Dia bagaikan malaikat, dengan kecantikan yang begitu memikat.
***
"Pembobol mobil datang!" teriak Arletta.
Sedetik kemudian, dentuman meja yang terpukul menggema ke seluruh ruangan. Membuat pendengarnya menutup telinga, berharap suara tersebut mereda.
"Kenalin, gue pencopet." Ines mengulurkan tangannya kepada Arletta.
Perempuan itu menyambutnya dengan senang hati. Senyumnya, terus mengembang indah menampilkan deretan gigi putih. "Tata cantik, 'kan?"
"Cantik banget, muka kriminal," balas Bella yang sedikit terganggu dengan keberadaan Arletta.
"Kriminal? Berarti Tata keren dong?" tanyanya.
"Keren banget Ta, gue aja pengen punya muka kriminal," ungkap Ines dengan rasa iri yang terpatri di wajahnya.
Bella memandang kedua sahabatnya dengan aneh, bukan tanpa sebab. Melainkan, Ines yang sudah tertular virus bego Arletta yang semakin kronis. Miris Bella dengan keadaan ini.
Andai saja dia memiliki sahabat yang lebih waras-tidak memiliki gangguan mental dan jiwa, mungkin hidupnya akan lebih normal seperti orang lain. Seorang perempuan yang seperti dirinya, sangat menyenangkan. Tapi, semua itu hanya imaji semata.
Suara bell berdering, terdengar nyaring di telinga. Namun tidak membuat siswa siswi sekedar duduk di tempatnya, atau menghentikan aktifitas mereka.
Seperti saat ini, Arletta dengan kedua temannya sedang bermain batu kertas gunting. Yang kalah mukanya akan di coret dengan spidol berwarna hitam.
"Batu ketas gun ... ting," ucap Ines untuk kesekian kalinya.
"Tata kok gak kalah? Kalian curang!"
"Gue batu, Ines batu, lo gunting, ayo coba," cetus Bella, "batu ketas gun ... ting."
"Yes, kalah!" serunya senang.
Kemudian Bella dan Ines mulai menggambar di wajah Arletta. Bella membuat bulatan di mata kanan perempuan itu, sedangkan Ines membuat garis di kedua pipi Arletta bak kumis kucing, tidak lupa bulatan kecil di hidungnya.
"Diam!" bentak seorang guru yang baru saja tiba, "duduk di tempatnya masing-masing!"Bu Nila namanya, wanita paruh baya dengan wajah yang tidak ramah. Kaki beliau melangkah dengan perlahan, sulit baginya berjalan dengan lemak yang menggupal hampir di seluruh tubuhnya.
Seorang perempuan cantik jelita, dengan bemper yang menggoda membuntuti Bu Nila. Senyum manisnya menjadi poin utama. Hingga seluruh pasang mata menatapnya dengan kagum.
Do'a Bella terkabul dengan sangat cepat. Ekpresi senang terpatri indah di wajahnya.
"Perkenalkan diri kamu," pinta Bu Nila.
"Aku Cantika Velicia, terserah mau kalian panggil apa," ucapnya, "sayang juga boleh."
Arletta yang sedang mengupil dengan jari telunjuk pun menghentikan aktifitasnya. Arletta tersenyum lebar, kemudian berseru, "Babi boleh enggak?"
Gelak tawa terdengar nyaring di telinga, kebiasaan konyol Arletta memang tiada habisnya. Setiap hari selalu melakukan keanehan.
Cantika hanya dapat tersenyum menatap Arletta dari kejauhan. Ingin dia menonjok wajah perempuan itu.
"Cantika, jangan didengarkan. Kamu bisa duduk di samping Arletta, hanya itu kursi yang kosong."
Cantika menatap Arletta. Terlihat, perempuan itu kembali mengupil lebih dalam lagi, mencari bongkahan emas yang sangat melegenda. Berbeda dengan beberapa detik lalu, saat ini dia menggunakan jari tengah yang langsung mengarah ke dirinya.
Ini bagaikan musibah yang menimpa Cantika. Bagaimana bisa, dia duduk dengan perempuan yang terang-terangan mengibarkan bendera perang?
"Cantika, silahkan duduk!"
Perempuan cantik itu melangkahkan kakinya mendekati Arletta. Jujur, dalam hatinya dia enggan melakukan ini. Karena seseorang yang akan duduk di sampingnya benar-benar sangat jorok.
"Cantika," ucapnya memperkenalkan diri.
"Arletta." Dengan cepat Dia meraih tangan Cantika, bersalaman. Padahal, upil itu masih menempel di jari Arletta. Kemudian dia kembali melakukan aktifitasnya.
Ingin Cantika muntah saat ini juga kala menatap telapak tangannya. Perempuan itu teramat sangat menjijikan, tangan Cantika berasa terserah wabah kuman yang mematikan.
"Arletta! Jangan lupa minta maaf kepada Cantika, dan berhenti mengupil!" tegas Bu Nila.
"Ngupil adalah surga kebahagiaan, ibu pasti enggak bahagia. Tata turut berduka."
"ARLETA! Keluar dari kelas saat ini juga!" bentak Bu Nila dengan suara kerasnya.
Senyuman Arletta semakin mengembang, wajahnya berseri-seri sangat bahagia.
"Yes!" teriaknya, "kasian kalian, Enggak dikasih jatah istirahat cepet. Siap-siap kepala kalian meledak, kaya pantat kucing yang lagi berak."
Ya, benar, terlihat raut masam dari siswa siswi di kelas itu. Karena mapel sejarah yang bu Nila ajarkan, benar-benar membuat kantuk datang. Apalagi dengan ketegasan wanita paruh baya itu, tidak fokus sedikit saja akan terkena masalah.
Dengan keadaan yang sangat senang, Arletta berlari keluar kelas. Meninggalkan teman-temannya yang tersisksa.
"Dan kamu, Bella, Ines," panggil Bu nila, "cuci wajah kalian dan bersihkan toilet!"
Untuk persekian detik, Bella dan Ines menahan napasnya. Kekhawatiran jika mereka akan terkena hukuman benar-benar terjadi. Mereka berdua beranjak dari tempat duduk masing-masing, wajahnya terlihat sangat masam. Kemudian kakinya melangkah menuju toilet.
Lain halnya, Arletta tengah tertidur di UKS. Tanpa ada yang akan mengganggunya. Karena hidup untuk tidur, bukan sebaliknya.
Menurut pasal 3 KSA (Kutukan Seorang Arletta), "Semua orang terdekatnya akan merasa, jika Arletta adalah makhluk paling istimewa, dengan membawa keberuntungan berupa kesialan."
****
Mau punya temen kaya Arletta?
Yes / Yes
'''
Bluerasia
KAMU SEDANG MEMBACA
Bego Girl [ HIATUS ]
Humor[ PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! ] Arletta adalah perempuan paling lemot dan tidak peka sama sekali. Dia suka salah paham dan begitu bego. Kebegoannya benar-benar berada di titik terendah bumi. Apapun yang perempuan itu lakukan, mampu membuat wajah E...