📝 entri kesebelas

768 182 4
                                    

Aku enggak menyangka kalau gladi bersih pun akan seramai ini.

Mungkin karena ini kali pertama sekolah mengadakan acara sebesar ini—terima kasih pada gagasan Kak Changbin dan kawan-kawan. Tidak hanya penuh dengan murid-murid sekolahku, tetapi juga murid sekolah lain yang penasaran dan ingin mengintip. Ini baru gladi bersih, tetapi rasanya sudah seperti pensi sungguhan. Aku enggak melihat Kak Changbin, sayangnya, mungkin Kak Changbin benar-benar sibuk. Ini adalah acara besar dan semua tanggung jawab ada padanya. Aku ingat wajah Kak Changbin saat menjengukku waktu itu. Wajahnya kelelahan. Semangat, Kakak! Tinggal satu hari lagi dan Kakak bisa beristirahat!

Dan aku pun ikut tampil bersama anak-anak klub. Di atas panggung, kami diberikan arahan apa saja yang harus dilakukan. Pun kami menguji coba kostum untuk tampil besok. Senang rasanya, aku melihat yang lain antusias. Dan yang paling ditunggu-tunggu adalah: tentu saja tampil! Kami menampilkan koreografi kami, yang sebenarnya dibuat penuh oleh Kak Minho dan Hyunjin (enggak bisa kubilang di sini dulu, sst, nanti spoiler!). Karena sakit, aku melewatkan beberapa hari latihan. Sayang sekali. Saat melihat rekaman ulang, aku merasa kalau gerakanku masih jauh dari kata bagus. Aku pikir aku hanya menghambat teman-temanku. Karena itulah, aku menawarkan untuk mengulang kembali gladi.

"Mananya? Kamu udah bagus, Fel." Ini kata Hyunjin—maaf, Hyunjin, aku enggak percaya kalau aku udah bagus.

"Kamu baru sembuh, Fel. Jangan maksain diri." Ini kata Eric.

"Bener. Aku enggak bakal ngizinin kamu buat tampil besok kalau kamu maksain diri." Dan ini kata Kak Minho, yang berhasil membuatku diam.

Dan akhirnya aku terpaksa menurut. Tapi tolong jangan kasih tahu ini pada siapapun, aku akhirnya latihan sendiri di rumah untuk besok. Kebetulan rumah sepi, kayak biasa, dan kecil banget kemungkinan kalau aku akan dimarahi. Aku enggak bisa tampil enggak sempurna, kasihan Kak Minho dan yang lainnya, pun Kak Changbin akan menontonku, jadinya beban itu bertambah. Aku masih minum obatku dan aku masih makan, kok, Changbin! Tenang aja!

Terus aku ingat kata-kata Seungmin, kalau sesekali aku perlu perhatiin diri sendiri.

Aku teringat, di awal tahun ajaran, Seungmin mengirimkanku artikel tentang self care dan berkata kalau sesekali aku harus melakukan sesuatu yang menyenangkan diriku sendiri. Dan aku kemudian mencari lebih banyak soal self care di internet. Aku menemukan beberapa daftar. Aku mencobanya satu persatu dengan harapan itu akan membuatku merasa lebih baik.

Aku harus yoga. Aku harus berolahraga. Aku harus mandi di pagi hari dan seterusnya. Aku harus makan makanan sehat. Tetapi ada masa di mana aku lupa olahraga. Atau saat di mana bangun pagi itu terlalu menyiksa sehingga aku mengulur waktu dan baru bisa bangun di siang hari. Enggak setiap hari aku bisa makan makanan sehat dan enggak setiap hari aku bisa makan (terlebih saat itu, aku sibuk banget dan tiap aku makan, refleks pertamaku adalah memuntahkannya karena perutku diaduk-aduk rasa takut). Dan sekalipun aku berhasil melakukannya, aku tetap lelah, aku enggak membaik.

Dan pada akhirnya, aku kembali menemukan diriku duduk di salah satu sudut kamar dan ketakutan entah karena apa. Mungkin karena aku tidak bisa berolahraga beberapa hari berkat kelelahan. Mungkin karena aku tidak bisa tidur cepat di lingkungan yang nyaman. Mungkin karena segala daftar yang disusun untukku membuatku tertekan untuk mematuhinya—demi kebaikanku sendiri, katanya. Padahal nyatanya, aku melakukan semua karena menurut daftar, hal itulah yang harus kulakukan. Itu yang harus kulakukan kalau aku ingin menjadi lebih nyaman dan tenang.

Dan akhirnya aku berkata pada Seungmin kalau self care itu bukan untukku.

Aku ingat balasan Seungmin saat itu, "Mungkin karena kamu belum menemukan self caremu. Coba deh, apa yang bikin kamu merasa tenang dan nyaman?"

Mungkin ini memang self care untukku. Menyibukkan kepalaku dengan banyak hal—belajar, menari, bahkan menulis cerpen hingga tubuhku letih. Jadi aku tidak perlu memikirkan apapun—kalau aku beruntung, aku bisa tertidur pulas sebagai bonus. Pun berkat Seungmin, aku kemudian mengetahui hal baru. Bercerita denganmu, Changbin, adalah self careku. Biarpun ceritaku lebih menjijikkan daripada muntahan bulu kucing, dan menyakitkan sekali tiap bercerita seperti dikuliti. Berkat itu juga aku tahu kalau self care itu sebenarnya enggak indah dan estetik sama sekali.

Self care itu penuh penderitaan—seenggaknya buatku.

catatan felix. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang