Miss you

356 37 4
                                    









"Minggu tlah tiba.. minggu tlah tiba.. hatiku gembiraaa..."
Aku benyanyi bersenandung sambil membuka gorden kamar Jisung. Pemilik kamar masih terbalut selimut tebal yang menutupi seluruh bagian tubuhnya.

"Dek.. ayo bangun dah siang. Jadi cowok kok males banget gini, ga malu apa sama jeno!"
Aku menyibak selimut Jisung. Dan dia hanya merengangkan tubuh lalu mengusap mata sambil melihatku.

"Kak.. ngapasi harus bangunin jam segini? Masih pagi juga ih"
Dia berkata dengan mata yang membuka sedikit

"Lo ngga mau ma-?"
Belum selesai aku menjawab dia memotong perkataanku

"ett.. tadi apa? Jeno? Ohh mending kakak jadiin Jeno adik aja. Emang Jisung tuh beda sama Jeno kak.. dia penurut, dia baik, dia pinter, dia kalem, dia ganteng, dia bisa apapun dan masi banyak lagi"
Jisung berkata menatapku sengit sambil mengacak rambutnya. Kini ia ada dalam posisi duduk diatas tempat tidurnya

"Jisung.. lo kenapa sih? Biasanya ngga gini juga! Abis brantem sama sapa lo semalem? Ada masalah apa hah?!"
Aku berjalan mendekat ke samping tempat tidurnya

"Ga ada"
Katanya cepat

"Aneh lo deh selama ini gue liat-liat"
Aku menyipitkan mata menatap fokus Jisung sambil melipat kedua tangan di depan dada

"Keluar kak"
Ucap Jisung sedikit lirih

"Lo kenapa sih? Ada apa sebenarnya? Cerita dong.. ini kakak lo bukan orang asing"
Aku menunjuk wajahku sendiri dan memutar bola mata sedikit kesal

"GUE BILANG KELUAR KAK!!"
Jisung menbentak dengan suara keras. Kali pertamanya dia meneriaki ku seperti ini. Kedua bahuku merosot langsung. Lemas. Tidak pernah menyangka Jisung akan membentakku seperti ini.

"Ngga.. lo harus cerita dulu masalah apa yang bikin lo kaya gini dek"
Dengan hati-hati aku duduk di tepian tempat tidur Jisung

"KELUAR DARI KAMAR GUE ATAU GUE NGGA AKAN ANGGEP LO SEBAGAI KAKAK GUE SELAMANYA?!"
Jisung meninggikan suaranya. Sambil melempar bantal ke lantai

"Okee.. gue akan keluar"
Baru kali ini aku melihat emosinya yang tidak terkontrol. Aku kira selama ini dia sebagai adik yang tak pernah membentak kakaknya saat amarahnya tidak stabil. Tapi, kali ini perkiraanku salah. Jisung telah membentakku

Aku beranjak dari kasur. Sangat terkejut, tak terduga sekali pagi-pagi seperti ini malah dapat teriakan dari seorang adik yang tidak tahu permasalahannya apa dan kenapa. Daripada memperkeruh situasi dan memperburuk mood nya, lebih baik aku keluar dari kamarnya dengan segera.

Aku memegang gagang pintu dan membukanya sambil menghembuskan nafas sedikit berat.

"Tapi boong"

Aku berbalik badan, lalu menatap Jisung dengan membuka mata lebar-lebar. Jisung hanya meringis menampakkan gigi putihnya. Tanganku mengambil bantal yang tadi Jisung lempar lalu kuserang dan kupukul dia hingga mengaduh kesakitan. Tak lupa dengan jurus cubitan pada lengannya.



"Kurangajar!"

"Adek siapa sih ini"

"Bikin kesel aja"

"Untung gak jantungan"

"Ga ada akhlak"
Aku terus memukulinya dengan bantal.

"Ampun kak.. ampun"

"Janji deh ngga ngulangin lagi"
Katanya sambil memohon

"Yaudah sana mandi, awas kalo ngulangin lagi. Gue kerek lu di tiang bendera"
aku melemparkan bantal ke wajahnya

Best Part ; JUYEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang