Bab 18

65 30 14
                                    

Pigora dari adek kelas, namanya Puji.

Aku merasa tersanjung karena ia memperlakukan diriku layaknya kakak kandung. Hahaha, tapi aku orangnya bodo amat. Jadi lebih sering ia aku cuekin, tapi terkadang memang aku bisa lebih hangat atau bahkan lebih dingin.

Sudahlah, hari ini penuh galau rasanya. Kalau saja ada pengalaman fantasi, mungkin aku lebih memilih hal fantasi daripada hal yang galau.

Tapi bagaimana lagi, hati yang merasakan jadi aku tak bisa menolak.

Isya pun berkumandang memasuki gendang telinga. Aku menjalankan sholat isya dan segera tidur, terlalu banyak aktivitas yang membuatku galau. Kuputuskan untuk tidur cepat agar pikiran kembali segar keesokan harinya.

Esoknya kujalani seperti biasa, hingga pukul 09.21 WIB aku sangat mengantuk. Aku membuka buku untuk menghilangkan kantuk, tapi nyatanya aku malah tertidur pulas hingga pukul 10.56 WIB aku terbangun.

Ku ambil ponsel dan menyalakan data, baru saja aku on WA.. eh Stospish udah chat aja. Kebetulan atau tidak, aku tak tau.

Stospish
Online

Hari ini

Hai mbak Minshi

Jg

Lg ap mbak

Abis bgn tdr

Iya t
Masaa

Iya

Tiba-tiba saja Stospish menelpon, langsung saja mataku terbelalak kaget. Ku angkat telpon dan mencari headset, untungnya headset itu gak perlu di cari susah-susah.

["Hmm masa bangun tidur"]
"Iya, ini baru bangun tidur, kamu itu ya kalo telpon bilang dulu, kaget tauk.. untung headset udah nemu..hm"

["Hahahahaahaha"]
"Hmm kenapa telpon?"

["Gapapa, gak boleh ta?"]
"Boleh aja sih, terserah you"

["Yawes terserah aku kan"]
"Ya dek"

"Oiya, perasaan kamu tuh hampir tiap hari telpon. Sehari aja gak ada kamu gak telpon"

["Iya ta, gak tiap hari kok. Tapi mending yang sekarang, dulu aku telpon sampe seratus lebih"]

"Hahaha iyalah, sekarang pada sibuk semua"
["Iya mbak"]

"Oiya, udah dulu ya..udah adzan dhuhur, sholat dulu. Bye"

Tanpa mendengar ucapan bye dari Stospish, langsung ku matikan secara sepihak. Ku matikan data dan melaksanakan sholat dhuhur.

Selepas sholat, aku kembali merenung sambil melihat-lihat isi tiap buku coretanku. Begitu banyak ungkapan yang tertuang walaupun tertutupi dengan indahnya grafiti. Tapi tetap saja ku ingat bagaimana rasa saat menulis kalimat itu.

Aku menuliskan sebuah kalimat, yaitu 'Cinta pertama anak gadis adalah ayahnya' .

Flashback ON

Pedih jika mengingat kejadian itu, kejadian dimana saat aku menyadari arti perpisahan yang teramat. Perpisahan antara seorang anak dengan ayahnya, taukah apa itu?

Ayah dan ibu cerai, bagai ditusuk pisau panas yang menembus hingga menyisakan sebuah luka yang terlihat sangat besar. Hatiku hancur dalam waktu yang sangat lama. Hingga aku mau bertemu dengan ayah saat aku sudah kelas 6.

LOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang