Kejutan, Changbin! Aku masih hidup—malah udah hampir satu minggu sejak aku keluar dari rumah sakit. Enggak ada halaman sisa lagi dan ini akan menjadi ceritaku yang terakhir padamu. Akan kubuat singkat soalnya serius, tinggal satu lembar lagi dan aku enggak mau nulis di covermu.
Pertama dan yang paling utama, Ibu akhirnya luluh.
Di malam itu, aku memberanikan diri untuk bercerita. Enggak semuanya (soalnya enggak mungkin juga aku cerita soal Kak Changbin ke Ibu!), tapi Ibu sudah tahu kalau semua ini membuatku tertekan. Untuk pertama kalinya, Ibu berkata kalau aku hampir mati dua kali—yang terakhir itu adalah keajaiban aku masih bisa terbangun. Aku enggak bisa lepas dari obat sekarang—jaga-jaga kalau dadaku sakit lagi karena enggak ada yang tahu kapan serangannya datang lagi. Sementara Ayah masih keras hati dan kepalanya. Aku dengar beberapa kali orang tuaku berselisih pendapat dan sepertinya enggak ada jalan keluar untuk yang ini.
Seenggaknya, Ibu mengizinkanku tinggal di tempat Seungmin sementara dan pindah sekolah. Seenggaknya, sampai kami menemukan jalan tengah.
Dan masih ada satu masalah lagi.
Selamat dari maut berarti aku harus menjawab pernyataan Kak Changbin waktu itu. Hanya itu yang terpikir olehku. Hanya itu yang enggak bisa kucari jawabannya. Aku bingung mau egois atau enggak. Kalau aku mau egois, aku akan menerimanya tanpa pikir panjang. Tapi pemikiran lain menghantamku. Bagaimana kalau aku menyakiti Kak Changbin juga? Bagaimana kalau aku menyakitinya lebih dari siapapun?
To conquer fear, you must become fear.
Dan ketakutan terbesarku saat ini adalah orang-orang membaca catatan harianku, kemudian mengetahui seburuk apa aku yang sesungguhnya. Kemudian mereka akan menganggapku racun mematikan dan menjauhiku—atau justru menganggapku bom waktu yang tidak stabil sebagaimana mereka memandang Jisung. Ketakutan terbesarku sesungguhnya bukanlah orang-orang yang kusayang berbalik membenciku, tetapi saat semua orang mengetahui siapa aku di balik topeng yang tidak bisa kulepas. Ketakutanku yang lain adalah Kak Changbin mengetahui siapa aku yang sebenarnya dan berbalik membenciku. Setelah berpikir, aku memutuskan untuk menakhlukan seluruh ketakutan itu. Tanganku gemetaran saat aku membulatkan tekad ini. Aku takut setengah mati, bagaimana aku tidak takut kalau aku positif dibenci? Aku bisa kabur dan berpura-pura tidak ada yang tahu, atau aku bisa membunuh semua ketakutan ini dan melangkah ke depan.
Aku sudah memutuskan akan menjawab apa.
Maaf, Changbin. Aku harus mengirimmu ke Kak Changbin sebagai jawaban. Semoga kamu memahami keputusanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
catatan felix. ✓
FanfictionHalo, Seungmin bilang kalau aku harus menulis sebuah catatan harian atau blog. Jadi, hai. Ini ceritaku tentang teman-temanku, dan tentang dia yang kucintai dalam diam. { bxb; changlix; high school au. cover © kimdoyomg }