Langit terus menerus menurunkan air dari siang hari tadi hingga sekarang bel pulang sekolah di bunyikan. Semua murid berhamburan keluar kelas seperti lebah yang keluar dari sarangnya, untuk berbicara juga membutuhkan suara lebih keras agar bisa mengalahkan suara hujan yang jatuh ke tanah. Pukul empat sore aku keluar kelas bersama younghoon, berjalan bersama sambil menggendong tas.Namaku Vicarla Lee, mempunyai rambut hitam legam tanpa poni tipis di dahi, hidung mancung, kulit putih pucat, bola mata hazel yang bulat dan tentunya tidak gemuk. Kata Younghoon sudah seperti model karna tinggiku seratus tujuh puluh senti meter, dia juga pernah mengajakku untuk terjun ke dunia model. Tapi aku menolak, aku tidak begitu suka dengan hal itu. Younghoon memang seorang model mulai dari kelas sepuluh, tubuhnya saja seperti tiang badannya berisi dan lengan besar, senyumnya manis kadang jika tertawa matanya seperti bulan sabit hingga menampakan dimple di pipi mulusnya. Cukup! Aku tidak mau membayangkannya lagi.
Hari ini memang melelahkan, pikiran dikuras tanpa pasokan makanan kedalam perut selama sembilan jam. Ya, sangat sibuk bukan? Waktu istirahatku dipenuhi untuk berdiam di perpustakaan memilah-milah buku tebal yang sangat anti ku pegang. Tapi tidak untuk sekarang, aku membutuhkannya. Ujian yang menuntutku untuk terus mencari materi yang dibutuhkan.
"Masih hujan vi, gue anterin aja yuk?"
"Gausah hoon, aku naik bus aja"
"Yakin nih? Tar gak dapet bus jam segini. Gue tungguin yaa"
"Biasanya ada, gausah lo balik aja duluan"
"Gak, masa gue ninggalin cewe nunggu bus sendirian"
"Idihh, tar fans lu pada nyerang gue gimana?"
"Gak mungkin, kan mereka tau gue sahabat elu"
Sahabat gaesssss. Cuma sahabat yaa
"Oke. Yaudah kalo maksa"
Kita duduk di halte bersama, melihat derasnya rintik hujan dan melihat orang yang berlalu lalang memakai jaket tebal sambil memegang gagang payung. Hingga 15 menit berlalu
"Ehh itu bus nya dateng"
"Ohhiya, duluan yaa hoon makasih"
"Okey" senyum tulus younghoon yang manis tertera di wajahnya lalu tangannya bergerak membentuk bulat jari telunjuk dan jari ibu.
Aku bersyukur mempunyai sahabat seperti younghoon walaupun waktu sekolah menengah pertama tingkat tiga aku pernah menyukainya. Aku memang bodoh, tapi aku juga tidak ingin kehilangan sahabatku hanya karena timbul perasaan cinta yang berlebih. Aku memang mencintainya. Namun, sekarang harus ku kurangi rasa itu, menjadi rasa suka sewajarnya saja.
"Assalamualaikum, mah aku pulang!"
Aku berjalan menuju ruang tengah dan tidak menemukan siapapun disana
"Yahh, pada belum balik nih"
"Chat jisung aja"Aku mulai mengetikan jari di layar ponsel mengirimkan pesan singkat kepada adikku
Jicung👽
Woeyy dek
Lu dah balik belom?Apa kak?
Ini paling jam set enam balikGue dirumah sendirian
Latian lagi lu?Iya kak
Gue cepet kok baliknyaGausah ngebut
Baca bismillahSiap ndoro!!!
Read
Akhirnya akupun berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarku yang terletak di lantai dua, bersebelahan dengan kamar adikku jisung. aku berniat untuk membersihkan diri dan setelah itu bersantai. Satu kata untuk suasana seperti ini yaitu sepi.
Hujan sudah reda, saat ini senja sedang memecahkan cahaya jingga ke bumi. Harum bau tanah setelah terkena air hujan memang membuatku tenang. Aku kembali turun ke bawah untuk mengambil air minum membuka lemari pendingin lalu menuangkan air ke gelas.
Hari hampir gelap, belup ada tanda-tanda seseorang pulang ke rumah. Aku duduk di sofa, kakiku ikut naik, tangan memegang makanan ringan, mata terfokus pada televisi dengan tayangan berita petang hari ini.
Cklek
Yap, suara pintu dibuka. Aku mengira itu jisung, tapi kenapa suara motornya tidak ada bukankah tadi pagi dia berangkat memakai motor ninja merah kesayangannya itu.
Aku menundukan kepala dan mengintip lewat sandaran sofa hingga menyembulkan sedikit kepalaku. Tapi aku tidak menemukan siapapun disana. Apa itu hantu? Tidak mungkin, mana ada hantu bisa membuka pintu?Aku menunduk lagi, hendak mencari ponsel untuk menghubungi adiku. Tapi, ternyata tidak ada. Aku ingat! Ponselku tergeletak di atas nakas samping tempat tidur. Panik, pelipisku sudah menitikan keringat. Berfikir untuk menyerang dengan tangan kosong, tapi itu tidak mungkin kulakukan. Remote televisi ku genggam, ingin ku lemparkan pada orang itu jika ia mendekat.
Tap..tap..tap..tap...
Dia mendekat, deru nafasku mulai tak beraturan dan jantungku berdetak dua kali lebih cepat.
"Jisung kau kemana, tolong kakak"
Aku terus bergumam dan berdoa jika Tuhan mengirimkan seseorang untuk menyelamatkanku sekarang juga.
------
Jueyon masih diumpetin dulu hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part ; JUYEON
Teen Fiction"Jujuy" "Panggil siapa?" "Ya lo lah, siapa lagi" "Panggil sayang juga boleh" "Jewer nih" Juyeon. Manusia berparas tampan yang memiliki sifat dingin namun hatinya hangat.