16 | Menghilang

1.6K 74 6
                                    

Intinya bab baru:)

Happy reading ....

Arletta terlihat tidak berharga, tetapi keberadaannya membuat banyak orang bahagia, dengan tingkah konyolnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arletta terlihat tidak berharga, tetapi keberadaannya membuat banyak orang bahagia, dengan tingkah konyolnya.

***

Erick mengedarkan pandangannya ke segala arah, berharap matanya menangkap sosok yang dia cari sebelumnya. Sudah satu jam laki-laki itu mencari Arlettanya, namun belum mendapatkan hasil.

Laki-laki itu sudah pergi ke tempat-tempat yang Arletta datangi. Tetapi tidak ada jejak darinya.

"Tata," panggil Erick ketika sudah masuk ke dalam rumah perempuan itu.

"Kenapa kamu enggak ngejar Tata?" kesal Ayu kepada Dylan.

"Bunda tau sendiri, sekali Tata bilang enggak, ya enggak. Bunda mau, Tata kabur dari rumah kaya dulu?"

Ayu menggeleng perlahan. Kekhawatiran kepada putri kecilnya itu tidak dapat diragukan lagi. Arletta belum bisa jaga diri dengan baik.

"Tenang aja, Bun. Enggak ada yang tahan lama, deket-deket sama Tata. Lala yakin," ucap Dylan dengan lembut.

"Rik, cari Tata sana. Gue mau ambil belanjaan."

"Siap, Lala." Erick memposisikan dirinya hormat kepada Dylan. Namun dihadiahi sebuah tatapan tajam.

"Cari mati?" ketusnya.

Dengan cepat Erick berlari, tidak ingin memiliki masalah dengan orang itu. Sangat berbahaya.

Pikirannya buyar kala seseorang bergelayut manja di lengannya. Erick melepaskan paksa, tetapi perempuan itu terus melakukan hal yang sama berulang kali. Singguh, Erick tidak perduli dengan keberadaan Cantika saat ini. Malas harus berdebat, dia membiarkan apa yang Cantika inginkan.

Galuh dan Kevin mencari di sekitar taman, kemudian Erick sendiri di cafe terdekat. Mata laki-laki itu melihat sosok Arletta bersama dengan orang asing. Akrab dan serasi (?).

Dia siapa? batin Erick.

Ada rasa aneh yang menyeruak di hatinya. Begitu menyesakan dan kesal dengan apa yang didapatinya saat ini. Ingin rasanya dia membakar tempat ini.

Erick mengabadikan momen tersebut. Sedangkan Cantika asik memeluk lengan laki-laki itu dengan senang. Tetapi begitu menggangu bagi Erick.

Kemudian laki-laki itu mengirimkan pesan kepada Galuh dan Kevin di group milik mereka.

Erick kemudian duduk tidak jauh dari Arletta, di tutup wajahnya menggunakan buku menu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erick kemudian duduk tidak jauh dari Arletta, di tutup wajahnya menggunakan buku menu. Berharap perempuan itu tidak menyadarinya.

"Ta, pacaran, yuk," ajak Bian.

Arletta meminum jus strawberry-nya hingga tandas. "Tata milik Erick, jadi enggak bisa."

"Erick mana? Pacaran kapan?"

"Kita enggak pacaran, tapi Tata milik Erick."

"Brarti—"

"Pulang," ajak Galuh. Kemudian menarik lengan perempuan itu.

Galuh dan Kevin menghampiri Arletta, bukannya bergabung dengan Erick yang tengah bersembunyi. Mereka mencuri start!

Kevin segera menonyor kepala laki-laki dengan keras. "Sama cewek yang lembut, njir."

Kemudian tonyoran kembali Galuh dapatkan, begitu juga Kevin yang meringis kesakitan. Erick menghampiri mereka, ekpresi kesal terlihat kentara di wajahnya. Begitu juga Cantika yang masih seperti parasit di legan Erick.

Jujur, Erick ingin mendengar lebih jauh percakapan mereka berdua. Tetapi Galuh dan Kevin terlampau goblok mengacaukannya.

"Pulang, makan ice cream di rumah," bujuk Erick kemudian.

Arletta tersenyum cerah, gembira. Kemudian beranjak dari tempat duduknya. Begitu juga Bian.

"Gue juga bisa, beliin dia ice cream!" tekan Bian. Kemudian laki-laki itu menggenggam tangan Arletta.

"Asik, banyak ice cream."

Erick melepaskan paksa pelukan Cantika pada lengannya. Kemudian menarik Arletta ke arahnya. Tatapan tajam dia layangkan kepada Bian—tidak suka.

"Enggak usah, sentuh milik gue!" Erick memperingatkan.

"Dia bukan pacar, lo. Bebas dong." Bian tersenyum meremehkan.

Erick mengeratkan kepalan tangannya. Rasa gatal tidak memukul seseorang setelah sekian lama, membuatnya ingin memukul Bian saat ini juga.

Bian menatap tajam Erick, rahangnya mengeras, kepalan tangannya sudah siap kapan saja.

"Bisa enggak sih kalian anggap gue ada!" teriak Cantika, "gue bukan jin!"


***

Kasian kali Cantika.

Kalian merasa kasian?
No / No

'''
Bluerasia



Bego Girl [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang