Bab 34

50 28 6
                                    

Pagiku diawali alarm berbunyi, aku sangat kesal karena aku lupa mematikan alarm handphone saat alarm jam weker sudah ku aktifkan.

Tok! Tok!

"Mincah, udah bangun? Sholat dulu, ya. Udah jam lima ini. Udah bangun?" Tanya seseorang dengan suara berat dan sedikit terkesan serak.

"Siapa ya? Biasanya ga aku bolehkan nginep deh!" Batinku seraya mengucek mata-terasa masih sangat ngantuk.

Aku berjalan mendekati pintu dengan sedikit sempoyongan karena masih belum sepenuhnya sadar.

Cklek!

Aku membuka pintu, terpampang seorang pria yang memandangku tanpa kedip. Apa yang salah denganku? Aku baru ingat jika pria inilah yang ibu bolehkan menginap di rumahku.

"Kenapa ada yang aneh ya? Ada sesuatu yang mengganjal! Tapi apa?" Batinku berujar dengan sedikit membenarkan rambut ke belakang telinga.

DEG!

Mataku membulat sempurna dan Kay hanya menahan tawanya. Aku segera menutup pintu dengan sangat keras, lari ke dalam kamar mandi dan berada di bawah pancuran air shower yang hangat.

"Ck! Menyebalkan! Huh. Kunaon urang teh bisa hilap, nya?" Gumamku dengan sedikit geram menggunakan campuran bahasa Sunda.

Tok tok tok!

"Mincah.." panggilnya.

Tok tok!

"Hei! Ayo kita sarapan. Kau udah sholat? Jawablah Mincah! Kau dengar aku?" Teriak Kay dari luar pintu kamarku.

Aku hanya ingin diam membisu dengan segera mempercepat mandi dan berpakaian rapi. Perutku sudah sangat lapar karena emosiku yang sedikit meluap akibat kelalaian diriku sendiri membiarkan auratku tampak oleh seseorang yang belum mahram.

Cklek!

Aku berjalan menuju meja makan dekat dapur. Sudah ada beberapa piring yang dipenuhi berbagai makanan khas rumahan. Mataku berkelana menyusuri setiap jengkal dapur. Wajan masih berada di atas kompor dengan oseng kangkung yang tampak kepulan asap. Dalam teflon, ada beberapa daging ayam bumbu bali.

Dan kresek sampah dipenuhi oleh bungkus plastik ayam mentah juga batang kangkung yang tak bisa termakan. Apalagi kulit bawang merah dan putih masih ada di ambang kresek.

"Eh! Udah keluar. Duduklah, kita makan bersama sebentar lagi setelah aku selesaikan menuang teh hangat," ucap Kay yang baru sadar jika ada aku tengah memperhatikan kegiatan penutupan.

Aku pun duduk di kursi sambil melihat gerak gerik Kay yang menuangkan teh hangat dalam panci ke beberapa gelas kaca dengan guratan gambar bunga-bunga.

You break me down you built me up, Believer. Believer..

Suara deringan telpon dari handphone milikku berbunyi. Aku segera berlari mengambil handphone yang tertinggal di kamar, segera kuangkat dan berjalan kembali menuju meja makan.

"Halo Ci? Ada apa, kok telpon?"
["Emang ga boleh? Yauda aku mati-"]

"Ck, janganlah! Aku cuma tanya ko. Yauda, anjeun nuju naon atuh? Hihihi.."

Aku cekikikan karena tau jika Stospish belum hafal bahasa Sunda padahal beberapa kali aku pernah memakainya.

["Uuhh apa tuh artinya?"]
"Artinya-"

LOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang