandingkan ditengah keramaian. Beberapa menit kemudian terdengar pintu rooftop yang terbuka. Terdengarlah suara langkah kaki yang berjalan ke arah Ara. Ara hanya diam. Menunggu orang itu datang.
Orang tersebut duduk di samping Ara. Pandangannya lurus ke arah depan tanpa melirik Ara. Tapi Ara yakin orang itu mengetahui keberadaannya disini.
Ara menolehkan kepalanya ke arah orang itu lalu memalingkannya lagi.
Detik berganti menit. Suasana masih hening. Tidak ada yang membuka suara. Satu kata untuk menggambarkan suasana itu, canggung. Entah karena apa.
Ara pun berdiri, hendak kembali ke kelasnya karena bel sudah berbunyi dari tadi. Tapi saat akan melangkahkan kakinya, tangannya langsung di cekal oleh orang itu. Ara menengok ke belakang dan melihat ke arah tangan yang mencekal lengannya.
"Sori" ucap Ravin sambil melepaskan tangannya. Ia sedikit salah tingkah sekarang.
"Hm" dehem Ara dan membalikkan badannya lagi.
"Eh tunggu" tahan Ravin saat tau kalau Ara akan pergi.
Ara membalikkan badannya dan menaikkan alisnya seolah bertanya 'kenapa'.
"Lo mau kemana?" tanya Ravin kemudian.
"Kelas" singkat Ara.
"Emm temenin gue di rooftop" ucap Ravin dengan datar.
Ara mengerutkan keningnya. Harusnya kan yang menyuruh-nyuruh adalah dia. Kenapa malah jadi cowok ini?
"Lo udah janji kemarin buat ngga bolos" ucap Ara dengan nada dinginnya.
"Iya-iya" pasrah Ravin dan segera berdiri mengikuti Ara yang sudah berjalan duluan.
Mereka berjalan menuju kelas. Di sepanjang koridor, suasana sepi. Jelas saja karena murid-murid sudah masuk ke kelas masing-masing saat bel masuk berbunyi.
Saat sampai kelas, guru yang mengajar pun sudah masuk dan memulai pembelajaran.
"Dari mana kalian?" tanya Bu Ayana saat melihat muridnya baru masuk ke dalam kelas. Bu Ayana adalah guru pelajaran kimia. Murid-murid sering memanggilnya dengan panggilan Buaya karena ia ganas, galak, dan tertib. Tapi memang sesuai dengan nama aslinya kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAVIN [ON GOING]
TienerfictieUPDATE TIDAK PASTI KAPAN^^ Ada beberapa kata-kata kasar. Maaf✌ ❤❤❤ Gimana jadinya seorang Adelino Ravindra Renfred mengenal Arabelle Ellora Zaviera hanya gara-gara masalah konyol di depan gerbang sekolah? Apakah Ara bisa menghilangkan trauma nya yan...