Tinn...tin...
Suara klakson dan deruman motor Juyeon terdengar. Aku segera mengeratkan tali sepatu dan bergegas lari menghampirinya.
"Mahh.. Vi berangkat dulu yaa! Assalamualaikum"
Ucapku sambil mengeratkan genggaman pada tali selempang tas."Waalaikumsalam. Salim dulu sini sayang"
Mamah berjalan menuju pintu ruang tamu"Salimnya nanti aja. Udah ampir telat nih mah"
Kataku sambil membuka pintu pagar"Haii Juyeon"
Aku melambai dan tersenyum"Itu mamah kamu kenapa? Belum pamitan ya?"
Ucap Juyeon yang masih mengenakan helm fullface hitamnya"Hehe... Keburu telat, cuss jalan"
Segera aku duduk di belakang Juyeon lalu menepuk pundaknya."Tante, Juyeon sama anak tante pamit berangkat dulu"
Juyeon sedikit berteriak, membuatku tertawa lirih"Iyaa, hati-hati ya caman"
Kata mamah dari depan teras sambil tersenyum"Caman? Apaan tuh mahh?"
Aku bingung dengan kata yang mamah bilang barusan, tanganku barusaja selesai membenarkan posisi helm di kepalaku"Calon mantu. Dah sana berangkat ntar telat malah salahin mamah"
Mamah melipat tangan didepan dada sambil tersenyum penuh arti"Iyaa, Assalamualaikum"
Aku tau, Juyeon pasti lagi menyengir dibalik helm yang menutupi seluruh wajahnya itu. Duhh.. Mamah malu-maluin deh, tapi sayang."Makasih Ju"
Aku menyerahkan helm pada Juyeon"Sehari kamu bilang makasih sama saya berapa kali?"
Juyeon menatapku, berdiri disampingku yang masih sibuk menata rambut yang sedikit berantakan karena melepas helm"Tiga kali mungkin. Pagi, siang, sore. Kaya makan nasi hehe"
Juyeon dan aku sama-sama tersenyum. Aneh.. Apanya yang lucuAku berjalan beriringan dengan Juyeon. Tinggi ku dengan Juyeon tidak terlalu jomplang. Siswa siswi sudah bersiap masuk kedalam kelas karena lima menit lagi bel masuk akan menggema diseluruh ruangan maupun koridor sekolah.
"Ju, ini kotak bekal lu ya. Gue kembaliin. Makasih banyak"
Aku menyerahkan kotak bekalnya dari dalam tas yang sudah kuisi salad buatan mamah tadi"Pagi ini dua kali loh bilang makasih. Ganti dong jangan makasih"
Kata juyeon, matanya menatapku, bibirnya cemberut sedikit, raut wajahnya agak kesal. Jadi gemas, ingin ku cubit pipinya"Terus apa dong? Thank you atau gomawo atau arigatou atau xie xie atau matur suwun ata----"
"Husstt.. bawel"
Juyeon dengan lancangnya memempelkan jari telunjuknya pada bibirku, aku membeku ditempat. Seperti tersiram air es lalu membeku menjadi batuan es. Kelopak mataku melebar sempurna. Semu merah disekitaran permukaan kulit pipi mulai bermunculan. Juyeon menarik kotak bekal pada tanganku dengan tangan kirinya cepat.
"Kok berat? Di isi lagi yaaa?"
Juyeon menaikan sebelah alisnya"Dahhh.. Saya masuk duluan, makasihnya diganti nanti biar kamu nemenin saya pergi ke book store yaa, saya mau nepatin janji beli buku bareng waktu itu. Makasih bekalnya"
Juyeon tersenyum selepas ia menyelesaikan ucapan yang ia lontarkan dari bibir manisnya. Taangannya beralih mengusak rambut kepalaku lalu melenggang pergi menuju kelasnya.
Aku terus terdiam. tanganku masih kaku, rasanya kotak bekal itu masih berada dalam genggaman. Perkataan dari Juyeon tadi masih terpecah dan berlalu lalang didalam kepala, aku masih menatap tubuh jangkungnya sampai tertelan pintu dan masuk kedalam kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part ; JUYEON
Teen Fiction"Jujuy" "Panggil siapa?" "Ya lo lah, siapa lagi" "Panggil sayang juga boleh" "Jewer nih" Juyeon. Manusia berparas tampan yang memiliki sifat dingin namun hatinya hangat.