Rumah yang begitu luas hanya dihuni 4 orang saja,kini mereka duduk di sofa ruang tamu.Ardhi menundukkan kepalanya,mareta berdiri dengan berkacak pinggang.Ardhi kini di sidang oleh mamanya akibat dia membolos hukuman tadi pagi.
Mareta selalu khawatir dengan sikap Ardhi akhir akhir ini.Mareta hanya takut anaknya keluar dari batas pergaulan remaja, berulang kali dia mencoba menasihati Ardhi tetap saja dia selalu berulah.
Tapi disisi lain mareta juga merasa beruntung mempunyai anak laki-laki pertama yang penurut,Davin Wiratama.Berbeda dengan adiknya,Davin lebih suka hidupnya teratur dan terencana.Banyak orang bilang kalau Davin dan Ardhi adalah anak yang sangat jauh berbeda.
Bagaimana tidak berbeda,Davin dengan segala kesempurnaannya dia bisa memikat banyak orang.Sedangkan Ardhi kebalikannya,dia sering membuat orang-orang di sekitarnya kesal.Davin dengan pekerjaan dokternya dan Ardhi si tukang ulah.
Untuk masalah kasih sayang dan kebahagiaan anak anaknya mareta tidak pernah pilih kasih dia sangat memperhatikan kedua anaknya.Apalagi Tama sering memberikan fasilitas terbaik untuk anaknya.
Mareta sering dibuat jengkel,hampir setiap bulan dia dipanggil karena kasus Ardhi di sekolah lamanya.Begitu juga di sekolah barunya Ardhi membuat ulah lagi.Kali ini Mareta menyerah dan angkat tangan dengan sikap Ardhi
"Ardhi kapan sih kamu itu berubah" tanya mareta
Ardhi kini mencoba mengangkat kepalanya dan tertawa kecil.
"Kaya power rangers aja berubah ma"goda Ardhi pada mareta
Semua orang terkekeh di ruang tamu,kecuali mareta.Apalagi Tama yang kini membaca koran dia hanya bisa menggelengkan kepalanya,dia mengingat kenakalan Ardhi sama seperti dirinya muda dulu.
"Ma percuma mama marahin Ardhi ,besok lagi dia bikin ulah" ucapnya davin meremehkan Ardhi sang adik
"Kompor terosss kak" Balas ardhi sambil menatap sinis davin
Mareta kini memijat dahinya melihat tingkah kedua anaknya yang tidak pernah akur.
"Ma Ardhi cuma bolos hukuman doang kok bukan bolos sekolah jadi Ardhi masih di zona aman,tenang aja oke" jelas ardhi sambil memegang tangan mareta.
Penjelasan yang keluar dari mulut Ardhi hanya mendapat tatapan horor dari mareta.Ardhi langsung meringkuk dan diam,kalau sudah mendapat tatapan seperti itu dirinya tidak bisa berkutik.
"Mama mohon kali ini dhi,untuk terakhir kalinya kamu harus lulus dari sekolah itu dengan nilai bagus"ucap mareta
"Kalau kamu tidak dapat nilai bagus, setidaknya kamu harus lulus dengan cara baik baik di sekolah itu,paham Ardhi?" Ucap mareta lagi dengan penuh penekanan dalam setiap kata katanya.
Mareta yang lelah berdiri kini duduk dan meminum teh yang dia buat.Dirinya harus bersabar dalam menyikapi anak anaknya,mareta juga tau bagaimana menjadi orang tua yang baik untuk anak anaknya.
"Ma Ardhi mau tanya,mama pernah ga ketemu pangeran di sekolah mama dulu?" Tanya Ardhi dengan spontan
Mareta mengerutkan dahinya dan mengaitkan kedua alisnya, karena pertanyaan aneh dari ardhi.Mareta tertawa malu setelah dia memarahi Ardhi.Memang ardhi berbeda dia sering membuatnya jengkel tapi dia bisa membuat suasana mencair kembali.
"Iya pernah,itu pangeran kodoknya lagi baca koran" ucapnya sambil matanya melirik ke arah Tama
Tersadar Tama dibilang oleh istrinya pangeran kodok dia menurunkan koran yang dibacanya dan menatap kedua anaknya sudah cekikikan.
"Meskipun pangeran kodok gini,mama kan suka??" Goda tama
Davin dan Ardhi hanya tertawa melihat kedua orang tuanya saling mengingat masa lalu.
"Ma Ardhi yakin bisa berubah karena Ardhi sudah menemukan kunci kebahagiaan" ucapnya sambil menatap ke atas
Ucapan yang Ardhi lontarkan membuat orang orang di ruang tamu menatap Ardhi bingung dan tertawa terbahak-bahak.
"He kecebong halu Lo?" Sahut Davin yang menggetak kepala ardhi pelan.
Ardhi menatap Davin sinis
"Ardhi sang pangeran telah menemukan bidadari jatuh dari langit" ucap Ardhi penuh dengan perasaan
Ketiganya yang mendengar ucapan ardhi langsung bubar meninggalkan Ardhi sendirian di ruang tamu.
---
Wanita paruh baya itu melempar sebuah kumpulan foto di meja ruang tamu.Dirinya tidak habis pikir kalau anaknya berbohong seperti itu.Venia kini duduk di hadapan anak gadisnya yang semakin hari semakin berbuat ulah.
Sarah menundukkan kepalanya dan sekilas matanya menatap sekumpulan foto tersebut,terdapat dirinya memegang gitar dan bernyanyi di taman tersebut.
Sarah bisa tebak pasti ada orang yang melaporkan dirinya dan mengirim fotonya kepada venia.Sumpah serapah bagi siapapun yang melakukan ini!!Dirinya kesal hanya demi mendapatkan sebuah kertas bernilai kan rupiah dirinya di kambing hitamkan.
Tangan Sarah kini mengepal kuat menandakan dia sangat kesal,membuat mood nya rusak.
"Kalau sampai papa tau kamu kayak gini,gimana tindakannya sayang!!" Ucap yang dilontarkan dari bibir venia.
Sarah enggan menjawab,suasana kali ini sangat sangat canggung. Seharusnya dimana seorang ibu dekat dengan anak perempuannya tetapi dia malah mengekang apa yang dilakukannya.
"Untuk kali ini mama maafin kamu,dan mama ga akan bilang ke papa"
"Tapi kalau sekali lagi dan seterusnya kamu ngulangin lagi,mama ga akan segan segan bilang ke papa untuk pindahin kamu,mengerti ara sayang?" Ucap venia dengan penekanan.
Venia bangkit dari sofanya dia masuk ke dalam kamarnya.Kini Sarah hanya bisa menangis seorang diri,hatinya sakit ketika mamanya tidak ada di pihaknya.
Semua keluarganya tidak ada di pihaknya.Hanya kakak laki lakinya yang mengerti keinginan Sarah.Tetapi Sarah dan kakak laki lakinya sudah berbeda alam.Mengingat kejadian itu membuat air mata Sarah mengucur deras.
"Abang..Ara pingin ikut Abang"
---
Halo readers zeyeng💓 jangan lupa vote+comment💓 jangan bosen dulu karena masih banyak lanjutannya💓
Jangan lupa follow
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU RASA|REMAKE|
Teen FictionRasa gengsi yang di miliki Sarah membuat Ardhi semakin penasaran kepada dirinya membuat ia harus masuk ke dalam kehidupan Sarah. dan.. Di balik semua kesempurnaan hidup sarah ia sangat tersiksa. Akankah ardhi bisa membuat sarah keluar dari kehidupan...