"Oppa, pukul berapa penerbangan kita nanti?" tanya Mina yang kini sedang berbaring memeluk Jeongyeon. Ia menyandarkan kepalanya di atas dada bidang sang suami.
Jeongyeon dan Mina pagi ini sedang bermalas-malasan bersama di atas kasur. Setelah 'kegiatan' melelahkan mereka semalam, tubuh mereka merasa benar-benar lelah sehingga sekarang keduanya seperti malas hanya untuk bangkit dari kasur. Jeongyeon memeluk Mina sambil mengelus lembut rambut isterinya itu.
"Pukul tiga sore. Kita masih punya banyak waktu untuk bersantai, Mina." jawab Jeongyeon.
"Oppa, apa kau pernah mencintai wanita lain sebelum kau mencintai aku?" tanya Mina tiba-tiba, membuat Jeongyeon sedikit panik karena takut Mina mengetahui perasaannya pada Nayeon.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" ucap Jeongyeon berusaha terdengar senormal mungkin.
"Tidak, aku hanya penasaran wanita seperti apa yang telah berhasil mendapatkan hatimu, Oppa."
"Tentunya wanita sepertimu, Mina. Untuk apa masih bertanya? Jelas-jelas sekarang aku mencintaimu." jawab Jeongyeon kemudian mengecup kening Mina.
"Hehe, iya juga, ya. Aku sebenarnya hanya penasaran bagaimana kehidupanmu saat aku di Jepang. Aku yakin kau pasti digilai banyak wanita dulu."
Jeongyeon mengajak Mina untuk bangkit dari tidur mereka. Jeongyeon menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dan menarik tubuh Mina untuk duduk di antara pahanya. Ia kemudian memeluk Mina yang tubuhnya kini bersandar di dadanya.
"Asal kau tau, Mina. Aku tidak pernah pacaran selama hidupku. Satu-satunya wanita yang terikat hubungan denganku adalah dirimu. Dan ikatan itu langsung sebuah pernikahan." ucap Jeongyeon, membuat Mina terkejut dan langsung membalikkan kepalanya untuk menatap Jeongyeon.
"Benarkah?! Kenapa Oppa tidak pernah berpacaran? Apa Oppa benar-benar tidak pernah mencintai wanita lain?"
Jeongyeon semakin mengeratkan pelukannya. Ia menyandarkan kepalanya di pundak Mina sebelum kembali bercerita. "Aku terlalu sibuk dengan sekolahku dulu. Apalagi, dulu aku masuk akademi penerbangan, membuat jadwalku sangat sibuk dan tidak bisa seenaknya melihat atau mendekati wanita. Setelah aku lulus dan menjadi pilot pun, aku terlalu sibuk untuk berfokus pada pekerjaanku. Dan sebenarnya, aku mencintai seorang wanita saat itu. Namun, aku sadar diri bahwa aku dan dirinya tidak akan bisa bersatu sebagai pasangan. Jadi, sampai sebelum aku menikahimu pun aku tidak pernah berhubungan dengan wanita." jelas Jeongyeon. Dirinya sedikit sedih saat mengingat bagaimana dulu ia sangat mencintai Nayeon, namun ia harus menahan perasaannya karena tidak ingin merusak persahabatan mereka.
"Siapa wanita itu, Oppa?" tanya Mina dengan hati-hati.
"Kau tidak perlu tau, Mina. Yang penting, sekarang kau adalah wanita yang ada di hatiku." jawab Jeongyeon sambil dirinya mengecup leher Mina dengan lembut. Mina akhirnya menyerah. Ia tak lagi memaksa sang suami untuk mengatakan siapa wanita yang dicintainya dulu.
"Kalau dirimu, bagaimana kehidupanmu di Jepang? Aku tidak tau banyak." kali ini, Jeongyeon yang meminta untuk Mina bercerita.
Mina menggenggam satu tangan Jeongyeon yang ada di perutnya, lalu memainkan jari-jari Jeongyeon. Ia pun mulai menceritakan tentang bagaimana kehidupannya selama ia pergi meninggalkan Jeongyeon dan Nayeon secara tiba-tiba dulu.
"Sebenarnya, alasan aku pergi tiba-tiba dulu karena saat itu mommyku sakit keras. Penyakit jantungnya semakin parah dan bisnis daddyku di Korea mulai mengalami kebangkrutan. Daddy tidak punya pilihan lain. Jadi, daddy menjual segala aset bisnisnya di Korea dan ia gunakan uang itu untuk memulai hidup baru di Jepang. Sebulan setelah kepindahanku di Jepang, mommy meninggal. Daddyku hancur. Akupun juga hancur. Namun, akhirnya daddy bangkit. Dengan sisa uang yang ia miliki, daddy mulai membangun bisnisnya kembali. Dan setelah kerja kerasnya, akhirnya kini daddy memiliki semuanya kembali," Jeongyeon memeluk dan mengelus-elus tangan Mina, mencoba memberikan Mina kekuatan saat Mina menceritakan kembali masa-masa sulitnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us [✓]
FanfictionNaJeongMi Fanfiction Kisah persahabatan 3 anak manusia yang diuji dengan sebuah rasa bernama cinta. Akankah perasaan cinta yang timbul di antara mereka membuat hubungan mereka kuat? Atau justru, menghancurkan hubungan persahabatan itu sendiri? Gende...