"Makasih Ju"
"Sama-sama, saya duluan"
"Jangan ngebut. Hati-hati"
Aku melambaikan tangan setelah Juyeon melesat pergi dari hadapanku. Sepertinya Juyeon juga tersenyum melihatku lewat kaca spion motornya.
"Ahh lupa!"
Aku memukul dahi"Kotak bekal Juyeon ada di gue"
Aku membuka pintu pagar, tidak lupa untuk menutupnya kembali. Di teras, Jisung duduk di lantai sedang kepanasan mengibaskan telapak tangannya di depan wajah lalu bembuka resleting jaket bomber yang dikenakannya. Mungkin dia baru saja sampai rumah.
"Lo kenapa dek? Tumben disini, ngapa nggak langsung masuk?"
"Panas kak, ngadem dulu"
"Kayak di dalem gak ada ac aja, panas"
Aku menggeleng-gelengkan kepala"Ambilin air putuh dingin dong kak"
"Ogah! Bye"
Aku melangah masuk meninggalkan Jisung cemberut yang sedang rebahan di atas lantai keramik."Assala---"
Aku terkejut saat melihat dua orang yang tidak asing sedang duduk berdua di sofa ruang tamu. Mereka sedang bertukar cerita, sampai-sampai suaraku tidak terdengar.
Wanita itu kakak sepupuku, mamanya Allicia. Wajahnya cantik, tubuhnya tinggi, satu lagi dia mempunyai otak yang cerdas, saat ini ia masih menuntut ilmunya di negeri orang maka dari itu kak Allicia jarang pulang ke rumah. Seseorang di sebelahnya adalah orang yang pernah menarik perhatianku kali pertama awal masuk Sma. Ya, waktu saat mos. Baru kali ini setelah sekian lamanya, aku melihat sosoknya lagi.
Aku memang tipe-tipe orang yang sedikit susah move on. Apalagi kalau move on sama mantan gebetan, sulit rasanya. Kalau di ingat-ingat, dia itu orangnya humoris, lawakannya membuatku tertawa terpingkal walaupun hanya di chat bbm, dulu. Ucapan kata-kata semangat yang ia berikan selalu membangun energi positif dalam diriku. Biasanya, tiap kali aku buka tutup aplikasi chat itu, pasti kuperiksa pesan awal darinya. Hari-hari itu lebih bahagia, bahkan saat aku melupakannya aku masih tetap tidak rela walaupun besok hari kelulusannya. Dia memang terlihat diam dan kalem, namun saat aku sudah mengenalnya kutarik lagi kata kalem itu. Wajahnya yang tampan dapat menyembunyikan segalanya. Kadang, aku mendengar kabarnya dan aku senang. Sampai saat ini aku masih tidak menghubunginya walaupun kami masih saling menyimpan nomor.
Aisshh, tidak usah di ingat-ingat lagi. Rasa kesal menyelimutiku, sebal rasanya dulu tidak bisa memilikinya. Sayang sekali, sendal yang kupakai swallow, mudah putus.
"Psttt.. Kak ko ngelamun disitu?"
Jisung sedikit memelankan suaranya"Hahh? Enggak, panas di dalem"
Aku sedikit gugup lalu menghampiri Jisung dan duduk disebelahnya."Gue bilang apa, panas juga kan. Dah lupain dia kan kak? Mending lo pdkt sama bang Juyeon aja, gue dukung"
Jisung menyerocos, satu tangannya di gunakan untuk bantalan kepalanya."Hishh.. Lo aja sono yang pdkt sama dia"
Aku menyentil dahi Jisung"Aduuhh!!! Selalu adek yang jadi korban hmmpp"
Jisung bersuara keras lalu kubekap mulutnya dengan tanganku"Bener-bener toa lo"
Aku berbisik pada Jisung, ia hanya memutar bola matanya kesalKemudian mamah keluar di ikuti kak Allicia dan seseorang dibelakangnya. Saat manik mata kami bertemu, ia sedikit terkejut dengan keberadaanku yang tak jauh darinya. Iya, memang sekarang ini dekat tapi hatinya jauh, bahkan kejauhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part ; JUYEON
Teen Fiction"Jujuy" "Panggil siapa?" "Ya lo lah, siapa lagi" "Panggil sayang juga boleh" "Jewer nih" Juyeon. Manusia berparas tampan yang memiliki sifat dingin namun hatinya hangat.