Bab 33

57 28 7
                                    

Aku memang sudah bisa menebak siapakah si pengagum itu. Tapi aku sangat tak yakin jika ia akan menemukan rumahku secepat ini. Dari balik pintu ini, ada seorang pria si pengagum rahasia. Namanya Kayal Nev, aksen wajah yang bagus untuk bad boy.

Jaket kulit berwarna hitam terpakai sangat cocok untuk bahunya yang bisa dikatakan lebar. Rambut yang acak-acakan seperti orang bangun tidur, alis yang tebal memberikan kesan kejam dengan bola mata yang hitam sempurna terkadang bisa memikat hati para gadis.

Dan dari celah tirai itu aku juga melihat, ia tengah menyembunyikan sebuah kotak berbentuk love berwarna kuning keemasan dengan kilap yang terkesan mewah. Beruntung sekali ia tak melihat jika aku sudah memantaunya dengan sembunyi.

"Buka? Nggak deh! Tapi.. hmm buka aja deh, kacian.." batinku mempertimbangkan.

Ceklek!

Senyuman sudah terpampang pada wajah garangnya, terkesan manis(?) Oh tidak! Tapi boleh juga! Aarrrgh apaan sih aku ini.

Kami masih bertatapan dalam keheningan, hanya ia yang tersenyum dan aku menatap dengan datar.

Tangan kanannya menggaruk tengkuknya yang kelihatan tidak gatal, tangan kirinya tetap disembunyikan di belakang. Ia menatap lantai, tampak seperti berpikir.

Aku menghela nafas karena melupakan jika ia adalah tamu, tapi aku malah diam dan tak mempersilakannya duduk.

Aku mengarahkan tanganku ke sofa dekat jendela, sepertinya ia paham tanpa aku perlu repot-repot berbicara.

Aku beranjak menuju dapur, namun kalimat yang ia lontarkan justru tak ingin aku pergi kemana-mana. Padahal, tamu harus dibuatkan minum terlebih dahulu.

"Tetap disini aja. Aku gak akan lama, ini juga udah malam. Maaf udah bertamu malam-malam kayak gini. Aku cuma mau ngasih sesuatu," begitu ujarnya.

"Ya," cukup satu kata untuk menjawabnya.

Aku segera duduk di sofa hadapannya, tangan kirinya sudah menyodorkan kotak di atas meja kaca. Aku hanya menatap menuntut jawaban, namun ia hanya tersenyum. Dengan terpaksa, aku mengambil kotak itu dan melihat isi di dalamnya.

Memang wajahku tetap datar, tapi jantungku seakan copot dengan hatiku yang sangat tersentuh. Isinya.. cincin.

"Buat apa?" Tanyaku yang akhirnya tak tertahankan dengan rasa penasaran.

Lagi-lagi, ia hanya tersenyum dengan menyodorkan sebuah surat berwarna oranye. Aku mengambil surat itu dan membuka kertas di dalam yang berwarna emas.

Tulisan di dalamnya berisi..

Sudah lihat isi kotak itu? Isinya cincin untuk tunangan. Cincin itu milikmu mulai kini dan seterusnya, dan kamu milikku mulai saat kamu memakai cincin itu pada jari manis dan kelingking. Aku sengaja memberimu dua cincin khusus untukmu, karena jari kelingking menandakan 'janji' dan jari manis merupakan hal yang 'manis'. Jika keduanya digabungkan akan menjadi 'janji manis'.

Aku sudah meminta restu pada calon mertua, sekarang tinggal kamu yang ingin menerima atau menolak. Semua keputusan ada di tanganmu, jawablah dengan yakin dan aku minta untuk tidak terburu-buru.

LOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang