15 | Gagal!

1.6K 74 0
                                    

Bab baru:)

Sebelumnya maaf, aku rasa ini gak ada feelnya. Cuma di bagian akhir agak merasa senang:v

Happy reading....

Rasa aneh yang mulai menjalar, kegugupan tiada henti, kebahagiaan di dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa aneh yang mulai menjalar, kegugupan tiada henti, kebahagiaan di dalam hati.

***

Cantika kembali mengecek penampilannya untuk kesekian kali. Cermin panjang memperlihatkan Cantika yang tampak begitu cantik. Kemeja putih yang dilapisi carding pink, dengan rok pendek berwarna senada.

Rambutnya sendiri dia gerai di buat ikal. Manis. Itulah yang tergambarkan dari seorang Cantika Velicia.

Kemudian dia mengambil tas berwarna coklat di atas meja, tidak lupa tote bag berwarna hitam. Kakinya mulai melangkah menuruni tangga perlahan. Taksi online yang dia pesan sudah berada di depan rumahnya,  cepat-cepat dia mendatanginya.

Masuk ke kendaran tersebut dan duduk di kursi belakang. "Jalan, Pak."

Taksi itu melaju dengan kecepatan sedang, membaur dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Cantika tersenyum senang, jantungnya berdebar begitu kencang, tidak sabar dengan apa yang akan dia lakukan.

"Can, ini ...." Erick mengusap pipi Cantika yang terkena tepung.

Pipi Cantika merona, malu. Suhu tubuhnya naik seketika, debaran jantungnya semakin kentara, napasnya dia tahan tanpa aba-aba. Tatapan mereka bertaut untuk persekian detik.

Kemudian perempuan itu mengusap pipinya kasar, berharap tepung di wajahnya menghilang. Untuk pertama kalinya, dia merasakan gugup seperti ini.

Erick mengalihkan perhatiannya dengan menatap adonan yang sudah mereka masukan ke oven. Lalu Cantika melakukan hal yang sama.

"Masih lama," ucap Cantika.

"Sebentar kalo sama, lo."

"Maksudnya?"

Erick menghembuskan napasnya kasar. "Kalo sama lo, waktu seakan cepat berlalu. Pengen gue hentiin."

Tubuh Cantika membeku seketika. Dipejamkan matanya kuat, ingin dia berteriak sekeras mungkin. Erick memberikan kode kepadanya. Ini suatu hal gila bagaikan ekspektasinya.

Kaki Erick melangkah menuju kulkas—dibuka pintunya. Laki-laki itu mengambil sebotol minuman berwarna hitam. Diteguknya isi dari benda itu dengan rakus.

Cantika memandang Erick dengan penuh minat, dia tampak begitu mempesona dari sisi mana pun. Senyum Cantika terukir menghiasi paras cantiknya.

"Mau?" Erick menawarkan.

Cantika menerima botol tersebut, kemudian diminumnya sedikit—tepat bibir Erick mendarat beberapa detik lalu. Ciuman tidak langsung pun telah terjadi. Membuat pipi Cantika kembali merona.

Erick menyentuh pipi tersebut—dielusnya perlahan. Senyumnya mengembang kala tatapan mereka bertaut. Ada desiran aneh yang mengalir dalam tubuh mereka. Sesuatu yang terasa menyengkan, dan tidak tergantikan.

Wajah Erick mendekati Cantika, matanya tertuju akan bibir ranum itu.  Sayang jika terlewatkan begitu saja.

Cantika memejamkan matanya kuat, panas tubuhnya seakan meningkat, jantungnya kembali berdebar hebat. Perempuan itu menelan salivanya susah payah. Dan ....

"A!" teriak Cantika kemudian. Ingin rasanya dia melompat kegirangan. Namun sayang, dia tengah berada di dalam taksi menuju ke rumah Erick.

Sopir taksi memandang Cantika dari spion dalam mobil dengan tatapan aneh. Cantika hanya meringis malu, mendapati dirinya tertangkap basah tengah menghayal tidak jelas.

"Udah sampe, Neng," tutur sopir taksi.

Cantika memandang sekitar dari balik kaca, lingkungan yang cukup asing baginya. Dia harap tidak salah rumah. Setelah perempuan itu keluar dari taksi, matanya menangkap sosok Erick tengah mengenakan helmnya.

"Erick," panggil Cantika dari balik pagar besi yang menjulang tinggi.

Namun Erick tidak menghiraukannya. Dia terlihat begitu tergesa-gesa. Hingga kesukitan untuk mengaitkan rentention system (tali helm).

Suara mesin mobil terdengar cukup nyaring di telinga Cantika. Membuat perempuan itu menoleh ke arah samping kiri. Mobil berwarna hijau army berhenti tanpa mematikan mesinnya.

Seorang laki-laki mengeluarkan kepalanya dari jendela. Kemudian berteriak, "Erick, bukain gerbangnya!"

Erick menoleh ke arah sumber suara, tepat mobil Galuh berhenti. Dengan cepat dia berlari tanpa melepas helmnya terlebih dahulu. Bukannya membukakan gerbang dengan cukup lebar, namun laki-laki itu membukannya sedikit kemudian menutupnya kembali. Dia masuk ke mobil Galuh dengan ekpresi cemas yang mendominasi.

"Jalan!" pintanya.

Mobil itu mulai melaju, meninggalkan Cantika yang bahkan tidak Erick perhatikan. Menatap pun tidak dia lakukan. Cantika menghentakan kakinya kesal. Jauh-jauh dia datang, namun di perlakukan seperti ini.

****
Bagaimana perasaan kalian, jika kalian adalah Cantika?

Bakar rumah / Bunuh diri

'''
Bluerasia

Bego Girl [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang