20. Khitbah (2)

946 133 26
                                    


Naruhina Fanfiction
Disclaimer Masashi Kishimoto

Story by nurryChan dan arthazulfana

Genre Rohani, Travel, History, Jurnalistic, Romance.

Typo, gaje, dll.

Bismillah...

Happy Reading

💞💞💞

"Kau tau sesuatu kak?"

".. apa?"

"Melihatmu yang sekarang, membuatku sedikit deja vu dengan kejadian beberapa minggu yang lalu."

Hinata yang sibuk bergerak kesana kemari kontan mengabaikan pernyataan Hanabi yang kini tengah menatapnya gemas dari ujung ranjang berwarna ungunya. Tangannya meremat jari-jemari yang mulai dingin di ujung-ujungnya sementara kakinya tak henti mengitari area kamar. Gadis itu tengah gelisah.

"Kakak, menurutmu apa yang akan ayah katakan kali ini?"

Ah, Hinata tidak tahu kenapa tadi ia mengijinkan adiknya itu masuk ke kamarnya. Setiap pertanyaan yang keluar dari bibir Hanabi justru makin membuatnya kalut dan khawatir. Ia lebih memilih melarikan lidahnya untuk berdzikir, tanpa mengurangi intensitas putaran kakinya tentu saja.

"Kakak.. Bisakah kau berhenti berputar?"

Hinata menatap bungsu Hyuuga itu dengan sorotnya yang bingung. Ia ingin berhenti tentu saja, tapi jika ia diam maka ia akan semakin merasa perutnya terlilit karena rasa khawatir.

"Hana-chan, aku sedang bingung... Bolehkah aku minta tolong? Bisakah kau mengambilkanku ocha hangat?"

Hanabi yang sadar kakaknya sedang dalam mode khawatir dan butuh waktu untuk sendiri langsung turun dari ranjang kakaknya itu. Tangannya ia letakkan di pundak Hinata, memberi semangat.

"Percayalah Hinata-nee chan, Allah akan membuat dua orang yang memang ditakdirkan bersama untuk tetap bersama bagaimanapun caranya."

Dan kata-kata Hanabi yang barusan terasa menembus batin Hinata. Takdir ya? Bagaimana ia bisa lupa jika Takdir Allah tak pernah salah berjalan?

Gadis itu mengusap wajahnya perlahan sembari menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Ada setitik air mata yang ikut turun saat ia baru saja memanjatkan doa agar diberi kesabaran dan kekuatan pada Pemilik semesta alam. Sungguh, tadi ia merasa begitu kalut saat memikirkan beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi sejam ke depan.

'Ya Allah, harusnya hamba lebih berserah diri pada setiap ketetapan-Mu.' batin Hinata pilu menatap layar ponsel yang kini berkedip-kedip dan memunculkan nama Karin disana.

Gadis itu memejamkan kelopaknya. Ia tak berani mengangkat telepon dari perempuan itu saat ini. Tidak saat ia kalut dan bingung seperti ini.

"Kak Karin pasti ingin menanyakan bagaimana hasilnya saat ini, tapi--"

Perempuan itu makin tak tenang membayangkan jawaban apa yang akan ayahnya berikan kali ini pada pemuda itu. Bagaimana jika ayahnya menolaknya lagi? Atau bagaimana jika kali ini ayahnya setuju?

Batinnya berseru gelisah. Perempuan itu tentu saja akan merasa bahagia jika ayahnya kali ini setuju. Masalahnya, pria itu bukan pria yang ia ingin untuk datang kembali meminangnya.

この世界の片隅に(Di Sudut Dunia Ini)[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang