Aku pernah janji ke kamu, Changbin, kalau aku bakal cerita soal Jeongin dan apa yang terjadi dulu kala. Tapi sebelumnya, aku mau cerita dulu soal kenapa aku menulis. Aku enggak ingat banyak dialog jadi aku tulis versiku sendiri, tapi seenggaknya, aku ingat inti beberapa percakapan. Aku nulis ini sambil mutar lagu Control milik Halsey yang kupikir, menggambarkan aku banget.
Sebelumnya aku cuma suka baca. Iya, cuma baca. Dan aku punya banyak ide. Saat kecil, aku enggak pernah berpikir kalau aku bakal jadi penulis. Tiap ditanya cita-cita, aku semasa kecil akan berkata kalau aku ingin jadi pilot. Terbang mengelilingi angkasa. Bebas lepas. Tapi jika kau tanya padaku sekarang, aku akan bilang kalau aku enggak punya cita-cita apapun kecuali mendapatkan SKY seperti yang dimau orang tuaku. Berkat waktu aku belajar kalau dunia orang dewasa itu gelap dan dingin. Dan mimpi-mimpi naif itu enggak ada gunanya. Dan yang terpenting di dunia ini hanya uang: kau harus pintar, kau harus memanfaatkan peluang, dan kau harus berusaha untuk menjadi kaya.
Aku enggak tahu apa itu cita-cita.
Aku memulai semuanya dari coretan-coretan di belakang buku pelajaran. Itu enggak membentuk satu cerita spesifik, tetapi lebih ke adegan-adegan yang terlintas di kepalaku. Mulai dari menulis tentang pengandaianku andai aku menjadi seorang guru dan mengajar di kelas, hingga skenario yang terinspirasi dari novel yang baru kubaca. Aku hanya tahu cara menulis dari mencontoh novel yang kubaca. Hanya itu. Enggak ada maksudku untuk mencoba mempublikasikan atau apapun itu.
Sampai suatu hari, Jeongin iseng membaca salah satu tulisanku dan berkata kalau dunia harus tahu.
Seperti yang kau tahu, Changbin. Aku dan Jeongin berteman sejak kecil. Dan Jeongin terlihat lebih dewasa biarpun umur kami berbeda satu tahun, mungkin karena Jeongin punya tiga adik yang membuat kepalanya harus menua sekian dekade. Cita-citanya ingin menjadi Menteri. Dan berbeda denganku sang katak di dalam tempurung, yang diinginkan Jeongin adalah maju dan mengubah nasib.
Tetap saja, kata-katanya membuatku ragu. Apa benar tulisanku sepantas itu untuk diketahui dunia? Dan Jeongin, seperti biasa, mendorongku untuk berani dan mempublikasi. Setelah aku selesai menulis sebuah novel, ia mengirimkan naskah itu diam-diam menuju salah satu penerbit. Aku kemudian mendapatkan surat bahwa naskahku akan melalui proses perbaikan sebelum dipublikasikan.
Aku melongo karena aku sama sekali enggak menyangka. Dan Jeongin tersenyum, berkata bahwa ia bangga punya teman sepertiku.
"Kamu punya bakat, Kak Felix. Kamu punya bakat dalam nulis. Kamu punya bakat dalam semua hal."
Hanya motivasi itu dan aku kemudian mulai menulis lebih banyak. Dan sayangnya, kepercayaan diri itu tidak tumbuh secepat kecambah kacang hijau. Selalu ada Jeongin, Jeongin yang selalu memberikanku kepercayaan diri (biarpun yang ia katakan cuma, "Ayolah, Kak! Udah bagus banget kok. Nanti juga bakal diedit lagi sama penerbit!" sebelum menekan tombol send pada surelku menuju penerbit). Orang tuaku memang enggak bagus tanggapannya akan bukuku yang terpajang di etalase-etalase toko buku, tetapi berbeda dengan orang di sekitarku. Aku mendengar pujian-pujian di koridor sekolah---tentang aku yang pintar, juara umum dengan nilai A plus yang menghiasi hasil ujian, dan ternyata berbakat dalam menulis novel. Pujian-pujian itu hanya kubalas dengan senyum malu-malu dan hati yang enggak enak. Mereka semua salah karena, 1) Aku enggak pintar sama sekali, aku cuma kebetulan bisa menjawab soal. Dapat nilai sempurna bukan berarti indikasi kalau aku pintar, kan? dan 2) Ini semua karena Jeongin. Kalau Jeongin enggak mengirimkan naskahku waktu itu, kalau Jeongin enggak menyemangatiku, aku enggak akan bisa seperti ini.
Kalau mereka semua ingin memujiku, seharusnya mereka memuji Jeongin saja karena aku enggak pantas menerimanya.
Dengan Jeongin di sisiku, aku pikir, aku dapat melakukan apa saja. Dengan Jeongin di sisiku, aku pikir, aku tidak butuh apa-apa dan siapa-siapa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
catatan felix. ✓
FanfictionHalo, Seungmin bilang kalau aku harus menulis sebuah catatan harian atau blog. Jadi, hai. Ini ceritaku tentang teman-temanku, dan tentang dia yang kucintai dalam diam. { bxb; changlix; high school au. cover © kimdoyomg }