📝 entri ketiga belas

690 177 5
                                    

Halo, Changbin. Selamat malam.

Aku menyesal tidur cepat semalam.

Di pagi buta, aku baru membuka KaTalk dan membaca semua pesan. Aku enggak ingat sejak kapan aku tidur dan berapa lama aku tidur, tapi yang pasti, saat membuka mata, aku enggak merasa ngantuk atau capek sama sekali. Mungkin karena menari itu melelahkan. Mungkin juga karena setelah tampil, sudah enggak ada beban lagi di pundakku (mari berdoa tahun ajaran baru nanti, aku enggak jadi pengurus klub, tolong). Pun sebelum pulang, aku sempat mendengar banyak sekali pujian untuk penampilan klub, yang mana membuatku senang.

Untuk pertama kalinya semalam aku tidur tanpa rasa takut.

Sekalipun aku menyesal saat bangun.

Keningku berkerut saat menyadari kalau banyak banget notifikasi dari KaTalk. Banget, Termasuk 999+ chat dari grup kelas dan juga dari grup lain (chat teratas grup klub dance adalah ucapan selamat atas penampilan kami semua, yang mana enggak aneh kalau sebanyak itu). Yang membuat keningku berkerut semakin dalam adalah chat dari Kak Changbin, yang ternyata dikirim saat aku terlelap.

[ Felix? Jisung itu temen sekelasmu, kan? ]

Kenapa Kak Changbin tiba-tiba nanya soal Jisung?

Aku belum membalas pesan Kak Changbin karena aku kemudian teringat akan 999+ chat di grup kelas. Terakhir kali aku memeriksa ponsel (yang mana tepat beberapa menit sebelum aku tampil), enggak ada pesan apapun. Dan enggak biasanya grup chat kelas ramai dan penuh notifikasi, kecuali masalah PR yang mana itu masalah sejuta umat grup kelas. Firasatku enggak enak. Firasatku bilang kalau mending aku enggak usah periksa grup kelas. Sayangnya rasa penasaranku lebih besar dan jariku terlanjur menyentuh notifikasi grup kelas.

Detik itulah aku menyesal.

[ Aku kira Jisung udah berubah— ]

[ Enggak bakal. Orang kayak gitu paling balik lagi. Lihat kan? Sekali toxic ya udah tetep toxic ]

[ ASLI AKU TAKUT JISUNG BAKAL BIKIN AKU BABAK BELUR JUGA ANAK ITU PAS SMP KAN SEREM BANGET ]

[ EH. JISUNG UDAH KAMU KICK KAN DARI GRUP?!?!?!? ]

[ Udah. Tenang ajaaa. Aman pokoknya. ]

[ Serem ih :( Emang ya, once a bully will always be a bully :( ]

Buru-buru aku keluar dari aplikasi KaTalk, menenangkan jantungku yang bergemuruh dan perutku yang serasa diaduk.

Apa yang sudah Jisung lakukan?

Aku enggak bisa tenang. Bahkan sarapanku pun kembali kumuntahkan sebelum berangkat karena sumpah, aku enggak bisa makan apa-apa dalam keadaan cemas begini. Terlebih karena aku terlalu pusing untuk menggali chat grup dan mencari sumber masalahnya. Saat di sekolah, hal pertama yang kulakukan adalah berlari dan menyapa Jisung di ruang kelas. Aku enggak tahu kenapa, tapi seisi kelas menatapku tajam saat aku bicara dengan Jisung. Dan tampaknya Jisung tahu itu, membuat pemuda itu bergegas keluar kelas. Bergegas aku menyusul Jisung keluar kelas sebelum ia terlanjur tak dapat kutangkap, dan langkahnya akhirnya berhenti.

"Jisung kenapa?"

Kutemukan matanya dan matanya mendung, "Cuma—ada masalah, dan aku dipanggil ke ruang konseling."

Senyum Jisung enggak sampai mata seperti biasanya. Seakan pemuda itu hanyalah boneka porselen tak bernyawa. Apa sebenarnya yang terjadi? Ke mana Jisung yang berani? Jisung yang membuatku iri? Seberapa berat masalah ini hingga meluluhlantakkan apa yang telah dibangun Jisung selama dua tahun terakhir ini?

Aku belum tahu apa-apa, tapi aku tahu apa yang bisa kulakukan saat ini.

"Aku sama kamu, oke?"

Kukatakan demikian agar Jisung tahu kalau dia enggak akan pernah sendirian. Kulihat akhirnya Jisung tersenyum penuh kelegaan. Aku tahu, pasti berat banget untuknya sendirian seperti itu, "Makasih, Fel."

catatan felix. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang