"Jepang, kami datang!" teriak Jeongyeon dan Nayeon bersamaan saat mereka sudah menginjakkan kaki di Bandara Internasional Tokyo. Mereka bertiga saling merangkul dengan Mina diapit oleh kedua sahabatnya itu. Mina hanya tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya yang begitu bahagia setelah berhasil menginjakkan kaki mereka di kampung halamannya.
"Ayo, Unnie, Oppa! Daddy sudah menunggu kita."
"Daddy? Daddymu yang menjemput kita?" tanya Jeongyeon sedikit terkejut.
"Tentu saja, Oppa. Daddy sudah tidak sabar ingin bertemu kalian. Maaf tidak memberitahu kalian terlebih dahulu." jawab Mina.
"Kalau begitu, ayo cepat! Kita tidak mau membuat daddy Mina menunggu, bukan?" ucap Nayeon yang diikuti dengan menarik lengan Mina untuk segera menuju pintu keluar bandara. Jeongyeon hanya mengikuti sambil dengan sabar membawa koper milik Nayeon dan Mina, sedangkan dirinya hanya membawa sebuah ransel besar. Wanita memang selalu membutuhkan tas yang lebih besar saat berpergian. Kekeke.
Benar saja, ayah Mina sudah berdiri sambil bersandar di samping mobilnya menunggu kedatangan putri tercintanya dan sahabat putrinya tersebut. Senyum Mina semakin lebar tatkala melihat ayahnya sudah menunggunya dengan senyuman yang tak kalah lebar.
"Daddy!" Mina langsung saja menubruk tubuh ayahnya, memeluknya dengan erat. Baru seminggu pergi meninggalkan ayahnya ke Korea sudah berhasil membuat Mina begitu rindu pada beliau.
"Tuan putriku, daddy sangat merindukanmu." ucap ayah Mina sambil mengecup pucuk kepala tuan putri kesayangannya tersebut. Jeongyeon dan Nayeon yang melihat pemandangan tersebut hanya bisa tersenyum ikut bahagia.
"Ah, kalian pasti Jeongyeon dan Nayeon." ucap ayah Mina yang kini mengalihkan pandangannya ke arah Jeongyeon dan Nayeon setelah melepaskan pelukannya dengan Mina.
"Ah, iya, Paman." jawab Jeongyeon dan Nayeon bersamaan sambil dengan hormat membungkukkan tubuh mereka.
"Tidak usah terlalu formal seperti itu. Kalian adalah sahabat baik Mina. Itu artinya, kalian sudah aku anggap sebagai anakku juga." ayah Mina merangkul Jeongyeon dan Nayeon, menimbulkan kehangatan diantara mereka.
Saat keluarga Mina dulu tinggal di Korea, Jeongyeon dan Nayeon hanya beberapa kali bertemu dengan ayah Mina, itupun hanya sebentar karena ayah Mina sangat sibuk. Keluarga Mina dulu memiliki sebuah perusahaan properti yang cukup besar di Korea. Namun, tiba-tiba keluarga Mina seperti menghilang ditelan bumi. Perusahaan properti milik keluarga Myoui hanya dikabarkan berpindah tangan, dan keberadaan keluarga Myoui tidak diketahui. Itulah sebabnya Jeongyeon dan Nayeon tidak dapat menemukan Mina mereka kembali.
"Sudah lama sekali sejak aku bertemu kalian. Maaf, dulu aku terlalu sibuk sampai tidak memperhatikan kalian, sahabat anakku." ucap ayah Mina saat mereka sudah dalam perjalanan menggunakan mobil keluarga Mina. Jeongyeon mengambil posisi menyetir, ayah Mina duduk di samping Jeongyeon, dan Mina duduk di bangku belakang bersama Nayeon. Mereka akan langsung menuju rumah Mina untuk beristirahat.
"Tidak apa, Paman. Yang terpenting untukku dan Nayeon adalah sekarang kami sudah bisa bertemu kembali dengan Mina dan Paman." jawab Jeongyeon yang disetujui oleh Nayeon.
"Kalian benar-benar sahabat yang baik untuk Mina. Aku bersyukur Mina bisa memiliki sahabat seperti kalian."
"Kami yang beruntung memiliki Mina, Paman." ucap Nayeon sambil menggenggam tangan Mina yang berada di sampingnya. Jeongyeon melirik kedua sahabatnya yang duduk di bangku belakang dari kaca spion dengan tersenyum.
Perjalanan ke rumah Mina diisi dengan berbagai obrolan hangat. Humor Jeongyeon yang dikenal sering tidak lucu justru membuat suasana menjadi seru. Nayeon seringkali menggoda atau sekedar meledek Jeongyeon dengan selera humornya tersebut. Sedangkan Mina, ia hanya bisa tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya. Dan ayah Mina, beliau sesekali ikut mendukung Nayeon untuk memojokkan Jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us [✓]
FanfictionNaJeongMi Fanfiction Kisah persahabatan 3 anak manusia yang diuji dengan sebuah rasa bernama cinta. Akankah perasaan cinta yang timbul di antara mereka membuat hubungan mereka kuat? Atau justru, menghancurkan hubungan persahabatan itu sendiri? Gende...