Jeongyeon kini sedang terduduk lemas di bangku ruang tunggu depan kamar rawat ayah Mina. Tatapannya kosong. Pikirannya berkecamuk. Ucapan demi ucapan yang dilontarkan ayah Mina padanya tadi membuat Jeongyeon benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi.
"Waktuku tidak akan lama lagi. Aku tidak bisa menjaga putriku lagi. Di luar sana, banyak yang ingin mencelakai keluargaku. Mereka kini berhasil mencelakaiku, dan sekarang target mereka adalah Mina, putriku. Hanya kau yang bisa aku percaya untuk menjaga putriku, Jeong. Dan hanya ada satu cara agar dirimu bisa menjaga Mina."
"L-lalu, apa yang bisa aku lakukan, Paman?"
"Aku mohon padamu, Jeong, tolong nikahi Mina, anakku."
"T-tapi, Paman, a-aku tidak mencintai Mina. Aku sudah menganggap Mina sebagai adikku sendiri." Jeongyeon berusaha menolak secara halus permintaan ayah Mina. Tentu saja permintaan ayah Mina sangatlah tidak mungkin baginya.
"Tapi Mina mencintaimu, Jeongyeon. Bahkan sejak ia kecil, ia sudah mencintaimu, Jeong."
Dan ucapan ayah Mina lagi-lagi membuat Jeongyeon tidak bisa berucap apa-apa. Dirinya begitu terkejut atas semua perkataan ayah Mina. Jeongyeon terduduk lemas di kursinya. Genggaman tangannya pada tangan ayah Mina mengendur. Namun, kini justru ayah Mina yang menarik tangan Jeongyeon dan menggenggamnya erat.
"A-aku mohon, Jeong. I-ini adalah permintaan terakhirku.." dan setelah ayah Mina menyelesaikan kalimatnya, mata ayah Mina langsung terpejam. Alat elektrokardiogram mulai menunjukkan tanda bahwa detak jantung sang pasien melemah. Jeongyeon yang menyadari itu dengan panik segera berlari memanggil dokter dan perawat. Setelahnya, Jeongyeon langsung berlari menuju kantin untuk memberitahu Nayeon dan Mina.
Itulah kejadian terakhir sebelum Jeongyeon kini terduduk lemas di kursi ruang tunggu dengan Nayeon dan Mina duduk di sampingnya. Lagi-lagi, Nayeon berusaha menenangkan Mina yang menangis.
Seperti de javu, kini dokter yang tadi memimpin jalannya operasi ayah Mina kembali keluar dari ruangan rawat ayah Mina. Jeongyeon, Nayeon, dan Mina segera menanyakan kabar ayah Mina. Namun sayang, kali ini bukan kabar baik seperti yang sebelumnya dokter itu pernah ucapkan. Kali ini, kabar buruk lah yang ia ucapkan.
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, nyawa pasien tidak dapat tertolong. Kami turut berduka."
Dan kalimat sang dokter berhasil menghancurkan dunia Mina. Dirinya jatuh ke lantai, menangis histeris sebelum dirinya pingsan di lantai. Jeongyeon dan Nayeon begitu panik. Dibantu dengan dokter dan beberapa perawat, Mina dilarikan ke ruang IGD.
Jeongyeon yang menggendong tubuh Mina ke ruang IGD berbisik di telinga Mina sebelum Mina dibaringkan ke atas kasur. "Mina, aku mohon, bertahanlah.."
***
Sekarang sudah pukul 6 pagi. Jeongyeon dan Momo baru saja menyelesaikan segala urusan administrasi dan segala urusan mengenai pemakaman ayah Mina. Hari ini juga ayah Mina akan dimakamkan. Momo yang mendengar kabar kematian ayah Mina pukul 3 pagi tadi langsung saja kembali ke rumah sakit.
"Aku akan mengurus administrasi Nona Mina terlebih dahulu." ucap Momo yang diangguki oleh Jeongyeon.
Jeongyeon kini kembali ke ruang rawat Mina. Mina sudah dipindahkan ke ruang rawat sejak 1 jam yang lalu. Dan Nayeon kini sedang menjaga Mina. Dapat Jeongyeon lihat saat ini Nayeon sedang duduk di kursi samping ranjang Mina. Kepalanya ia rebahkan di sisi ranjang Mina. Ternyata, Nayeon tertidur. Wajar saja, sejak kedatangan mereka di Osaka kemarin malam, mereka tidak sedikitpun tidur barang sebentar saja.
"Kau pasti sangat lelah, Nabong.." Jeongyeon mengelus lembut rambut Nayeon, berusaha tidak membagunkan Nayeon. Dirinya kini berinisiatif mengangkat tubuh Nayeon dan membawanya ke sofa. Dengan lembut Jeongyeon membaringkan tubuh Nayeon ke sofa. Dirinya tidak ingin leher Nayeon sakit jika terus tidur dalam posisi seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us [✓]
FanficNaJeongMi Fanfiction Kisah persahabatan 3 anak manusia yang diuji dengan sebuah rasa bernama cinta. Akankah perasaan cinta yang timbul di antara mereka membuat hubungan mereka kuat? Atau justru, menghancurkan hubungan persahabatan itu sendiri? Gende...