"Nih minum dulu"
Younghoon menaruh segelas jus jeruk dihadapanku sembari duduk disebelahku.
"Udah nggausah dipikirin kalo ini tuh bukan salah lo"
Katanya lalu bangkit lagi masuk ke dalam mini market. Kita sedang berada di depan mini market persis di sebelah rumah sakit. Younghoon sebenarnya tahu jika aku tidak suka bau rumah sakit makanya dia berinisiatif untuk membawaku keluar dari rumah sakit.
Aku meneguk sedikit jus dalam gelas, manik mataku melihat kearah depan namun dengan tatapan kosong. Sampai Younghoon kembali datang, dan aku tidak tahu saat ia pergi dari sebelahku. satu tanganya memegang sebuah kantong plastik lumayan besar sepertinya membeli beberapa makanan dan buah untuk Juyeon
"Udah ngelamunnya?"
Younghoon berdiri didepan ku, meja memberi jarak antara kami"Ehmmm"
Aku berdehem lalu mengangguk mengikuti arah langkahnya Younghoon. Benar-benar sedang dalam mood tidak mau bicara sekarangSaat aku dan Younghoon sudah sampai ruang rawat Juyeon. Ia masih belum sadar. Aku takut kenapa dia tidak cepat bangun. Younghoon meletakan beberapa makanan di atas meja samping ranjang yang Juyeon tiduri. Aku masih berdiri beberapa meter dari mereka.
"Bunda.. Juyeon belum bangun?"
Tanyaku pada bunda yang masih menggenggam erat tangan Juyeon"Belum nak"
Bunda melihatku sebentar lalu melihat kearah Juyeon lagi"Bunda mau pulang dulu ya, ambil beberapa bajunya Juyeon"
Bunda berdiri dari duduknya"Biar Younghoon aja yang anter bunda"
Ucap Younghoon sambil mengambil kontak mobilnya diatas meja"Baiklah. Bunda titip jagain Juyeon ya sayang"
Bunda mendekatiku lalu menepuk halus puncak kepalaku sambil menarik kedua ujung bibirnya"Pasti bunda"
Ucapku tersenyum lalu meraih mencium tangan bunda"Bunda tinggal ya"
"Gue cabut Vi"
Aku mengangguk dan tersenyum lalu bilang pada mereka agar hati-hati di jalan. Setelah Bunda dan Younghoon keluar ruangan. Aku segera duduk di samping Juyeon dan meraih telapak tangannya. Tangannya hangat, ku genggam erat tangannya, aku tidak mau kehilangannya.
"Ju.. bangun ya. Kamu ngga bosen tidur terus?"
Jariku memegang anak rambut Juyeon yang menghalangi dahi putihnya"Kalo kamu sadar mau apa? Kita jalan-jalan? Atau mau makan enak? Emm tapi tangan kamu ngga boleh banyak bergerak, jadi buatin bubur aja ya hehe"
Aku tersenyum tipis dan melihat tangan Juyeon lagi"Ju aku bosen"
"Ju.. kamu kapan sadar? Aku ngga suka disini. Ayo pulang"
Aku menunduk sambil menggesekan hidungku pada punggung tangan Juyeon"Ju.. aku sayang sama kamu"
Aku melihat wajah Juyeon dengan seksama, jika diperhatikan lagi bibirnya sudah tidak sepucat tadi waktu pertama kali aku melihatnya"Juyeon"
Bibirku mengucapkan namanya lirih, tanganku bergerak menyentuh pipinya hinga hidungnya yang mancung, laku kujauhkan lagi jemariku dari wajahnya. Aku menunduk dan memegang tangan Juyeon dengan kedua tanganku
"Iya"
Satu kata yang terucap dari bibir Juyeon yang membuatku deg-degan sampai tersedak ludah sendiri. Ternyata dia sudah sadar. Tapi kedua matanya masih tertutup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part ; JUYEON
Teen Fiction"Jujuy" "Panggil siapa?" "Ya lo lah, siapa lagi" "Panggil sayang juga boleh" "Jewer nih" Juyeon. Manusia berparas tampan yang memiliki sifat dingin namun hatinya hangat.