17 | Mimpi

1.5K 78 0
                                    

Jadi, untuk selanjutnya akan banyak bab baru. Gitu aja. Pengen ngubah Alur, tapi otak aku enggak sefokus itu sama cerita ini. Terbagi:)
_________________

Happy reading ....

Mimpi adalah mimpi, bunga tidur untuk menemani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mimpi adalah mimpi, bunga tidur untuk menemani. Tidak perlu untuk dipikirkan kembali.

***

"Pa, Tata ngabisin duit Dylan." Adunya kepada Ivan.

Laki-laki yang begitu berwibawa dengan perhatian yang luar biasa. Wajahnya memang terlihat sangar, tetapi sifatnya jauh dari kata itu.

"Cuma tujuh ratus ribu." Arletta membela diri.

"Barangnya udah di gondol kucing, Ta. Kalo barangnya ada, gue enggak masalah!"

Makan malam mereka tampak ramai. Dengan segala hal yang Arletta ingin katakan, atau perkelahian dengan Dylan ketika laki-laki itu liburan semester. Ivan hanya menyimaknya, adakalanya dia tertawa melihat kedua anaknya. Berbeda dengan Ayu yang melerai perkelahian itu.

Sedetik kemudian, Arletta membulatkan matanya—tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Seekor kucing ajaib sungguh ada di dunia nyata.

"Bun, mau kucing kaya gitu." Rengeknya.

"Kamu enggak bisa pelihara kucing, yang ada mati."

Kemudian Dylan merogoh sakunya, sebuah gantungan kucing dia berikan kepada adiknya. "Ini, kalo malem-malem, bisa berubah jadi kucing beneran. Bisa bikin mimpi indah."

"Sriusan? Keren." Arletta menerimanya dengan senang hati, ditatapnya dengan bangga. Kali ini dia memiliki kucing ajaib.

"Rik, gimana rasanya diskors?" tanya Ivan kali ini.

"Ya, gitu Pa. Di sisi lain kepikiran pelajaran, dan sisi lainnya seneng." Erick tersenyum kaku.

Kedekatan keluarga mereka memang seperti itu, bukan hanya Arletta yang sudah di anggap anak oleh kekuarga Erick, namun juga sebaliknya.

"Pa, Tata mau diskors tiap hari!" putusnya yakin.

Ivan tertawa, anaknya benar-benar menggemaskan. Tetapi ketakutan anaknya dalam bahaya tidak dapat diragukan kembali. Kemudian Ivan mengacak rambut Arletta.

"Gak boleh."

Senyum Arletta memudar. Ekpresi masam terpatri di wajah perempuan itu. Kenapa semakin dia tumbuh besar, keinginannya sering kali di tolak. Itu menyebalkan. Lalu Arletta beranjak dari tempat duduknya.

"Ke mana?" tanya Dylan.

"Tidur, mau ketemu kucing." Barulah Arletta melangkahkan kakinya menuju kamar.

Sesi makan malam itu hening, mereka hanya fokus dengan makanan masing-masing. Tetapi Dylan kembali membuka suara.

"Lo, nikahin Tata."

Erick menyemburkan minuman yang ada di mulutnya. Matanya membulat sempurna menatap laki-laki di hadapannya.

"Males, dia nyusahin."

Ivan tertawa kembali mendengar penuturan Erick. "Tapi kamu suka, 'kan?"

"Dia ade Erick, Pa." Erick mengelak.

"Pokoknya, lo nikahin dia." Dylan bersikeras. Sebelum Erick kembali mengatakan suatu hal, Dylan kembali menggertaknya. "Cari mati?"

Jujur, tanpa Dylan minta pun, Erick akan melakukan itu. Untuk Arlettanya, untuk perempuannya, untuk menjadikan dia miliknya seutuhnya.

***

"Abang!" panggil Arletta dengan suara parau.

Dylan tidak kunjung datang, membuat Arletta kian gelisah. Napasnya naik turun, jantungnya berdebar tidak beraturan, tubuhnya gemetar hebat ketakutan.

Apakah mimpi ini yang kakaknya maksud? Mimpi yang begitu menyeramkan.

"Abang!" Arletta meninggikan suaranya.

Pintu itu terbuka, cahayanya masuk begitu saja. Kamar Arletta gelap sebelumnya, hanya berisikan isak tangis perempuan itu. Sudah sangat lama Arletta tidak menitihkan air matanya, bertahun-tahun.

Dia memeluk kakaknya dengan sangat erat. Takut jika Dylan akan meninggalkanya suatu saat. Tangis Arletta semakin menjadi, membuat Laki-laki itu bingung.

"Jangan nangis," ucap Dylan lembut. Tangannya mengelus surai Arlelta—menenangkan.

Tetapi tangisannya tak kunjung mereda. Ada rasa sakit yang begitu sesak di dada Arletta, perasaan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Seakan membuat lubang besar di hatinya.

****
Apakah kalian pernah mimpi sampai seperti ini?

Yes / isi sendiri

'''
Bluerasia

Bego Girl [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang