09 | Modus

1.5K 36 6
                                    

Bab baru lagi:)
Buat yang jomblo mohon bersabar.

Adegan ini di lakukan sebelum adanya covid-19. Tetep jaga kesehatan kalian.
________________

Happy reading...

Dia sang pemilik hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia sang pemilik hati.

***

Kevin menarik kerah seorang laki-laki yang terlihat tidak asing baginya. Matanya tajam seakan ingin membunuh seseorang di hadapannya. Sebuah pukulan akan segera dia layangkan, namun terhenti karena Bella menyentuh pundaknya.

"Udahlah, jangan ribut di sekolah. Kita pergi aja," pinta Bella dengan ekpresi yang memohon.

Kevin menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian melepaskan cekalannya. Jika saja tidak ada Bella, laki-laki itu sudah habis di tangannya. Bisa-bisanya dia menggoda kekasihnya di depan matanya sendiri. Cari mati!

"Lim, ayo pergi," ajak teman dari laki-laki itu. Mereka pun meninggalkan bela dan Kevin.

Kevin memijit pangkal hidungnya sesaat. Kemudian menatap pujaan hatinya. Sudah sejak SMP mereka sudah bersama, tepatnya tiga tahun. Bella yang polos sudah bertransformasi menjadi perempuan cantik nan menggoda. Wajar jika banyak pria mendekatinya seperti tadi.

Kevin seperti mendapatkan berlian runtuh, namun harus harus berhadapan dengan seorang pembunuh. Bagaikan buah durian, sebelum memakan isinya yang luar biasa nikmat, kita harus bertempur dengan durinya yang begitu tajam.

Bella menaiki motor king hitam milik Kevin, setelah laki-laki itu sudah bersiap dengan helm di kepalanya. Kemudian melakukan kendaraan tersebut dengan kecepatan sedang.

Seketika hembusan angin menyentuh kulit mereka, sensasi segar terasa dengan kentara. Rambut Bella menari di udara seperti mengikuti irama.

Bella memeluk Kevin dengan erat, enggan untuk melonggarkannya sedikit saja. Di hirupnya aroma tubuh Kevin dengan dalam, aroma maskulin laki-laki itu begitu menenangkan dirinya.

Rintik hujan mulai terasa, menitihkan butiran air satu persatu di wajah Kevin. Laki-laki itu tidak perduli, dia tetap melajukan kendaraannya. Membuat pelukan hangat Bella semakin mengerat.

Kevin tersenyum begitu saja, meski sudah menjalani kisah ini sejak di bangku SMP, perasaan itu belum berubah atau bahkan mulai musnah. Begitu pun dengan Bella, perempuan itu merasakan hal yang sama.

Bella mengubah sedikit posisinya, kepalanya sendiri dia senderkan di pundak laki-laki di hadapannya.

"Kevin!" panggilnya.

"Apa?"

"Aku sayang kamu."

"Aku enggak."

Seketika Bella memukul punggung kekasihnya, kesal. Laki-laki itu benar-benar tidak romantis, namun ketika menggoda perempuan lain dia bagaikan buaya darat. Menyebalkan.

Bella kembali memeluk Kevin. Kemudian memmkan wajahnya di punggung laki-laki itu. Dia sangat menyukai melakukan hal itu ketika membonceng kekasihnya.

Gerimis mulai tergantikan hujan besar, membuat Kevin menepi sebentar. Di depan sebuah rumah tua yang sudah usang dan tidak terpakai. Hal gila mulai terbesit di otak laki-laki itu.

"Yang, masuk yuk," ajak Kevin, "keknya emang gak ada yang nempatin, deh."

Bella menatap ke dalam melalui jendela. Dia ragu untuk melakukan apa yang Kevin ucapkan.

Kevin yang melihat raut ragu Bella segera mayakinkan kekasihnya itu. "Enggak pa-pa, ada aku."

Kemudian laki-laki itu menggandeng tangan Bella untuk menariknya masuk. Terlihat debu di mana-mana, sarang laba-laba di dinding dan di  beberapa kain putih yang menutupi sejumlah perabotan. Sangat tidak terawat.

Kevin menyingkirkan kain tersebut dari sebuah sofa berukuran sedang berwarna abu-abu. Mereka berdua duduk dengan sedikit canggung. Rasa dingin mulai terasa ditubuhnya. Guyuran air hujan yang membasahi bajunya belum lama ini, ingin menyelinap masuk membasahi kulit.

Bella memeluk dirinya sendiri, berharap akan menghangatkan tubuunya. Namun nihil. Karena yang dia lakukan justru membuat air tersebut semakin menyentuh kulit ari perempuan itu.

"Sini," ucap Kevin yang di sambut dengan meregangkan kedua tangannya. Ingin jika Bella jauh ke pelukan laki-laki itu.

"Modus!" ketus Bella.

"Enggak mau ya udah."

"Ish, mau."

Dengan segera, Bella memeluk laki-laki itu. Bukan hanya karena dingin, melainkan dia merindukan pelukan Kevin. Meski mereka selalu bersama, melakukan hal mesra seperti ini sangatlah jarang dilakukan.

Kevin memeluk perempuannya dengan sayang. Takut jika Bella akan pergi meninggalkannya di kemudian hari. Perempuan akan meninggalkan kekasihnya jika dia sudah mendapatkan seseorang yang lebih baik. Meski harus berselingkuh sekalipun.

Dia harus menandai Bella, agar perempuan itu akan menjadi miliknya seorang. Agar dia tidak perlu takut jika Bella akan meninggalkan dirinya.

"Yang," panggil Kevin lembut, "itu yuk."

Sedetik kemudian Bella membulatkan matanya, tidak percaya. Menatap laki-laki itu dengan tanda tanya, berharap salah dengar apa yang Kevin ucapkan. Jantungnya berdegup begitu kencang, tubuhnya membeku tanpa dia rencanakan.

"Ayo Sayang," pintanya kembali.

Bella berpikir sejenak. Menimbang apa yang harus dia putuskan. Mungkin hal itu tidak terlalu buruk. Bukankah begitu?

"Oke," putus Bella.

****
Otak kalian treveling?

Yes / Yes

Itu aku tulis sampai situ aja, biar ada anu-anunya di kalian gitu. Sialahkan kalian berfantasy sendiri. :)

'''
Bluerasia

Bego Girl [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang