Bab 15

86 39 21
                                    

Aku terbengong menatapnya lekat. Ini lagi lagi membuatku bingung dan heran.

Mereka yang pergi menjauh dan ku diam di tempat. Mendapati mereka yang tak lagi dekat. Giliranku yang menjauh dan mereka mendekat. Satu persatu kembali menjadi teman dekat. Semua ini terasa rumit dan ribet amat.

Hahaha mimpi bukan sih? Bodo amat deh kalo mimpi. Kalo nyata sih boleh juga..

"Ehm, hai juga. Cari siapa ya?" Tanyaku lagi dengan sopan dan mencoba memastikan.

"Aku mencari sebuah hati yang lama hilang. Ia seorang gadis yang suka bercanda dan bergaul. Terdapat lesung di pipi kirinya. Dulu sering ku panggil Caca, nama lengkapnya Mincah Arshiy. Dan itulah dirimu, aku sudah menemukan jawabannya." Ujarnya bak seorang puitis.

"Boleh ku katakan lebay? Hm tapi kasian. Bagus juga sih puisinya, tapi siapa cowok ini? Aneh tapi unik" batinku.

"Jadi? Siapa kamu?" Tanyaku yang masih keheranan.

Harusnya aku bisa menebaknya. Bukan heran, tapi aku ingin memastikan kalo yang ku maksudkan adalah benar.

"Lama gak jumpa, kamu lupa aku? Aku mengingatmu, tapi baiklah ku perkenalkan diri terlebih dahulu.." ucapnya.

"Ehm ya" ujarku.

"Ferditya Ilham Perdana, itu namaku. Kamu ingat?" Tanya cowok ini.

Memori ingatan berputar, dan yaps! Aku ingat Ferdi! Dugaanku tak meleset, ia benar-benar Ferdi yang ku maksud.

Aku mengangguk sebagai jawaban, senyuman manis terpaparkan.

"Baiklah ku ulangi lagi ya.. Hai Mincah.. lama gak jumpa" ujarnya.

"Hai Ferdi, senang berjumpa" timpalku dengan lebih bersemangat dan girang.

Puk!
"Ca, kamu bicara sama-" kata Kaka terhenti.

"Siapa?" Lanjutnya dengan nada sedikit berbisik.

"Ka, ini sahabat SD namanya Ferdi.." ucapku memperkenalkan Ferdi.

"Oh ya, hai" sapa Ferdi lebih dulu.

Kaka mengangguk dan tersenyum canggung. Ia kembali masuk dan meninggalkan kami.

"Ehm maaf ya sebenarnya tadi aku udah inget dan nebak, tapi karena takut salah.. jadinya, yaaaa aku kek orang gak kenal..hehe" ujarku.

"Iya gapapa, lagian wajar juga sih kalo lupa. Aku udah pindah dari kelas 2, jadi ya kemungkinan besar akan lupa. Tapi ternyata kamu ingat.." ucapnya.

You break me down, you built me up, believer..believer!

Suara panggilan dari Stospish membuatku harus mengangkat lebih dulu.

"Halo?"
["Halo Ca, kemana aja kok baru angkat telpon?"]

"Oh maaf, ada sahabatku lagi berkunjung, ada apa Pish?"

["Gak ada apa apa sih, emang siapa yang dateng? Albay?"]
"Bukan, ntar aku ceritain"
["Oo ya"]

"Bye ya Pish, ntar aja"
["Bye Cah"]

Ku tutup panggilan secara sepihak, Ferdi masih senantiasa menampilkan senyum seperti dulu aku mengenalnya.

"Yaudah Cah, aku pergi dulu ya..sampai jumpa lagi" pamitnya.

Aku mengangguk, Ferdi berjalan menjauh. Aku pun memasuki kamar, dan mendapati tatapan curiga dari Bibi dan Kaka.

"Kenapa kalian?" Tanyaku.
"Gak apa apa" jawab mereka serempak.

"Lah kompak" ujarku disertai mereka yang tertawa.

Saat ku liat ponsel, ada banyak notif dari Stospish.

LOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang