Bunyi tik tok jarum jam menyapa telingaku, butuh waktu berbulan-bulan untukku agar sampai pada hari ini. Hari ini adalah hari terakhir ujian di sekolah. memang benar kata para kakak kelas, yang kata mereka mamang sedikit bahagia di akhir hari ujian waktu SMA, banyak sedihnya. Sedih karena tidak bisa bersenda gurau menikmati waktu jam pelajaran kosong, sedih karena berpisah dengan orang dicintai, atau mungkin sedih karena tidak memanfaatkan waktu sekolah dengan hal yang baik. Entahlah, hal itu memang sedang merasuki pikiran pelajar tingkat akhir.
Di pertengahan bulan april ini aku sedikit lega, aku bisa memaksimalkan waktuku untuk belajar. Dan semoga nilai ujianku sesuai dengan keinginanku. Aku sangat berterimakasih kepada teman baikku semua. Kepada Younghoon yang selalu menemaniku disaat aku butuh bantuan, ya walaupun sering dikasih sogokan. Tapi nggapapa, dia tipe orang setia kok, hehe. Untuk Juyeon, mungkin hari-hariku melelahkan jika kurang adanya kamu disisiku. Terlalu berlebihan memang, tapi ini jujur apa adanya. Semakin hari perasaan semakin besar padanya, sudah tak heran jika dia selalu membuat jantungku lepas kontrol saat ia spontan menghampiri dan menggenggam tanganku. setiap hari ia selalu melempar senyum jika berpapasan saat pergi ke kantin atau bahkan tak sengaja bertemu di sebuah cafe. Kadang Juyeon sedikit berbeda di hari sebelum ujian. Mungkin dia memilih untuk memfokuskan diri untuk ujian dan mengabaikan pertanyaan basa basi dari teman-temannya.
Kadang aku bingung. Seoalah-olah dia seperti pacar tapi sebenarnya kita hanya teman. Tapi aku belum memutuskan untuk menyerah memperjuangkannya. Mungkin dia kelihatan seperti itu juga. mungkin.
Tak ambil pusing. Cukup aku jalani skenario-Nya. Semuanya sudah diatur Tuhan. Hidup atau pun mati sudah tertulis, jodoh ataupun tak berjodoh sudah ditakdirkan bagaimana endingnya.
Seiring waktu kita menyadari bahwa usia kita mulai bertambah, bukan remaja lagi, kita sedang menginjak dewasa. Mereka menjalani hidup mereka sendiri dengan cara mereka sendiri tanpa ragu. Kita juga harus seperti itu, lakukan apa yang membuatmu suka, lakukan apa yang membuatmu bahagia, lakukan apa yang terbaik untuk diri kita sendiri dan juga untuk orang lain. Itu salah satu kuncinya.
Kita harus belajar berawal dari hal-hal kecil yang kita lewati semasa kita hidup.Sekolah semakin sepi. Ujian telah selesai jam 11 siang tadi, tetapi ada perihal dan pengumuman untuk upacara kelulusan nanti sehingga kita semua di kumpulkan di aula menjadi satu. Cukup memakan waktu lama untuk berdiam di sana. Sehingga kini telah menunjukkan waktu pukul 3 sore..
"Oyy Vi, temen-temen lo pada kemana?"
Iya itu Eric. Seragamnya dibalut jaket kulit hitam, mengenakan helm fullface nya.
"Eiyaa.. udah pada pulang semua tadi ric"
Aku mendongak dan menatap Eric yang masih duduk di atas motornya sambil tersenyum di ujung ucapanku."Bareng gua aja Vi, gue anterin dah. Daripada lo disini sendirian. Ntar keburu ujan lagi"
Eric menawarkan tumpangan, matanya melihat ke atas langit yang diselimuti awan gelap"Gausah ric, mungkin bentar lagi adek gue nyampe sini kok. Lo pulang aja sono"
Aku menggeleng kau mengibaskan telapak tangan kedepan berulang supaya Eric cepat pulang."Dihh.. dikasi tumpangan malah ngusir. Gatau pangeran Eric lagi baik hati di masa akhir SMA apa?"
Eric menyalakan mesin motornya lagi yang tadi sempat dimatikan"Ya maap ric, tapi beneran dah gue gapapa gausah dianter"
Kataku meyakinkan"Jadi gak tega gue ke elo nya"
Kata Eric yang menunjukkan raut wajah tak yakin atas perkataanku"Ric, lo balik aja.. biar Vicarla gue yang anter"
Siapa lagi kalau bukan Juyeon. Dari belakang Eric yang tiba tiba datang lalu menutup kaca helm Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part ; JUYEON
Teen Fiction"Jujuy" "Panggil siapa?" "Ya lo lah, siapa lagi" "Panggil sayang juga boleh" "Jewer nih" Juyeon. Manusia berparas tampan yang memiliki sifat dingin namun hatinya hangat.