11 | Stroke ( bego 7)

1.9K 89 0
                                    

Cinta bagaikan mengonsumsi narkoba, wajar jika seperti orang gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta bagaikan mengonsumsi narkoba, wajar jika seperti orang gila.

***

Ines masih dalam posisi yang sama. Diam membatu dengan pandangan yang kosong. Wajahnya mulai memerah, semerah pantat monyet. Sangat cantik.

Galuh sudah pergi meninggalkannya sejak lima menit yang lalu. Tetapi perempuan itu masih saja tak sadarkan diri. Pikirannya terus memikirkan hal yang sama.

"Dasar ceroboh," ucap Galuh lembut. Tangannya terulur mengacak rambut Ines. Membuat perempuan itu membeku seketika.

Napasnya tertahan tanpa dia sadari, jantungnya berdebar semakin cepat tak terkendai. Walaupun adakalanya dia mengambil napas sedikit demi sedikit. Tidak kuat Ines menahannya cukup lama. Dia hanya manusia biasa.

"Bell," panggil Arletta dengan wajah masam.

Perempuan itu hanya berdehem sebagai jawaban. Dia masih berkutat dengan benda pipih di tangannya, dengan jeli jari-jari Bella menari mengetik sebuah pesan untuk seseorang. Pandangan fokus tidak lepas dari benda tersebut.

"Itu Ines kenapa?" tanya Arletta, seraya mengupil dengan jari kelingkingnya.

Kemudian perempuan itu beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di hadapan Ines. Arletta memasang wajah jeleknya tepat di depan perempuan berambut pendek itu, jaraknya sekitar lima sentimeter. Tetapi Ines tidak melakukan pergerakan apapun.

"Mana gue tau, gila kali?" jawab Bella asal yang kemudian mengedikan bahunya. Dia tetap fokus dengan ponsel miliknya.

Arletta berpikir sejenak, kakinya melompat-lompat, berharap menemukan solusi untuk semua ini.

"Pisang!"

Arletta mengeluarkan buah pisang dari dalam tasnya. Kemudian memakannya dengan rakus. "Tata pikir akan dapat ide, malah jadi pengen Es."

Sedetik kemudian, perempuan itu mengotak atik benda pipih miliknya untuk menelpon seseorang. Senyumnya mengembang kala panggilannya sudah tersambung.

"Erick, bawain Tata ice cream pisang. SEKARANG!" Lalu Arletta memutusnya sepihak.

Perempuan itu kembali melihat Ines, tetapi masih sama. Membuat Tata kembali menelpon seseorang sekali lagi.Entah apa yang Arletta lakukan. Namun ini bukanlah hal yang baik. Kejadian buruk akan segera menghampiri mereka.

Menurut pasal 1 KSA (Kutukan Seorang Arletta) "Semua yang Arletta lakukan adalah mutlak kegoblokan yang membawa kebahagiaan. Tetapi bencana beruntun akan lebih sering datang. Perbandingan rasio bintang dan ramalan menunjukan 0,0000001:1juta kebahagiaan akan datang."

***

"AAAAAAAA," teriak Ines sekecang mungkin. Berharap seseorang akan menolongnya.

Perempuan itu meronta-ronta ketika seorang petugas membawanya masuk ke ambulance. Dia tidak mau masa mudanya di habiskan di dalam RSJ (Rumah Sakit Jiwa). Karena dia masih sangat waras saat ini.

Banyak pasang mata menatap Ines dengan berbisik-bisik. Mereka mulai berkerumun mencari bahan gosip. Namun tidak ada orang yang tergerak untuk membantunya sedikit pun.

"Pak, masukin pelan-pelan, kasian temen saya." Arletta memperingatkan.

"Ini beneran sakit jiwa, Neng?" tanya salah satu petugas.

"Gue bukan orang gila!" tegas Ines.

"Iya, Pak. Dia pasien yang kabur, bawa aja."

Ines tidak habis pikir, bisa-bisanya Arletta memasukan dirinya kedalam rumah akit jiwa. Apa yang sebenarnya perrmpuan itu pikirkan? Dia yang gila, bukan dirinya!

"Ta, Ines kenapa, tuh?" tanya Erick yang baru saja tiba membawa ice cream yang Arletta minta.

Erick tidak tau harus berbuat apa, ini hal yang berada di luar nalarnya. Bagaimana bisa ambulace RSJ nyasar ke sekolahan?

"Ines strok, kata Bella gila. Jadi Tata telpon ambulance RSJ," jelas Cinta dengan senyumnya yang begitu menawan.

Dengan cepat Erick mencoba menghentikan hal tersebut. Laki-laki itu mulai berbincang dengan perugas ambulance, bahwa Ines masih waras seratus persen. Lebih waras dari otak Arletta.

Harusnya Arletta-lah yang di bawa ke RSJ, bukan Ines. Mungkin saja otaknya akan kembali seperti semula ketika perempuan itu belum dilahirkan.

Bella keluar kelas, bingung melihat keadaan yang begitu ramai. Tetapi belum tampak seorang guru pun yang datang untuk melakukan sesuatu. Aneh.

"Ada apaan rame-rame?" tanyanya.

"Ke mana aja kamu? Arletta mau masukin Ines ke RSJ," jawab Kevin.

"Gila tuh bocah, minta di bunuh."

Seketika Bella menonyor kepala Arletta dengan kuat, berharap perempuan itu tersadar dari goblok yang menggerogoti dirinya-sudah kelewat batas.

Tetapi yang paling bodoh adalah kenapa Ines dan Bella mau berteman dengan Arletta?

****
Kalian mau punya temen kaya Arletta?

Yes/Yes

'''
Bluerasia

Bego Girl [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang