Prolog

4.6K 244 6
                                    

23 Desember 2005

"Jeongyeon! Cepat kesini!"

Seorang anak laki-laki yang dipanggil dengan nama Jeongyeon berlari menghampiri dua anak perempuan yang sedang duduk bersantai di bawah sebuah pohon rindang. Jeongyeon menyapa kedua anak perempuan di depannya dengan semangat. Ia pun ikut bergabung bersama keduanya.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Jeongyeon dengan semangat.

"Lihat, aku akan menuliskan namaku di pohon ini. Dan aku mau, kalian berdua juga menuliskan nama kalian di sini." jawab salah satu anak perempuan yang memakai seragam sekolah sama seperti Jeongyeon. Di seragamnya, terpasang sebuah name tag bertuliskan nama Nayeon.

"Untuk apa, Unnie?" tanya anak perempuan yang lainnya. Anak perempuan itu lebih muda dari Jeongyeon dan Nayeon.

"Kau tulis saja dulu namamu di sini, Mina." Nayeon memberikan sebuah alat yang ia gunakan untuk mengukir namanya di pohon pada Mina. Mina pun hanya menuruti perintah Nayeon.

Jeongyeon yang bersemangat langsung antusias saat tiba gilirannya mengukir namanya sendiri di pohon. "Sekarang giliran aku! Giliran aku!"

Jeongyeon mengukir namanya tepat di bawah nama Nayeon dan Mina. Sekarang, terukir lah nama 3 sahabat di sebuah pohon tua yang menjadi saksi bisu hubungan persahabatan mereka.

Im Nayeon
Myoui Mina
Yoo Jeongyeon

"Sekarang, pohon ini menjadi saksi dan bukti persahabatan kita. Aku ingin hubungan persahabatan kita akan terus tumbuh dan kuat seperti pohon ini walaupun ia semakin menua. Saat kita dewasa nanti, aku ingin kita bisa terus bersama dan berkumpul kembali di tempat ini." Nayeon menjelaskan maksud dari dirinya menyuruh kedua sahabatnya mengukir nama di pohon.

"Bagaimana kalau kita membuat janji untuk berkumpul di tempat ini setiap tahunnya?" Jeongyeon sejenak melihat arlojinya. "Sekarang adalah tanggal dua puluh tiga Desember. Bagaimana kalau setiap tanggal dua puluh tiga Desember, kita berkumpul di tempat ini?" usul Jeongyeon yang langsung diangguki oleh Nayeon dan Mina.

"SETUJU!"

Ketiganya pun akhirnya menghabiskan waktu dengan bermain. Mereka bermain dengan semangat sampai waktu dengan cepat menunjukkan waktu petang, waktu dimana matahari mulai bersiap untuk digantikan keberadaannya oleh sang bulan.

Ketiganya kini berbaring menatap langit senja yang begitu indah. Mereka tidak perduli dengan baju seragam sekolah mereka yang sudah basah oleh keringat ataupun kotor karena menyentuh tanah.

"Aku harap persahabatan kita bisa terus seperti ini." ucap Jeongyeon yang berbaring di tengah, diapit oleh Nayeon dan Mina.

"Aku juga." timpal Mina.

"Kalian tau? Kata orang dewasa, jika perempuan dan laki-laki saling bersahabat, maka akan sangat mudah timbul perasaan cinta di antara mereka. Dan terkadang, hal itu yang membuat persahabatan tersebut hancur." ucap Nayeon. Walaupun umur Nayeon dan Jeongyeon sama, namun Nayeon memang terlihat lebih dewasa dari anak-anak yang seumurannya.

"Benarkah?! Aku tidak ingin hal itu terjadi." kata Jeongyeon.

"Aku juga." timpal Mina lagi. Mina memang yang paling pendiam di antara mereka bertiga. Seringnya, ia hanya akan menimpali perkataan yang lainnya atau menyetujui saja.

"Kalau begitu, ayo kita buat sebuah perjanjian lagi!" ucap Nayeon sambil dirinya bangkit untuk duduk. Jeongyeon dan Mina pun ikut bangkit dan menatap Nayeon heran.

"Perjanjian apa?" tanya Jeongyeon.

"Berjanjilah bahwa di antara kita tidak ada yang akan saling suka ataupun cinta. Kita harus setia dengan persahabatan kita ini. Bagaimana?"

"Aku setuju!"

"Aku juga!"

Mereka pun mengucap janji persahabatan mereka yang kedua pada hari itu. Janji setia yang entah akan bertahan selamanya atau tidak. Entahlah, biarkan waktu yang menjawabnya.

***

23 Desember 2009

Janji yang mereka ucapkan terus berlanjut hingga mereka menginjak usia remaja. Umur Jeongyeon dan Nayeon kini sudah menginjak 16 tahun, sedangkan Mina sudah menginjak 14 tahun. Janji yang mereka ucapkan sudah 4 tahun yang lalu.

Jeongyeon dengan semangat berjalan menuju tempat janjian mereka. Ia sudah membawa beberapa bekal makanan yang sengaja disiapkan oleh ibunya khusus untuk piknik kecil-kecilan Jeongyeon dan sahabatnya.

Senyum Jeongyeon terus merekah sepanjang perjalanan. Namun, senyum Jeongyeon langsung pudar saat melihat Nayeon hanya duduk seorang diri di bawah pohon sambil menangis.

"Nayeon, ada apa?!" tanya Jeongyeon dengan panik.

"Jeongyeon.." Nayeon menangis tersedu. "M-mina.."

"Mina? Kenapa dengan Mina, Nayeon?!" Jeongyeon ikut panik saat Nayeon semakin menangis kencang. Ia juga panik karena Mina tidak datang ke tempat janjian mereka.

"Mina pergi. Mina pergi dari Korea."

Dan hari itu, hancurlah hati Jeongyeon dan Nayeon. Mereka sangat menyayangi Mina. Dan kepergian Mina dari Korea tanpa alasan dan kabar sedikitpun tentunya membuat hati mereka hancur.

Mina pergi tanpa meninggalkan kabar. Dan Mina pergi meninggalkan luka di hati Jeongyeon dan Nayeon.

Bersambung..

The Story of Us [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang